Karena persiapan Euro, liga-liga Eropa musim ini berakhir cukup awal - sudah selesai pada pertengahan Mei.
Tapi ini tidak berarti Zhou Yi bisa menikmati liburan lebih lama. Faktanya, liburannya mungkin hanya sekitar sepuluh hari lebih, karena pada 3 Juni, babak 10 besar Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Brasil akan dimulai.
Tim China yang lolos ke babak 10 besar ditempatkan di Grup B, bersama Jepang, Australia, Oman, dan Qatar.
Saat hasil pengundian grup diumumkan, beberapa media China berteriak bahwa Tim China masuk ke "grup kematian". Tapi kemudian diejek habis-haban oleh suporter di internet - bagi Tim China, adakah grup yang BUKAN "grup kematian"?
Pertandingan pertama babak 10 besar akan digelar pada 3 Juni, dengan Tim China bertandang ke Qatar.
Pertandingan kedua babak 10 besar pada malam 12 Juni, Tim China akan menjamu Oman di kandang sendiri.
Jika Tim China ingin meraih hak lolos dari babak 10 besar, target minimal mereka harus finis di peringkat ketiga grup, lalu bertanding melawan peringkat ketiga Grup A untuk menentukan pemenang, yang kemudian akan berhadapan dengan peringkat kelua Amerika Selatan untuk memperebutkan tiket akhir.
Jika mempersiapkan diri dengan target finis ketiga grup, maka dua pertandingan melawan Qatar dan Oman ini menjadi krusial - harus menang, baik di kandang sendiri maupun tandang.
Dalam satu grup total ada lima tim. Selain Tim China sendiri, ada empat lawan: Jepang dan Australia adalah batu keras yang sulit dihancurkan. Sangat sulit untuk mengalahkan mereka. Dalam kondisi seperti ini, jika Tim China tidak bisa mengumpulkan poin dari Oman dan Qatar, maka target finis ketiga grup hampir mustahil tercapai.
Pertandingan pertama yang dihadapi Tim China di babak 10 besar adalah Qatar, hal ini juga merupakan sesuatu yang cukup menarik.
Terutama para wartawan yang pernah meliput babak 20 besar Tim China, pasti masih ingat persaingan antara seorang jurnalis Qatar dengan Zhou Yi.
Segera setelah hasil pengundian grup ini keluar, media China mengungkapkan perilaku wartawan berjanggut tebal dari Qatar itu, memicu perdebatan hangat di kalangan suporter dalam negeri.
Banyak netizen berkomentar bahwa mereka belum pernah melihat orang yang tak tahu malu seperti ini.
Tapi itu bukan intinya, yang penting adalah saat wartawan China berdebat dengan orang itu dulu, pernah menyuruhnya lebih baik berdoa agar Irak atau Qatar tidak bertemu Tim China di babak 10 besar.
Kalimat itu dulu terdengar seperti ucapan emosional belaka.
Siapa sangka ucapan emosional itu benar-benar menjadi kenyataan!
Tim China benar-benar satu grup dengan Qatar di babak 10 besar!
Suporter China yang tahu latar belakangnya berteriak murka menuntut balas dendam ke Qatar, harus memberikan pelajaran ke si brengsek itu!
Sekarang kesempatan itu tiba.
Zhou Yi saat tiba di pelatihan konsentrasi timnas langsung ditanya wartawan tentang hal ini.
Dengan bingung ia balik bertanya: "Ada kejadian seperti itu?"
Kisah yang terjadi di area media tentu tidak mungkin diketahui olehnya sebagai pemain.
Tapi sekarang dia sudah tahu.
"Kebetulan sekali," gumam Zhou Yi sambil mengusap dagu setelah mendengar penjelasan lengkap dari wartawan.
Kemudian ia tersenyum: "Apa ya kalimat yang tepat untuk ini?"
“Tidak perlu wartawan berpikir, dia sudah mengatakannya sendiri: ‘Jangan bilang tidak diperingatkan sebelumnya! Haha!’”
Begitulah, Zhou Yi tertawa terbahak-bahak mengucapkan selamat tinggal kepada para wartawan, meninggalkan sekelompok jurnalis yang saling berpandangan bingung, tidak terlalu mengerti maksud ucapan dan senyuman Zhou Yi ini.
……
Pertandingan ini digelar di kandang sendiri Qatar, Tim China bermain sebagai tamu. Karena ini pertandingan tandang, maka menyangkut masalah akomodasi.
Tim China memilih menginap di hotel yang sama dengan tempat mereka mengalahkan Irak pada pertandingan tandang sebelumnya.
Kali ini, pihak Qatar tidak lagi beralasan renovasi hotel untuk menolak Tim China. Mungkin mereka sendiri merasa alasan yang sama jika diulang akan terlalu memalukan.
Setiba di Qatar, Zhou Yi dikepung wartawan China dan Qatar di bandara. Menghadapi mereka, Zhou Yi berkata: "Senang sekali pertandingan pertama babak 10 besar kami justru digelar di Qatar. Seperti diketahui umum, tempat ini adalah lokasi keberuntungan kami. Kami punya kenangan indah di sini."
Bukan pertama kalinya Zhou Yi mengatakan ini. Sejak Piala Asia, setiap datang ke Qatar dia selalu mengulang kalimat itu. Semua orang paham maksud tersiratnya.
Wartawan China yang mewawancarainya pun menyemburkan tawa kecil.
"Saya juga sangat menyukai negara Qatar. Yang paling memuaskan adalah persiapan akomodasi mereka untuk turnamen ini. Kali ini, hotel tempat kami menginap akhirnya tidak sedang direnovasi, bagus sekali! Terima kasih kepada Asosiasi Sepak Bola Qatar atas persiapan turnamen ini!"
Usai berkata demikian, Zhou Yi melambaikan tangan dan pergi.
Menyisakan suara tawa para wartawan China yang tak bisa ditahan, dan wartawan Qatar yang agak canggung.
……
Konon dalam program stasiun TV lokal Qatar malam itu, seorang tamu mengkritik Zhou Yi karena dianggap tidak sopan dan kurang beretiket.
Tapi Zhou Yi tidak menonton TV di hotel, bahkan jika menonton pun dia tidak mengerti bahasa Arab yang digunakan orang Qatar. Jadi kritikan ini tidak berarti baginya.
Namun hal ini cukup berarti bagi media Qatar.
Sejak Piala Asia 2011, Zhou Yi dan Qatar seolah terus berseteru. Baik di Piala Asia maupun Kualifikasi Piala Dunia, selalu muncul gesekan antara Zhou Yi dan Qatar.
Topik yang dibahas tetap kontroversial.
Seperti masalah hotel saat Tim China bertanding melawan Irak di sini sebelumnya, Zhou Yi sudah menyindir Qatar dengan pedas.
Membuat media Qatar sangat kesal. Kali ini Zhou Yi kembali menyindir kekerdilan hati Qatar di depan wartawan-wartawan mereka, benar-benar tidak memberi muka sang tuan rumah...
……
Secara historis pertemuan kedua tim, China lebih unggul secara agregat. Sebelum pertandingan ini, Timnas China sudah 14 kali menghadapi Timnas Qatar dengan rekor 6 menang, 4 imbang, dan 4 kalah.
Tapi di level Kualifikasi Piala Dunia, China justru tertinggal dengan 1 menang, 3 imbang, dan 3 kalah. Bisa dikatakan Kualifikasi Piala Dunia telah melahirkan banyak cerita epik antara China dan Qatar.
Misalnya, "Tiga Menit Kelam" yang terkenal juga melibatkan Qatar. Pada Kualifikasi Piala Dunia 1989, Tim China bertanding sistem round-robin dengan lima tim lainnya di Singapura, di mana dua tim teratas peringkat akan lolos ke Piala Dunia. Saat itu kualifikasi masih menggunakan "sistem dua poin", artinya menang mendapat dua poin bukan tiga. Jika poin sama, tim dibandingkan berdasarkan selisih gol terlebih dahulu, lalu jumlah gol, kemudian catatan head-to-head.
Setelah empat pertandingan, Korea Selatan mengumpulkan 7 poin dan lolos lebih dulu. Uni Emirat Arab di peringkat kedua dengan 5 poin, China di posisi ketiga dengan 4 poin, Korea Utara dan Qatar sama-sama 3 poin, sementara Arab Saudi tersingkir dengan 2 poin. Pada pertandingan kedua dari akhir, China pertama kali mengalami "Tiga Menit Kelam" saat melawan Uni Emirat Arab. Memimpin 1-0 dengan sisa 5 menit, pelatih Gao Fengwen memasukkan Dong Liqiang. Namun Dong yang terlalu bersemangat melakukan dua kesalahan dribel beruntun yang dimanfaatkan lawan untuk serangan balik, menyebabkan kemasukan dua gol dalam tiga menit dan kalah.
Seandainya saat itu China bisa mengalahkan Uni Emirat Arab, mereka akan unggul dua poin dan hanya perlu imbang di pertandingan terakhir untuk lolos, membuat laga melawan Qatar tidak terlalu krusial.
Tapi kini China harus bertarung mati-matian melawan Qatar sekaligus menunggu hasil pertandingan Uni Emirat Arab vs Korea Selatan.
Dalam pertandingan melawan Qatar, Tim China kembali mencetak gol terlebih dahulu dan unggul 1-0. Namun di tiga menit terakhir pertandingan, Tim China kembali mengalami "Tiga Menit Kelam" dengan kebobolan dua gol beruntun dari Qatar sehingga mengalami kekalahan telak. Perlu diketahui bahwa di pertandingan lain yang berlangsung bersamaan, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab bermain imbang 1-1. Seandainya Tim China bisa bertahan di tiga menit terakhir, maka yang akan lolos ke Italia adalah Tim China. Bisa dikatakan Tim China hanya terpaut tiga menit dari Piala Dunia. Momen itu mungkin merupakan yang terdekat Tim China dengan Piala Dunia sebelum era Piala Dunia Korea-Jepang...
Ini adalah pertama kalinya Tim China merasakan kepahitan dari Qatar.
Yang kedua terjadi di Stadion Jinzhou Dalian tahun 1997. Setelah unggul 1-0 di kandang sendiri, Tim China kebobolan tiga gol beruntun dari Qatar dan kalah. Pertandingan ini menjadi titik balik kegagalan Tim China lolos ke Piala Dunia Prancis. Akhirnya Tim China berada di peringkat ketiga grup, dan kalimat "Jinzhou tidak percaya pada air mata" menyebar ke seluruh China, menjadi salah satu kenangan kelam sepak bola Tiongkok.
Tahun 2002, akhirnya Tim China merasakan kemenangan atas Qatar. Dalam kondisi sudah lolos satu babak lebih awal ke Final Piala Dunia, mereka menjamu Qatar di kandang sendiri. Dalam pertandingan itu Tim China mengalahkan Qatar dengan skor 3-0. Itu merupakan kemenangan pertama sekaligus satu-satunya Tim China atas Qatar dalam sejarah Kualifikasi Piala Dunia.
Pada Kualifikasi Piala Dunia Afrika Selatan 2010, di babak 20 besar, Tim China kembali bertemu Qatar. Bermain di kandang lawan berakhir imbang 0:0, namun saat kembali ke kandang sendiri justru kalah 0:1 dari Qatar. Akhirnya Tim China terpuruk di dasar grup, bahkan tidak lolos ke babak 10 besar dan langsung tereliminasi.
Bisa dikatakan, dalam perjuangan sepak bola Tiongkok menuju Piala Dunia, selalu ada "pendampingan" dari Qatar. Di sisi lain, Qatar juga bisa disebut sebagai "batu ujian" bagi Tim China. Pada tahun 2001 saat satu-satunya kali berhasil mengalahkan Qatar, Tim China sukses lolos ke Final Piala Dunia Korea-Jepang. Sedangkan di kualifikasi-kualifikasi lain dimana gagal menaklukkan Qatar, mereka selalu gagal masuk babak final Piala Dunia.
Dari sudut pandang takhayul, jika kali ini Tim China bisa mengalahkan Qatar, mungkin mereka akan sukses "menggesek kartu" masuk ke babak final Piala Dunia.
