Final Piala Jerman berlangsung seminggu sebelum final Liga Champions. Bagi Dortmund ini biasa saja, tapi bagi Bayern München ini menjadi faktor yang harus dipertimbangkan.
"Selanjutnya adalah final Liga Champions, jika ada yang cedera dalam final Piala Jerman melawan Borussia Dortmund... maka dia tidak bisa bermain di final Liga Champions melawan Chelsea."
Di benak semua pemain Bayern München, tidak diragukan lagi final Liga Champions lebih penting.
"...Jadi selama kalian menunjukkan agresivitas yang cukup dalam pertandingan, tunjukkan keberanian tanpa takut kalian, maka pemain Bayern München akan mundur ketakutan!" Pada sesi persiapan taktik sebelum pertandingan, pelatih kepala Borussia Dortmund Klopp berbicara kepada para pemainnya.
Di sisi lain, Heynckes dalam wawancara dengan wartawan mengatakan: "Liga Champions tentu penting, tapi ini tidak berarti kami akan menyerahkan Piala Jerman. Kami akan turunkan formasi terkuat. Tidak ada yang akan menolak tambahan gelar juara."
Mendengar ini, Klopp tersenyum. Dia justru sangat menginginkan Bayern München memainkan formasi terkuat.
……
Setelah pertandingan dimulai, seluruh tim Borussia Dortmund memang terlihat sangat agresif sejak awal. Baru tiga menit berjalan, pelanggaran İlkay Gündoğan di area tengah lapangan langsung mendapat peringatan lisan dari wasit utama.
Pelanggaran ini seolah-olah menetapkan nada untuk seluruh pertandingan.
Di hadapan pemain-pemain Borussia Dortmund yang garang seperti ingin melahap mereka, para pemain Bayern München benar-benar tidak bisa beradaptasi dan terlihat ragu-ragu.
Komentator Marcel Leif berkata: "Pemain Bayern München terlihat kaku dan tidak leluasa. Pasti mereka memikirkan Final Liga Champions yang akan datang, tidak ada yang ingin cedera di final Piala Jerman... Sebenarnya menurutku jika Bayern München menggunakan formasi rotasi di pertandingan ini, hasilnya mungkin justru lebih baik."
Dalam kondisi tersebut, baru lima menit pertandingan berjalan, Borussia Dortmund sudah unggul.
Götze memberikan assist kepada Shinji Kagawa yang mencetak gol pembuka untuk Borussia Dortmund.
Ketertinggalan seakan membangkitkan semangat tempur pemain Bayern München. Menit ke-24, Ribery mengirim umpan silang dari tepi area penalti yang menyebabkan kekacauan di kotak pertahanan Dortmund. Dalam keributan itu, kiper Dortmund Weidenfeller menjatuhkan Arjen Robben, dan wasit utama yang waspada memberikan hukuman penalti!
Weidenfeller sendiri juga menerima kartu kuning.
Keputusan ini tidak memuaskan kedua tim. Dortmund menganggap Robben melakukan diving, sementara pemain Bayern berpendapat Weidenfeller seharusnya langsung diusir keluar lapangan.
Perdebatan dari kedua pihak tidak mengubah hasil akhir.
Akhirnya Robben sendiri yang mengeksekusi penalti dengan sukses, menyamakan skor untuk Bayern München.
……
"Setelah Bayern München menyamakan skor, moral mereka langsung melonjak dan melancarkan serangan gencar ke gawang Borussia Dortmund. Meski final Piala Jerman tak sepenting Final Liga Champions, tapi siapa yang mau melepas gelar jika bisa meraihnya?"
"Dalam gempuran serangan Bayern München, Weidenfeller menjadi orang yang paling sibuk."
"Namun yang menyedihkan, di menit ke-34, Weidenfeller terjatuh dan mengalami cedera bahu saat melakukan penyelamatan, membuatnya tak bisa melanjutkan pertandingan..."
"Aduh! Weidenfeller juga cedera! Terlalu banyak pemain Dortmund yang cedera belakangan ini!" teriak Marcel Leif.
"Di pinggir lapangan, pelatih Klopp tak tahan mengumpat dengan kata-kata kasar khas Jerman, lalu meminta kiper cadangan Langerak segera melakukan pemanasan."
"Bagi semua orang, meski Dortmund punya awal yang baik di final ini, kini mereka sedang sial dan situasinya semakin sulit."
"Penarikan kiper utama pasti mempengaruhi stabilitas lini pertahanan, sekaligus berdampak pada moral pemain."
"Bayern München sepertinya akan meraih gelar pertama mereka di musim ini."
Berhasil merebut gelar ini dari tangan Borussia Dortmund, tentu menjadi penghiburan bagi Bayern München – mereka telah terjepit oleh Dortmund selama dua musim berturut-turut di liga, memang sudah lama menumpuk dendam. Jika kali ini bisa mengalahkan Dortmund di final Piala Jerman, pastilah akan melampiaskan kekesalan yang terpendam.
Tapi yang tak disangka Bayern München, saat mereka fokus memikirkan cara mengalahkan Dortmund, malah muncul masalah internal...
Menit ke-40, Zhou Yi di depan area penalti melakukan gerakan tipuan umpan terobosan, tiba-tiba mengubah arah dan menerobos masuk ke kotak penalti, dijatuhkan oleh bek tengah Bayern München Badstuber yang tak siap menghadapi.
Badstuber juga menerima kartu kuning, dan Bayern München diberikan hadiah penalti...
Keputusan penalti ini juga memicu protes dari kedua tim – pemain Dortmund beranggapan Badstuber seharusnya mendapat kartu merah, meski tak ada bukti jelas, hanya pelampiasan emosi belaka. Sementara pemain Bayern menganggap Zhou Yi melakukan diving. Mereka juga tanpa bukti. Semua hanya meluapkan emosi.
Wasit utama tetap pada keputusannya.
Eksekutor penalti Dortmund adalah bek tengah Mats Hummels yang sukses mengkonversi tendangan tersebut dengan sempurna.
Dortmund kembali unggul!
……
Jeda babak pertama, kedua pelatih melakukan penyesuaian di ruang ganti untuk babak kedua. Pertandingan dilanjutkan dengan bertukar sisi lapangan, namun baru satu menit babak kedua dimulai, Borussia Dortmund sudah mencetak gol lagi.
Zhou Yi memberikan assist kepada Robert Lewandowski yang berhasil mencetak gol, membawa Borussia Dortmund unggul 3-1 atas Bayern München.
Gol ini membuat hampir semua penyesuaian dan strategi Heynckes selama jeda babak menjadi sia-sia.
Pada menit ke-58, Robert Lewandowski mencetak dua gol (mengukir brace), mengubah skor menjadi 4-1.
Perkembangan ini mengejutkan banyak pihak. Setelah Weidenfeller cedera dan keluar lapangan, semua mengira Dortmund akan terpuruk, namun nyatanya mereka justru semakin gigih hingga membuat Bayern München kesulitan.
Baru pada menit ke-76, Bayern München membalas melalui Ribery. Namun dengan sisa waktu 10+ menit dan ketertinggalan dua gol, perbandingan kemampuan kedua tim membuat Bayern hampir mustahil bangkit kecuali Dortmund melakukan kesalahan.
Tapi Dortmund tidak sebodah itu... Pada menit ke-81, Robert Lewandowski menyelesaikan hattrick dengan assist lagi dari Zhou Yi. Skor 5-2 untuk Dortmund membuat Klopp bisa merasa tenang.
Maka dia menarik Zhou Yi keluar. Sebenarnya tidak ada pertandingan berikutnya, Zhou Yi bisa saja bermain penuh tanpa masalah, tapi Klopp tetap memutuskan untuk menggantikannya lebih awal. Tujuannya adalah agar Zhou Yi bisa menikmati sorakan suporter Borussia Dortmund sendirian di tribun.
Benar saja, saat Zhou Yi berjalan meninggalkan lapangan, lebih dari setengah penonton di Stadion Olimpiade Berlin berdiri dari kursi mereka. Mereka menyanyikan lagu dan memberikan tepuk tangan untuk Zhou Yi.
"Di menit ke-10 menjelang akhir pertandingan, Zhou Yi ditarik keluar. Dia mendapat sorakan dan tepuk tangan dari suporter Borussia Dortmund - penghormatan yang pantas diterimanya..." komentator Marcel Leif berkata. "Meski tersingkir di semifinal Champions Eropa musim ini, ini tetap musim yang gemilang. Tim muda ini tidak hanya mempertahankan gelar liga, tapi juga akan mengalahkan Bayern München untuk merebut Piala Jerman, menjadi Gelar Ganda Jerman musim ini!"
"Setelah terpuruk bertahun-tahun akibat krisis ekonomi, angin kuning-hitam yang membanggakan dan gila itu akhirnya kembali. Dengan pelatih hebat dan sekelompok pemain muda berbakat, tim ini pasti menjadi objek iri 17 pelatih Bundesliga lainnya."
Di tengah gemuruh tepuk tangan, Zhou Yi mengangkat kedua tangannya dan melambai ke arah suporter Borussia Dortmund di tribun.
Meskipun gagal melaju ke final Liga Champions, tim ini tetap mendapat dukungan penuh tanpa syarat dari suporter. Hingga kini dia masih ingat situasi leg kedua semifinal saat mengalahkan Chelsea di kandang sendiri, namun tetap tersingkir.
Saat itu, sorakan keras suporter Borussia Dortmund bergema di tribun. Para suporter ini tidak menyalahkan tim meski tereliminasi. Zhou Yi menyukai perasaan didukung seperti ini.
Musim ini bisa dibilang menjadi puncak karier profesionalnya. Musim lalu hanya meraih gelar liga dan terhenti di perempat final Liga Champions. Musim ini menjadi juara ganda sekaligus melaju hingga semifinal Liga Champions.
Performa seperti ini cukup bagus, bukan?
Tapi Zhou Yi tidak puas.
Gelar Piala Jerman saat ini hanya bisa disebut penghiburan kecil setelah kegagalan di Liga Champions. Dia tidak pernah menganggap gelar ini sebagai prestasi gemilang.
Suporter setia ini pantas mendapatkan gelar juara yang lebih bergengsi.
Sayangnya, musim ini telah berakhir. Target ini harus ditunda hingga musim depan...
……
Zhou Yi yang melambaikan tangan mendapat sambutan gemuruh dari seluruh suporter Borussia Dortmund. Setiap suporter berdiri spontan dari tribun, meneriakkan yel-yel dan tepuk tangan untuknya.
Mereka memang perlu berterima kasih pada pemuda China ini. Perubahan Borussia Dortmund sepertinya dimulai sejak pemain muda ini masuk ke tim utama.
Musim ini telah berakhir, Zhou Yi juga sudah bekerja keras.
Kembali ke bangku cadangan, Zhou Yi menyaksikan pertandingan hingga akhir. Borussia Dortmund akhirnya mengalahkan kompetitor Bayern München dengan skor telak 5-2 di final Piala Jerman, menjadi Gelar Ganda di sepak bola Jerman tahun ini.
Saat para pemain Dortmund mengangkat Piala Jerman di podium, hampir semua orang memberi selamat kepada tim ini atas pencapaian Gelar Ganda mereka.
Musim yang dipenuhi penyesalan dan kejayaan ini pun resmi berakhir...
Banyak pemain timnas Eropa dalam tim harus segera bergabung dengan timnas masing-masing untuk mempersiapkan Euro yang akan digelar musim panas ini.
Setelah menyelesaikan pertandingan klubnya, Zhou Yi akan mendapatkan liburan satu bulan sebelum bergabung dengan Tim Olimpiade Tiongkok untuk pelatihan konsentrasi terakhir menjelang Olimpiade London.
Ini akan menjadi partisipasi kedua kalinya dalam sejarah sepak bola pria China di Olimpiade. Pada penampilan perdana di Olimpiade Seoul 1988, tim ini dicap sebagai "tim paling tidak ambisius" - sebuah penilaian memalukan yang terus membayangi. Mampukah Zhou Yi dan kawan-kawannya melepaskan beban sejarah berat ini?
Volume Keempat
