Benar saja, insiden Zhou Yi yang berdebat sengit dengan wartawan Qatar yang provokatif dalam konferensi pers, setelah dibumbui dan disebarluaskan media, segera menjadi topik panas diskusi suporter di internet.
Semua orang menganggap wartawan Qatar benar-benar keterlaluan. Dalam sekejap, cacian bermunculan di internet dengan berbagai hinaan yang tak terhitung.
Sementara media profesional dan akun V terverifikasi memberikan apresiasi tinggi terhadap respons Zhou Yi.
Mereka menilai Zhou Yi benar-benar menunjukkan sikap tidak merendah maupun sombong, dengan argumen rasional dan proporsional. Menghadapi kecurigaan dan penghinaan tanpa dasar, dia tidak mengalah namun juga tidak kehilangan kendali. Selama prosesnya, nada bicaranya tetap tenang dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya.
Tentu, jika hanya ini saja, belum cukup membuat semua orang memujinya.
Di balik keramahan dan kesopanan, dia tak lupa menyelipkan sindiran pedas tentang ketidakbersihan Qatar sendiri. Semua orang tahu soal hotel yang direnovasi hingga tutup itu - ketika kasus ini terungkap dulu, banyak orang di dalam negeri China yang merasa tidak puas, menganggap tindakan Qatar benar-benar kotor.
Tapi makian mereka di internet toh tidak akan didengar pihak sana.
“Sekarang sudah jelas, Zhou Yi langsung menghina, membuat orang itu bahkan tidak bisa membalas!”
“Benar-benar memuaskan!”
“Jika Zhou Yi menggunakan kata-kata kotor, mungkin ejekannya terhadap Qatar tidak akan sekuat ini. Orang bisa mencari celah, umpatan justru mengalihkan serangannya.”
“Tapi sekarang, Zhou Yi memberikan respons yang sempurna.”
“Banyak suporter perempuan di Weibo dengan semangat mengatakan ingin melahirkan monyet untuk ‘dewa pria’ Zhou Yi, sama sekali tidak peduli bahwa Zhou Yi belum mencapai usia pernikahan sah...”
……
Sun Pan setelah mendengar kabar ini juga mengejek habis-habisan wartawan Qatar yang tidak tahu diri itu di grup, sambil menyindir Zhou Yi: “Dasar goblok masih mau debat sama Zhou Yi, dia tidak tahu Zhou Yi bisa mengetik pakai lidah! Gigi-nya kuat banget!”
“Nggak bisa saingan sama kamu, Panpan. Kamu bisa mengetik pakai wajah. Jurus spesial ‘wajah menggelinding di keyboard’!” balas Zhou Yi.
“Sialan! Kamu online?!” Sun Pan kaget, tidak menyangka Zhou Yi langsung membalas.
“Awalnya nggak online, tapi begitu kamu ngomongin aku, langsung kecium.”
“Bangsat! Percaya setan sama omonganmu!”
“Pfft!”
“Wkwkwk!” Semua tertawa riang.
“Tapi wartawan Qatar itu benar-benar keterlaluan. Kalau aku jadi kamu, aku pasti bikin imbang dengan Yordania, lalu lolos bareng, biar Irak dan Qatar mati kesal!” kata Guo Nu.
“Iya, mending bikin skor imbang yang normal aja!” Sun Pan langsung setuju, jarang-jarang dia sependapat dengan Guo Nu...
"Tapi Zhou Yi berkata: 'Memang begitu, tapi kita tetap harus berusaha sekuat tenaga untuk mengalahkan Yordania dalam pertandingan.'"
"Kenapa? Kalau Irak bisa menang telak atas Singapura, bukankah mereka bisa lolos ke babak 10 besar? Di kandang sendiri pasti mereka akan mengejar selisih gol dari Singapura..." Sun Pan bingung. "Zhou Yi, kamu kan bukan orang sebaik itu..."
"Hehe, aura kebaikanku terlalu mulia untuk bisa dilihat oleh orang kerdil sepertimu, Panpan."
"Pergi sana!"
"Alasan tidak ingin bermain imbang sederhana - kalau bisa menang, kenapa harus imbang?" Zhou Yi menjelaskan.
"Kamu yakin sekali bisa menang?"
"Tentu, 100% yakin."
Zhou Yi berkata, dia sudah berlatih melawan Yordania dalam permainan virtual, makanya berani bicara seperti itu.
"Pikiranku tetap tidak enak kalau malah menguntungkan Irak..." Sun Pan masih kesal.
Meski selisih gol Irak dan Yordania 5, tapi kalau Yordania kalah dari Tim China, selisih golnya akan berkurang. Sementara Irak di kandang sendiri jika bisa menghajar Singapura, selisih 5 gol itu bukan jurang yang tak bisa ditutupi...
"Tak perlu kesal. Kalau Irak lolos ke babak 10 besar, bukan berarti mereka bisa ke Brasil. Mungkin nanti di babak 10 besar kita satu grup, kita bisa mengambil poin dari mereka." Kata-kata Zhou Yi terdengar sombong tapi santai, seolah mengalahkan Irak bukan hal sulit.
……
Tentang apakah harus bekerja sama dengan Yordania untuk lolos bersama, Zhou Yi tidak hanya membicarakannya di grup dengan teman-temannya, tetapi juga menyampaikannya di internal Tim China.
Sebelum pertandingan Tim China melawan Yordania di kandang sendiri, Zhou Yi berkata kepada rekan setim: "Untuk pertandingan ini, kita tetap harus menang. Bukan untuk Irak, tapi untuk diri kita sendiri."
Pandangannya mendapat persetujuan dari rekan setim lainnya.
Di pertandingan terakhir babak 20 besar, apalagi di kandang sendiri, siapa yang tidak ingin menyambut babak 10 besar dengan kemenangan?
……
Pada 29 Februari pukul 16.00 waktu Beijing, pertandingan Tim China melawan Yordania di kandang sendiri pun dimulai.
Sedangkan pertandingan Irak melawan Singapura di kandang sendiri baru akan dimulai pukul 21.45 waktu Beijing. Saat itu pertandingan China vs Yordania sudah lama selesai, sehingga Irak punya cukup waktu untuk mempersiapkan pertandingan terakhir dan menghitung berapa selisih gol yang harus mereka raih dari Singapura...
Setelah pertandingan dimulai, Yordania yang bermain di kandang lawan memang menjadikan hasil imbang sebagai target. Mereka bertahan rapat dan sesekali mengancam gawang Tim China dengan serangan balik.
Jika boleh memilih, Yordania lebih ingin Tim China tidak memiliki sportivitas, bermain imbang secara "chemistry", lalu lolos bersama.
Sementara suporter Yordania yang datang ke stadion, melambaikan bendera merah lima bintang China dan spanduk bertulisan Mandarin "Persahabatan China-Yordania Abadi" untuk mencari muka di hadapan tuan rumah.
Entah karena strategi pertahanan Yordania yang tepat, ataukah tindakan suporter Yordania benar-benar membuat Tim China mengendurkan permainan, yang pasti hingga babak pertama hampir berakhir, Tim China belum berhasil mencetak gol.
Skor tetap 0-0 selama empat puluh menit.
Dari empat puluh menit pertandingan ini, kedua tim tidak bermain terlalu keras, sedikit pelanggaran, permainan berjalan lancar, peluit wasit utama jarang terdengar.
Intensitas pertandingan tidak terlalu tinggi.
Di area media, beberapa wartawan Qatar menyaksikan pertandingan sambil mengerutkan dahi, termasuk wartawan berjanggut tebal dari Al Jazeera itu.
Ia menatap pertandingan dengan alis berkerut rapat.
Jika Yordania dan Tim China akhirnya bermain imbang, semua upaya Irak akan sia-sia...
……
Tepat saat para wartawan Qatar dilanda kecemasan, di menit ke-43, skor akhirnya berubah!
Gol dicetak oleh Tim China!
Hao Junmin menerima operan dari Zhou Yi lalu menendang bola ke gawang, mencetak gol pembuka untuk Tim China!
Sorak-sorai suporter China memenuhi stadion, sementara wartawan berjanggut tebal di area media itu melompat kegirangan.
Berapa kali pun dia dipermalukan Zhou Yi, tak jadi masalah. Asalkan Irak bisa melewati rintangan ini dan lolos ke babak 10 besar, semua itu sepadan!
Alasan di balik kedekatan wartawan Qatar ini dengan Irak ternyata ada hubungan darah - ibunya adalah orang Irak... Jadi bisa dibilang dia setengah orang Irak.
“Assist Zhou Yi, cantik! Tim China unggul! Zhou Yi membalas fitnah orang-orang hina dengan aksi nyata!” kata Liu Hong. “Seperti yang dia katakan sendiri, tingkat profesionalisme kami jauh lebih tinggi dibanding oknum tertentu!”
……
Di babak kedua, Qatar meningkatkan intensitas serangan. Saat jeda babak pertama, mereka mengganti bek Salman dengan gelandang Khalil untuk memperkuat lini serang.
Tim China memanfaatkan keinginan Qatar menyamakan skor, lalu mencetak gol lagi di menit ke-69.
Hao Junmin kembali menjadi pencetak gol.
Si Brewok melompat-lompat gembira di area media - kemenangan Tim China sudah di tangan!
Setelah kemasukan dua gol, selisih gol Yordania tinggal tiga. Asalkan Irak bisa menang 4-0 atas Singapura di kandang sendiri, mereka akan melampaui Yordania dan lolos ke babak 10 besar sebagai runner-up grup!
Mengalahkan tim terlemah grup dengan skor 4-0 di kandang sendiri bukan hal sulit bagi Irak.
Tapi di menit ke-76, Gao Hongbo menarik Zhou Yi dan memasukkan Yu Dabao. Pergantian ini membuat Si Brewok cemas - apakah Tim China sengaja melemahkan permainan dengan menarik pilar utama terlalu cepat?
Dasar, terlalu jelas! Masih tersisa belasan menit pertandingan, tapi pemain inti malah diganti... Ini jelas sinyal menyerah!
Si pria berjanggut menatap tajam ke arah Zhou Yi yang keluar lapangan. Dia sedang melambaikan tangan kepada suporter China di tribun sambil tersenyum, tidak menunjukkan kemarahan karena ditarik keluar lebih awal. Terlihat jelas dia puas dengan penampilannya sendiri.
Melihat senyuman itu, pria berjanggut langsung teringat pengalamannya di konferensi pers...
"Biarawan olahraga apa? Huh, omong kosong!"
Dia mengutuk dalam hati.
……
Di menit ke-85, bek Yordania Usman berhasil mencetak gol, membuat pria berjanggut semakin yakin Tim China sengaja bermain kendor untuk menghancurkan Irak.
Mengenai alasan Tim China berusaha keras mengeliminasi Irak, wartawan berjanggut ini dengan yakin beranggapan Irak adalah ancaman besar bagi China.
Logikanya seolah masuk akal, toh Irak adalah satu-satunya tim di grup yang berhasil "imbang" melawan China di kandang sendiri... Benar-benar luar biasa.
Tapi tiga menit setelah gol Yordania, tepatnya di menit ke-88, Yu Dabao yang menggantikan Zhou Yi mencetak gol penentu kemenangan untuk Tim China.
Pria berjanggut itu akhirnya bisa bernapas lega.
Saat dia sedang bersukacita memikirkan masa depan Irak, seorang wartawan China di area media meneriakinya: "Hei, kamu, bukankah seharusnya kamu meminta maaf atas fitnah dan kecurigaanmu sebelumnya terhadap Tim China?"
Si pria berjanggut berpura-pura polos: "Tapi bukankah wajar kalian mengejar kemenangan di kandang sendiri? Atau justru harus kalah di rumah sendiri?"
Dia membuka tangannya sambil berkata, seolah hasil ini sudah dengan wajar dan seharusnya begitu.
“Kamu…” Wartawan China yang bertanya itu sampai tidak bisa bicara karena marah. Sudah lihat yang tidak tahu malu, tapi belum pernah lihat yang se-tidak tahu malu ini...
Seorang wartawan China di sampingnya dengan geram tapi pasrah berkata: “Baiklah, semoga Irak atau Qatar tidak bertemu kami di babak 10 besar!”
Si janggut panjang hanya hehe tertawa, penuh cemooh. Dari sepuluh tim yang dibagi grup, mana mungkin mudah dikelompokkan bersama?
Lagipula, meski dikelompokkan bersama, lalu bagaimana? Apa Tim China pasti bisa mengalahkan Qatar dan Irak?
