Berbeda kontras dengan euforia pemain Borussia Dortmund, terlihat wajah-wajah muram para pemain Barcelona.
Saat pertandingan berakhir, banyak pemain Barcelona yang langsung roboh di lapangan, menutupi wajah dengan tangan, tak percaya dengan hasil ini.
Sebelum pertandingan dimulai, mereka tak pernah menyangka akan tersingkir di kandang sendiri.
Saat bermain imbang 0-0 di kandang lawan melawan Dortmund, mereka sama sekali tak merasa tim Jerman itu akan menjadi ancaman.
Tapi kini tersadar: Andai dulu bisa mencetak satu gol tandang, situasi mungkin akan berbeda... Justru karena tak punya gol tandang, Dortmund bisa leluasa menyerang di Camp Nou. Orang Jerman itu paham betul, setiap gol mereka adalah gol tandang!
Barcelona yang terlalu percaya diri dengan kemampuannya, kini harus menelan pil pahit.
"Messi duduk di tanah, kedua tangan menutupi wajah, menengadah ke atas." Dia sudah berusaha maksimal dalam pertandingan, mencetak dua gol, tapi tidak bisa membantu timnya menang. Dua gol itu tiba-tiba menjadi tak berarti...
Di menit-menit akhir pertandingan, meski mengerahkan semua kemampuannya, sulit baginya menembus tembok baja pertahanan Borussia Dortmund. Orang sering bilang "mengubah hasil pertandingan sendirian" untuk menggambarkan kemampuan bintang sepak bola level Messi. Tapi sekarang jelas, pernyataan itu tidak mutlak benar. Contohnya kali ini, dia gagal mengubah hasil sendirian.
Ketika tim sebesar Barcelona mulai bergantung pada kemampuan individu bintangnya di akhir pertandingan, artinya mereka sudah kehabisan akal dan di ujung jalan buntu.
Kapten Puyol sedang menghibur Busquets yang menangis.
Iniesta berdiri dengan tangan di pinggang, bingung melihat ke sekeliling. Dia benar-benar terkejut dengan hasil ini.
Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Ia menoleh dan melihat sahabatnya, Xavi.
"Luar biasa, ya?" bisik Xavi di sampingnya. "Kita sampai tereliminasi di kandang sendiri."
Iniesta bingung bagaimana merespons. Xavi melanjutkan, "Tapi sepak bola memang seperti ini. Apa pun bisa terjadi, bukan? Satu-satunya alasan kita tereliminasi karena dalam 90 menit ini, kita tak lebih baik dari lawan."
Saat mengucapkan ini, matanya terus menatap ke depan seperti tak fokus, tapi sebenarnya fokusnya tertuju pada satu sosok.
Zhou Yi.
Pemain nomor 23 Borussia Dortmund ini bersandar pada rekan setimnya, mengangkat tangan untuk merayakan.
Senyum lebar di wajahnya tak bisa menyembunyikan kelelahan.
Inilah harga sebuah kemenangan.
Tapi Xavi lebih memilih membayar harga ini sendiri demi meraih kemenangan.
Sekarang...
Iniesta sadar kembali, lalu mengalihkan pandangannya ke Zhou Yi. Tanpa perlu bertanya, dia tahu pasti Xavi sedang mengamati anak ini.
Karena mereka juga pernah mendiskusikan Zhou Yi secara pribadi, terutama setelah pengundian grup.
Iniesta berpendapat gaya bermain Zhou Yi mirip dengan Xavi, sementara Xavi merasa jika suatu hari nanti dia pensiun, Zhou Yi akan menjadi penerus terbaiknya di Barcelona.
Tapi melihat pertandingan kali ini, sepertinya suporter Barcelona akan sulit menyukainya.
Siulan keras yang menggema itu masih membekas di ingatan, entah apakah Zhou Yi merasakan jantung berdebar kencang saat itu...
"Masihkah kau berharap dia datang ke Barcelona, Xavi?" tanya Iniesta.
"Tentu, mengapa tidak?" jawab Xavi. "Justru karena dia bisa mengeliminasi kita, dia layak datang ke Barcelona."
Setelah berkata demikian, Xavi melepaskan Iniesta dan berjalan menuju Zhou Yi.
Zhou Yi yang sedang merayakan kualifikasi ke semifinal bersama rekan setim tiba-tiba dipanggil. Dia menoleh dan memandang Xavi dengan terkejut.
"Mau bertukar seragam, Zhou?" tanya Xavi dalam Bahasa Inggris.
“Tentu saja!” Zhou Yi menjawab dengan tegas, berbalik dan melepas seragamnya, lalu menyerahkannya kepada Xavi.
Xavi juga melepas seragamnya, keduanya menyelesaikan ritual pertukaran seragam.
Sebelum pergi, Xavi berkata kepada Zhou Yi: "Semoga sukses untuk kalian."
"Terima kasih." Zhou Yi juga membalas dengan sopan.
Meskipun dalam pertandingan mereka bertarung sengit dan menggunakan segala cara untuk meraih kemenangan, setelah pertandingan berakhir tak perlu lagi saling bermusuhan.
Saat Xavi kembali membawa seragam Zhou Yi, Iniesta bertanya: "Apa yang kalian bicarakan?"
"Tidak banyak, hanya mengucapkan semoga sukses." Xavi menunduk dan mengenakan seragam Zhou Yi di tubuhnya. Anehnya seragam itu cukup pas di badannya...
"Kukira kau akan membujuknya bergabung ke Barcelona..." Iniesta terlihat heran.
"Kurasa dia tipe orang yang punya prinsip sendiri, perkataan orang lain tak banyak berpengaruh." Xavi memandang Zhou Yi sambil berkata.
"Benar, kalau tidak dulu dia tak akan menolak La Masia." Iniesta mengangkat bahu.
Setiap teringat hal ini, Xavi mengernyitkan kening. Kini jelas Barcelona dulu melepas bukan sekadar pemain muda yang mungkin sukses di masa depan, tapi seorang genius.
……
Masalah serupa juga dihadapi Guardiola. Dalam konferensi pers setelah pertandingan, para wartawan membanjirinya dengan pertanyaan tentang Zhou Yi.
"Pada dasarnya semua orang setuju bahwa tersingkirnya Barcelona memiliki hubungan langsung dengan penampilan luar biasa Zhou Yi. Maka keputusan Barcelona untuk melepas Zhou Yi di masa lalu secara alami dianggap sebagai bibit kekalahan hari ini. Orang-orang tak bisa menahan diri untuk bertanya—andai dulu La Masia berusaha mati-matian mempertahankan Zhou Yi, mungkinkah situasi ini tidak akan terjadi?"
"Banyak pertanyaan berpusar pada Zhou Yi. Ada yang ingin mendengar penilaian Guardiola tentangnya, ada yang penasaran apakah Guardiola menyesali kegagalan klub mempertahankan Zhou Yi, juga yang bertanya apakah Guardiola berencana merekrutnya..."
"Menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini, Guardiola hanya bisa menolak menjawab—bukan karena sok jagoan atau marah, tapi benar-benar tidak tahu harus menjawab apa."
"Namun pertanyaan-pertanyaan ini memang membuatnya merasa tersudut."
"Kalah saja sudah tidak enak, masih harus dihujani pertanyaan seperti ini, siapa yang mau?"
"Di sisi lain Klopp tersenyum lebar, saat diwawancarai wartawan tak ragu memuji tim dan Zhou Yi."
"Bahkan dia tak lupa menabur garam di luka Barcelona:"
"'Pemain kami tampil luar biasa, saya sangat bangga pada mereka. Zhou Yi? Sekarang saya sangat senang kami bisa mendapatkannya.'"
"Bukankah ini sindiran halus pada Barcelona yang gagal merekrutnya dulu?"
"Zhou Yi sendiri sebenarnya tidak bermaksud mempermalukan Barcelona. Saat diwawancarai wartawan setelah pertandingan, dia membantah bahwa penolakannya dulu terhadap Barcelona karena konflik: "Tidak ada masalah antara saya dengan Barcelona, dan saya juga bukan suporter Real Madrid. Saya tidak bergabung dengan La Masia murni karena saat itu saya sudah mencapai kesepakatan dengan Borussia Dortmund, meskipun hanya kesepakatan lisan. Saya ingin menepati janji dengan Dortmund, jadi tidak bisa menerima tawaran tim lain. Bukan hanya Barcelona, tim manapun yang menghubungi saya saat itu akan saya tolak."
"Jadi hanya karena Barcelona datang terlambat?" tanya seorang wartawan.
"Ya, mereka terlambat." Zhou Yi mengangguk. "Ini bukan soal benar atau salah."
Seorang wartawan masih belum menyerah: "Apakah kamu akan bergabung dengan Barcelona di masa depan?"
Zhou Yi tersenyum: "Itu cerita lain."
……
Pertarungan antara Borussia Dortmund dan Barcelona berakhir dengan hasil tak terduga. Dortmund yang bermain di kandang lawan berhasil mengeliminasi Barcelona, menghentikan tiba-tiba perjalanan juara bertahan di babak perempat final.
Hasil ini bisa disebut sebagai kemenangan tak terduga.
Sebelum pertandingan, tak ada yang menyangka Dortmund yang bermain di kandang lawan bisa menjadi pemenang akhir.
Seluruh media olahraga Eropa memberitakan pertandingan ini.
Banyak media menampilkan foto-foto pemain Barcelona yang terlihat lesu di halaman depan.
"Terutama momen ketika Messi duduk di tanah menutupi wajah dengan kedua tangan setelah pertandingan berakhir, yang menjadi sangat viral."
"...Borussia Dortmund Memalukan Barcelona!"
"Kejutan! Juara Bertahan Tersingkir di Delapan Besar!"
"Perang Pertahanan Bumi Berakhir dengan Kemenangan Borussia Dortmund!"
"Messi Cetak Dua Gol, Tapi Tak Cukup Selamatkan Kekalahan!"
Di saat yang sama, foto Zhou Yi mengayunkan lengan ke tribun Stadion Camp Nou setelah mencetak gol juga muncul sebanyak foto tersebut.
Ini juga menjadi momen ikonik dari pertandingan itu.
"Zhou Yi Penentu Kemenangan!"
"Panglima Tertinggi Pertahanan Bumi - Zhou Yi!"
"Inti Borussia Dortmund yang Pantas! Pembawa Kemenangan!"
"Zhou Yi Sendiri Mengalahkan Bintang-Bintang Barcelona!"
"...Ini Pertandingan yang Menetapkan Posisi Zhou Yi di Sepakbola Dunia!"
"Sepak Bola China Kini Memiliki Bintang Sejati!"
Tentu saja, sebagian besar judul sensasional ini digunakan media dalam negeri China... Media Eropa menggunakan istilah yang lebih netral, tapi tetap memuji Zhou Yi dengan menyebut performanya jauh melampaui usia dan pengalamannya.
Inilah yang paling membuat para pakar terkejut dan tak percaya. Di usia 21 tahun, meski di era sepakbola modern dimana pemain berbakat muncul semakin muda, Zhou Yi menunjukkan performa lapangan yang sama sekali tak sesuai dengan label "pemain muda", "kurang pengalaman", atau "pendatang baru".
Inilah alasan mengapa Borussia Dortmund dapat tampil luar biasa meski menjadikan pemain inti yang begitu muda.
Usia dan penampilan Zhou Yi merupakan suatu tipuan. Jika meremehkannya karena itu, Anda akan sial.
……
Tim Borussia Dortmund yang kembali ke Munich disambut para suporter di bandara dengan meriah, membuat para pemain terkejut. Großkreutz saat diwawancarari mengungkapkan perasaan seluruh tim: "Kukira kami sudah memenangkan gelar juara!"
Wartawan yang mewawancarainya pun tertawa.
Kemenangan ini membuat suasana hati semua orang menjadi baik.
