Kekalahan di leg pertama semifinal Champions Eropa membuat Borussia Dortmund sepenuhnya fokus pada leg kedua semifinal. Untuk pertandingan ligi di akhir pekan, Klopp hampir sepenuhnya memainkan pemain tim cadangan.
Jadi hasil imbang 2-2 melawan Borussia Mönchengladbach pimpinan Reus di kandang sendiri bukanlah hal yang mengejutkan. Saat ini baik pemain, suporter, maupun media Dortmund, semuanya sudah tidak memikirkan liga lagi. Lagipula mereka sudah menjadi juara liga.
Pertarungan melawan Chelsea berikutnya adalah yang paling penting.
Sebelum pertandingan, organisasi suporter Borussia Dortmund mengklaim akan mengubah Westfalenstadion menjadi kandang neraka yang menakutkan.
Saat pertandingan, mereka benar-benar mewujudkannya. Tribun selatan seperti tembok berapi yang membara, suporter Dortmund bahkan membuat TIFO raksasa untuk meningkatkan semangat kandang.
Di leg kedua, Mats Hummels dan Klopp sudah bebas dari suspensi. Para pemain mengerahkan segala upaya.
Tapi Chelsea jauh lebih tangguh dari yang mereka bayangkan. Dengan keunggulan dua gol, Chelsea bermain bertahan dan melakukan serangan balik di kandang lawan - gaya yang sebenarnya paling mereka kuasai.
Menghadapi Chelsea yang bermain bertahan rapat, Borussia Dortmund menggempur separuh lapangan mereka. Di menit ke-40, Zhou Yi melepaskan tendangan jarak jauh yang tiba-tiba dari luar area penalti, menerobos gawang Chelsea.
Saat gol terjadi, sorakan bergemuruh dari tribun. Namun Zhou Yi tidak merayakan gol tersebut, melainkan meminta Robert Lewandowski di depan untuk segera mengambil bola dan memulai permainan kembali.
Gol di menit ke-40 sudah agak terlambat...
……
Di babak kedua setelah bertukar sisi lapangan, sementara Borussia Dortmund terus mengobrak-abrik pertahanan, lini belakang mereka justru jebol.
Chelsea memanfaatkan serangan balik cepat. Fernando Torres melakukan serangan balik melewati offside, mengelabui kiper Weidenfeller yang keluar di garis kotak penalti, lalu menceploskan bola ke gawang.
Gol ini membuat Westfalenstadion terhening bagai kuburan.
Selisih agregat kembali melebar jadi dua gol. Yang krusial, Chelsea kini memiliki gol tandang. Bahkan jika Dortmund menang 3-1 di kandang sendiri untuk menyamakan agregat, mereka tetap akan tersingkir karena aturan gol tandang. Jadi untuk mengeliminasi Chelsea dan lolos ke final, Dortmund harus menang 4-1 di kandang agar unggul agregat.
Namun setelah Chelsea mencetak gol, waktu yang tersisa bagi Borussia Dortmund hanya setengah jam. Tiga puluh menit untuk mencetak tiga gol lagi sekaligus memastikan Chelsea tidak mencetak gol tambahan... Ini bukan mustahil, tetapi tingkat kemungkinannya sangat-sat kecil.
Diam di tribun penonton juga disebabkan oleh alasan ini.
Marcel Leif menghela napas dan berkata: "Meski enggan mengakuinya, Borussia Dortmund praktis sudah tersingkir... Tentu saja, dalam kondisi penuh cedera masih bisa mencapai tahap ini, performa Dortmund sudah cukup baik. Musim lalu kembali ke babak utama Champions Eropa setelah tujuh tahun, langsung melaju ke Delapan Besar, musim ini bahkan lebih jauh hingga semifinal, mereka sudah melakukan yang terbaik..."
……
Setelah pertandingan berlanjut, para pemain Dortmund tidak menyerah, terus mencari kesempatan mencetak gol, berharap menyelesaikan misi yang mustahil ini.
Namun seiring berjalannya waktu, harapan itu semakin tipis.
Chelsea langsung memarkir bus di depan gawang mereka setelah mencetak gol. Meski Zhou Yi dan rekan setimnya mengerahkan segala upaya, sulit menemukan kelemahan dalam pertahanan Chelsea.
Hal ini sebenarnya sudah Zhou Yi alami sebelumnya dalam permainan virtual. Saat Chelsea fokus bertahan, sangat sulit bagi Dortmund untuk mencetak gol.
Bagaimanapun juga ini tim yang pernah dilatih Mourinho, pertahanan sudah menyatu dengan darah dan gen mereka.
Menghadapi tembok baja Chelsea, Dortmund baru bisa mencetak gol lagi pada menit ke-88.
Saat itu, Zhou Yi tiba-tiba bergerak ke sayap dan melakukan umpan silang. Pertahanan Chelsea sedikit lengah, umpan silangnya berhasil menemui Robert Lewandowski. Di depan gawang, Lewandowski menyundul bola ke gawang yang dijaga Petr Čech.
Selisih agregat hanya satu gol, tetapi waktu yang tersisa untuk Borussia Dortmund juga sudah tidak banyak.
Akhirnya Borussia Dortmund menang 2:1 di kandang sendiri atas Chelsea, namun tersingkir dengan agregat 2:3.
Mereka gagal melangkah ke final.
Setelah pertandingan, para pemain Dortmund terlihat sangat kecewa, beberapa bahkan menangis di lapangan.
Performa mereka di liga dan Champions Eropa musim ini sebenarnya sangat bagus. Meski berhasil juara liga empat pertandingan lebih cepat, tapi harus tersingkir dari Champions Eropa.
Di area campuran setelah pertandingan, Zhou Yi menerima wawancara dari para wartawan.
Mengenai tersingkirnya tim mereka, Zhou Yi memberikan penjelasannya.
"Kami kurang beruntung..." Ia menggelengkan kepala dengan suara rendah dan emosi yang tertekan. Meski hasil ini mungkin tidak mengejutkan baginya - karena dalam permainan virtual, dia sudah mensimulasikan berkali-kali skenario Dortmund tersingkir, tapi ketika kenyataan ini benar-benar terjadi, tetap muncul rasa kehilangan yang besar.
Kemudian dia enggan berbicara lebih banyak, berpamitan dengan para wartawan dan berjalan menuju ruang ganti.
Seorang wartawan China yang melihat punggungnya yang tertunduk menuju ruang ganti tiba-tiba ingin menghiburnya, lalu berteriak: "Sebenarnya kalian sudah sangat hebat! Setiap musim selalu menunjukkan kemajuan!"
Zhou Yi tidak menoleh, hanya melambai, entah sebagai ucapan terima kasih atas hiburan sang wartawan atau menganggap hiburan tersebut tak berguna... Bagaimanapun, dia berjalan kembali ke ruang ganti.
Meninggalkan segerombolan wartawan yang menghela nafas.
Musim lalu, setelah tersingkir di perempat final, para wartawan mengira Zhou Yi akan mencari alasan objektif untuk membela kekalahan timnya. Namun Zhou Yi hanya berkata bahwa penyebab eliminasi adalah karena kemampuan tim mereka yang belum cukup kuat.
Saat itu Borussia Dortmund memang belum tangguh, tak berdaya melawan gempuran Real Madrid.
Musim ini, menghadapi Barcelona yang selevel Real Madrid, Dortmund justru berhasil mengeliminasi lawan. Ini mestinya membuktikan peningkatan kualitas mereka. Tapi tetap saja tersingkir.
Benar-benar sial.
Seandainya Mats Hummels dan Klopp tidak dihukum larangan tampil, seandainya Sven Bender tidak cedera, mungkin Dortmund benar-benar bisa melangkah ke final di Allianz Arena.
Di sisi lain, Bayern München telah mengeliminasi Real Madrid dan lolos ke final. Banyak yang berpendapat, andai Dortmund bisa ke final, melawan Bayern München, mungkin justru karena keunggulan psikologis mereka bisa mengalahkan Bayern dan menjadi juara.
Tapi sekarang, semua itu hanya tinggal imajinasi.
Nasib sial...
Perasaan apa yang tersembunyi di hati Zhou Yi saat mengucapkan kata-kata itu?
Melihat punggungnya yang hanya melambai dan tak berhenti, kita bisa sedikit menebaknya.
Hati ini terasa pahit.
Dalam pertandingan ini Zhou Yi juga mengerahkan seluruh kemampuannya, mencetak satu gol dan memberikan satu assist, membantu timnya mengalahkan Chelsea di kandang sendiri. Namun sayang kekalahan di leg pertama terlalu telak, bahkan dirinya pun tak bisa berbuat banyak.
Menghadapi kekalahan seperti ini, sebenarnya tak ada yang akan menyalahkan Zhou Yi. Performanya sudah cukup baik... Faktanya, dengan performanya di Champions Eropa selama dua musim terakhir, Zhou Yi sudah bisa dianggap sebagai gelandang yang tak kalah dari maestro-maestro gelandang lain. Borussia Dortmund mungkin masih memiliki banyak masalah yang perlu diselesaikan dan kelemahan yang harus ditutupi, tapi Zhou Yi jelas bukan bagian dari masalah maupun kelemahan tersebut.
Setelah pertandingan, berbagai media yang mengulas eliminasi Borussia Dortmund menggunakan alasan "nasib sial". Hanya saja interpretasi terhadap "nasib sial" ini berbeda-beda. Ada yang berpendapat absennya pemain kunci karena hukuman dan cedera adalah manifestasi nasib sial, sementara yang lain menganggap undian yang mempertemukan mereka dengan Barcelona sudah termasuk nasib sial.
Tapi bagaimanapun interpretasinya, tak ada yang bisa mengubah realitas bahwa Borusia Dortmund telah tersingkir.
Media Dortmund berpendapat yang terpenting sekarang bukan menganalisis alasan tersingkirnya Borussia Dortmund, tapi bagaimana menghadapi pertandingan selanjutnya.
Meski liga sudah dimenangkan lebih awal, Borussia Dortmund masih memiliki final Piala Jerman yang harus dihadapi.
Saat tim kembali berlatih setelah pertandingan, Klopp juga menyebutkan hal ini. Tereliminasi dari Champions Eropa memang mengecewakan, namun seluruh tim tidak perlu terus-menerus memikirkannya. Yang lebih penting adalah pertandingan selanjutnya.
Asalkan Borussia Dortmund bisa mengalahkan Bayern München di final Piala Jerman, mereka akan menjadi Gelar Ganda musim ini. Dengan demikian, bagi Dortmund, musim ini tetap akan menjadi musim yang gemilang dan tidak akan redup meskipun tereliminasi di semifinal Champions Eropa.
Dua pertandingan liga berikutnya tidak berarti bagi Dortmund. Klopp mempertimbangkan stamina pemain yang sudah mencapai batas akhir-akhir ini, namun masih ada final Piala Jerman yang akan datang. Oleh karena itu, dia memberikan istirahat penuh kepada pilar utama yang telah berjuang sepanjang musim, dan memberi lebih banyak waktu bermain kepada pemain cadangan.
Pemain cadangan tidak mengurangi daya tempur Dortmund. Meskipun tereliminasi dari Champions Eropa, dominasi Dortmund di Bundesliga masih sangat kuat. Pada pekan ke-33 liga, Dortmund yang tidak menurunkan skuad utama berhasil mengalahkan Kaiserslautern 3-1 di kandang lawan.
Kemudian di pekan ke-34 liga yang merupakan pertandingan terakhir, Klopp mempertahankan formasi pemain utama seperti pertandingan sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah penyesuaian di bangku cadangan, di mana lebih banyak pemain inti seperti Zhou Yi yang kembali ke bangku cadangan.
Ini jelas persiapan untuk final Piala Jerman berikutnya. Menempatkan mereka di bangku cadangan bertujuan untuk memasukkan mereka di akhir pertandingan guna mencari feel bermain.
Zhou Yi dimasukkan saat tersisa 15 menit pertandingan. Di menit terakhir, ia memberikan assist kepada Robert Lewandowski yang juga masuk sebagai pemain pengganti, membantu tim mengalahkan SC Freiburg 4-0 di kandang sendiri, menutup musim liga dengan sempurna.
Setelah pertandingan ini, seluruh tim Borussia Dortmund fokus mempersiapkan final Piala Jerman. Mereka akan menghadapi Bayern München di Stadion Olimpiade Berlin pada 13 Mei, seminggu kemudian.
Sebagai lawan mereka, Bayern München justru terlihat kurang fokus.
Karena Bayern München lolos ke final Liga Champions, manakah yang lebih penting antara final Piala Jerman dan final Liga Champions?
Tentu tidak perlu ditanya lagi!
Saat ini seluruh klub Bayern München penuh dengan pikiran untuk mengalahkan Chelsea yang tidak terlalu kuat di kandang sendiri, merebut gelar Champions Eropa.
Ada yang lebih membanggakan daripada mengangkat piala di kandang sendiri?
