"Ini adalah senjata rahasia kita untuk mengalahkan Barcelona!" kata Klopp sambil menunjuk bangunan persegi misterius di belakangnya.
Mendengar penjelasan pelatih kepala ini, keraguan di mata para pemain justru semakin bertambah.
Bagaimana mungkin senjata untuk mengalahkan Barcelona berada di dalam bangunan yang terlihat biasa-biasa saja ini?
Bangunan tanpa jendela ini sulit dibayangkan bisa digunakan untuk apa pun selain gudang penyimpanan.
Jawabannya segera terungkap.
Saat Klopp membawa para pemain masuk ke dalam "ruang hitam" yang besar ini, hal pertama yang terlihat adalah sangkar besi raksasa.
Di dalam sangkar terdapat lapangan rumput sintetis, dengan lingkaran garis putih di tengahnya, mirip seperti lingkaran tengah lapangan sepak bola.
Di langit-langit atas terdapat banyak lampu yang menyinari sangkar, sehingga meskipun berada di ruangan gelap tanpa jendela, bagian dalam sangkar tetap terang benderang.
Pada bagian tengah dinding sangkar terdapat empat lubang persegi di setiap sisi - dua di atas dan dua di bawah, total delapan lubang.
Semua ini terlihat sangat membingungkan dan asing.
Semua orang mengamati dengan penasaran apa yang mereka lihat, tidak terlalu mengerti fungsinya.
Zhou Yi teringat iklan Nike yang pernah dibuat tentang pertarungan dalam sangkar, lalu bertanya: "Pelatih, apakah kita akan bertanding satu lawan satu di sini? Yang kalah akan dibuang ke selokan dan hanyut ke Sungai Rhein..."
Rekan setimnya menyemburkan tawa nakal.
"Aku juga ingin melakukan itu, nak." Klopp ikut tertawa.
Setelah bercanda, ia menepuk tangan dan menunjuk sangkar sambil memperkenalkan: "Selamat datang di 'Footbonaut'!"
Mendengar nama ini, wajah mereka tetap bingung: "Apa itu?"
"Seperti yang kalian lihat, di depan kalian ada area persegi berukuran 14x14 meter. Dindingnya terdiri dari 72 panel khusus. Lihat ini?" Klopp menunjuk lubang putih.
Semua mengangguk kompak.
Klopp bertanya lagi: "Ada yang bisa main tenis meja?"
Sebagian orang di tim mengangkat tangan, dengan Zhou Yi mengangkat paling tinggi - sebagai pemain dari China, dia harus percaya diri dalam hal ini.
Klopp melihatnya dan bertanya: "Zhou Yi, pernah kontak dengan mesin servis tenis meja?"
Zhou Yi menggeleng: "Tidak, tapi pernah lihat. Itu mesin yang terus menembakkan bola pingpong, lalu pemain di seberang menyambut bola dan memukul..."
"Penjelasan bagus." Klopp mengangguk. "Dan ini." Katanya sambil menunjuk lubang putih itu, "Ini mesin servis kita!"
Mendengar ini, Zhou Yi mulai bisa menebak fungsi benda aneh dan misterius ini...
Klopp melanjutkan penjelasan: "Kalian harus menangkap bola yang keluar dari mesin servis ini dalam lingkaran putih, menghentikan sepak bola, lalu menendangnya ke grid yang menyala acak. Kedengarannya mudah, bukan?"
Zhou Yi secara refleks mengangguk, lalu langsung menjadi sasaran Klopp: "Hei, Zhou Yi."
"Ah?" Zhou Yi tak menyangka akan dipanggil, dia tampak bingung.
"Ayo, tunjukkan contoh untuk semua!"
"Wah!" Rekan setim di sampingnya bersorak gembira, mereka ingin melihat Zhou Yi dipermalukan. Jelas, ketika Klopp bertanya "mudah bukan", jawaban yang diharapkan "iya", Zhou Yi malah sendiri menabrak moncong senjata Klopp.
Zhou Yi akhirnya digiring masuk ke kandang besi, setelah masuk, pintu ditutup.
“Pergi ke lingkaran tengah.” Klopp di luar menunjuk lingkaran putih berkata.
Zhou Yi patuh berjalan masuk, lalu mulai melirik ke segala arah. Kepalanya terus bergoyang ke kiri-kanan, merekam segala yang dilihatnya dalam ingatan. Ini kebiasaannya - di tempat asing, ia akan terus mengamati dan scanning, mendokumentasikan setiap detail lingkungan.
“Sudah siap?” Klopp bertanya dari luar.
Zhou Yi mengacungkan jempol ke arah Klopp.
Rekan setim di luar berdiri sambil tertawa-tawa, menanti pertarungan Zhou Yi melawan mesin.
“Baik, hitungan mundur tiga detik.” Klopp menginstruksikan.
72 grid dalam kandang tiba-tiba menyala merah bersamaan, membuat beberapa orang kaget.
Sesaat kemudian, lampu merah berganti kuning. Detik berikutnya, kuning menjadi hijau.
Setelah lampu hijau padam, terdengar dua bunyi "tit-tit" mirip kunci mobil.
Zhou Yi mendengar suara dari belakangnya. Saat menoleh, sebuah bola tiba-tiba meluncur keluar dari mesin pelontar bola yang berkedip merah!
Zhou Yi buru-buru berbalik, tapi di tengah gerakan, bola menghantam kaki tumpuannya!
Terhuyung, ia terjatuh ke tanah!
Tawa nakal pecah dari rekan setim.
“Bangun!” Hanya Klopp yang berteriak ke arahnya. “Cepat bangun!”
Belum habis teriakannya, dua bunyi "tit-tit" lagi bergema.
Zhou Yi mengangkat kepala, langsung melihat sepak bola ditembakkan dari mesin pelontar lain ke arahnya. Refleksnya menangkis wajah dengan tangan, bola menghantam lengan dan terpental.
Melihat Zhou Yi begitu kikuk, rekan setim di luar tertawa terbahak-bahak.
Tapi Zhou Yi sadar mesin ini tidak akan berhenti meski dia terjatuh. Ia segera bangkit dari lantai, kini telah memahami mekanisme kerjanya.
Dua bunyi bip adalah sinyal bahwa bola akan ditembakkan dari lubang di sisi yang berbunyi, sekitar satu detik sebelum operan, memberi waktu pemain berbalik dan bersiap.
Saat bunyi bip kembali berbunyi, Zhou Yi segera mengidentifikasi arah datangnya bola dari kanan. Ia cepat-cepat berbalik menghadap ke sana.
Benar saja, lampu merah menyala di mesin pelontar kanan bawah. Sebuah bola ditembakkan keluar.
Zhou Yi mengangkat kaki mengontrol bola. Bola jinak berhenti di kakinya. Mengangkat kepala, ia melihat grid di dinding kiri bawah menyala hijau.
Zhou Yi segera mengoper bola ke sana. Bola tepat mengenai grid hingga terbalik dan bergulir keluar.
Grid kemudian kembali ke posisi semula otomatis.
Dua bip lagi berbunyi, kali ini dari belakang. Ia berbalik, bola datang. Kaki diangkat mengontrol bola. Setelah berhenti, ia mengamati dan melihat grid di hadapannya menyala. Zhou Yi menendang bola yang tepat mengenai sasaran.
Ketiga kali, setelah Zhou Yi melakukan operan, bola mengenai bingkai jaring dan memantul kembali, lampu hijau berubah menjadi kuning.
Zhou Yi berlari keluar lingkaran, menendang bola kembali ke jaring, dan akhirnya berhasil mengenai target yang benar tepat saat lampu kuning berubah merah.
Setiap kali bunyi peringatan berbunyi, Zhou Yi akan cepat-cepat berbalik menyambut bola, lalu mengulangi seluruh rangkaian gerakan menyambut dan mengoper bola.
Dalam proses ini, dia menyadari kecepatan perubahan lampu target dari hijau ke kuning lalu merah sangat cepat - ketiga lampu mungkin hanya menyala selama dua detik. Dia harus menendang bola ke target dalam waktu sesingkat itu.
Sekaligus setelah menendang, bunyi peringatan operan berikutnya langsung berbunyi. Hampir tidak memberi Zhou Yi kesempatan bernapas atau beristirahat, dia harus terus-menerus mengulangi rangkaian gerakan ini tanpa henti.
Namun latihan berintensitas tinggi ini justru membuat Zhou Yi kecanduan... Dia sama sekali tidak sempat memikirkan hal lain, fokus total pada pencarian target, menyambut bola, dan mengoper.
Di luar kandang, rekan setim perlahan berhenti tertawa. Ekspresi mereka semakin serius karena menyadari perangkat ini bukan mainan - konten dan intensitas latihan yang ditunjukkan Zhou Yi memaksa mereka memandang serius sangkar besi aneh ini...
Sebagai pemain profesional, mereka sangat paham arti dari rangkaian operan cepat yang bertubi-tubi ini.
Saat Zhou Yi sudah masuk ke kondisi lupa diri, dua bunyi peringatan tidak lagi terdengar.
Zhou Yi menoleh dan berputar mencari ke sekeliling, delapan mesin pelontar bola putih tak lagi menyala.
"Hei?" Dia masih belum paham situasi apa yang terjadi.
Klopp sudah membuka pintu dan masuk: "Sudah selesai."
"Sudah selesai?" Ekspresi Zhou Yi penuh ketidakpercayaan, dia belum puas.
"Iya, satu setengah menit per sesi latihan." Klopp menjelaskan.
"Ah, boleh aku coba lagi? Pelatih?" Zhou Yi merengek.
"Kau pikir ini fasilitas pribadimu? Mereka masih antri di luar!" Klopp menunjuk para pemain di luar sangkar.
Zhou Yi melirik ke luar, melihat sorot mata rekan setim yang sama bersemangat dan penuh keinginan seperti dirinya. Rupanya semua orang terpesona oleh alat latihan baru ini!
Tentu saja dia tidak bisa memonopoli fasilitas latihan, akhirnya dengan perasaan menyesal dan belum puas, Zhou Yi meninggalkan sangkar dan memberikan posisinya ke rekan lain.
Melihat rekan-rekannya di dalam sangkar dengan gugup beradaptasi menggunakan fasilitas latihan baru, Zhou Yi gatal di hati dan kaki.
Diam-diam dia berpikir, andai ada fasilitas latihan seperti ini yang khusus untuknya sendiri...
Hari itu, seluruh tim Borussia Dortmund kecuali kiper, melakukan latihan "Footbonaut" selama total sepuluh menit.
Zhou Yi juga demikian, tapi saat mengakhiri latihan, dia masih harus berpamitan dengan perasaan berat pada "ruangan hitam" besar ini.
Saat berjalan keluar bersama rekan setim, Zhou Yi menoleh sekali lagi ke gedung berwarna putih tanpa jendela itu.
Dia serius mempertimbangkan apakah bisa menyelinap kembali malam ini untuk latihan khusus...
