Mungkin karena pernyataan Zhou Yi sebelumnya, saat pertandingan melawan Tim China, para pemain Qatar bermain sangat agresif.
Tim China sempat tertekan hingga tidak bisa melewati separuh lapangan.
Dari situasi permainan, Qatar benar-benar mendominasi. Suporter Qatar di tribun juga bersorak gembira memberi semangat pada tim mereka.
Dalam kondisi seperti ini, komentator Liu Hong dari China juga merasa khawatir dengan timnya.
Kalau dipikir-pikir, mungkin pernyataan Zhou Yi sebelum pertandingan itu terlalu tidak bijaksana. Membuat lawan marah, apa untungnya bagi Tim China yang sedang bermain di kandang lawan?
Menghadapi serangan gencar Qatar, Tim China mengerahkan pertahanan mengerut. Di babak pertama hampir tidak ada serangan berarti, namun mereka juga berhasil mencegah Qatar mencetak gol.
Hingga jeda babak pertama, skor tetap imbang 0-0 antara Tim China dan Qatar.
Namun mayoritas orang lebih memprediksi Qatar akan mengalahkan Tim China di kandang sendiri, karena mustahil Tim China terus bertahan seperti ini. Pertahanan sekuat apa pun tak mungkin bertahan sepanjang pertandingan tanpa kebobolan.
Atas alasan yang sama, para suporter Tim China merasa khawatir dengan kondisi tim mereka.
Di area media, para wartawan China tampak sedikit cemas akan prospek Tim China. Mereka berkumpul sambil berbisik-bisik.
Wartawan berjanggut dari Qatar yang pernah memicu kontroversi itu juga berada di area media. Melihat kerumunan wartawan China, ia tak bisa menahan senyum kecut.
Membahas apa?
Merancang strategi?
Qatar sudah mendominasi permainan. Apa lagi yang perlu didiskusikan? Di babak kedua pasti mereka akan unggul dan memenangkan pertandingan ini!
Setelah hasil pengundian grup keluar, media China gila-gilaan membuka rekam jejak lama untuk mengejek diri sendiri.
Tapi ia tetap teguh pada pendapat awalnya. Sama sekali tidak menganggap pengelompokan Qatar dan Tim China dalam satu grup sebagai tamparan telanjang baginya.
Kecuali jika Qatar kalah dari Tim China, barulah itu disebut tamparan. Jika Tim China yang kalah, jelas tamparan itu untuk wajah mereka sendiri.
Kini wartawan berjenggot semakin yakin Tim China akan menerima tamparan telanjang... Nanti dia akan menulis artikel panjang di medianya untuk mengejek Tim China berdasarkan catatan pertemuan historis kedua tim.
Perlu diketahui Qatar memiliki banyak catatan kelam dalam sejarah sepak bola Tiongkok, bahan untuk bahan ejekan sangat melimpah di tangannya.
……
Meski semua orang di luar merasa khawatir dengan Tim China, Gao Hongbo justru memuji performa tim saat jeda babak pertama.
Mempertimbangkan sulitnya bermain di kandang lawan, Gao Hongbo mengubah taktik pertandingan dengan sementara meninggalkan gaya penguasaan bola melalui operan, beralih ke strategi bertahan dan melakukan serangan balik. Dia tahu Qatar pasti akan fokus menyerang di kandang sendiri, jika Tim China nekat menekan ke depan akan berisiko tinggi.
Hanya saja dia tidak menyangka serangan Qatar kali ini lebih ganas dari perkiraan, apa benar karena emosi akibat ulah Zhou Yi?
Setiap teringat hal ini, Gao Hongbo ingin tertawa sekaligus menangis. Entah kenapa Zhou Yi terus berkonfrontasi dengan Qatar, ini bukan pertama kalinya dia memprovokasi tim tersebut...
Syukurlah Tim China berhasil bertahan menghadapi serangan gencar Qatar.
Di babak kedua harus mencari kesempatan untuk melancarkan serangan balik!
……
Usai ganti sisi lapangan di babak kedua, intensitas serangan Qatar tidak berkurang, bahkan semakin menjadi-jadi di menit awal babak kedua.
Sepertinya kapan saja mereka bisa menaklukkan gawang Tim China.
Tapi justru di saat genting ini, Tim China-lah yang pertama mencetak gol!
Menit ke-56, Zhou Yi mengirim umpan panjang dari lini belakang yang akurat menemui Gao Lin. Setelah mengontrol bola, Gao Lin mengoper ke Hao Junmin yang menyambar ke depan. Dari sudut area penalti besar, Hao Junmin melepaskan tendangan keras yang meliuk melewati jari-jari kiper Qatar Hamid, menerjang gawang!
"GOOOOOL!!!" teriak Liu Hong sambil menggebrak meja. "Gol! Gol! Gol! Gol! Gol! Gol!!! Hao Junmin! Gol indah! Serangan balik Tim China berjalan mulus seperti air mengalir!"
Suporter Qatar yang sebelumnya terus melompat-lompat di tribun tiba-tiba bagai mulutnya dipasangi bohlam, sama sekali tak bersuara.
Meski terpisah ribuan kilometer, suporter China di depan televisi jelas mendengar sorakan pemain China di lapangan.
Mereka pun ikut mengangkat tangan bersorak.
Saat Tim China tertekan di babak pertama, mereka ikut cemas khawatir kebobolan. Meski semangat Tim China telah banyak berubah dalam 1-2 tahun terakhir, trauma psikologis yang ditinggalkan sebelumnya tak mudah hilang. Sekecil apapun celah, bayang-bayang itu akan muncul kembali.
Kini saat Tim China unggul, mereka pun bersukacita.
Di televisi sedang menayangkan ulang gol Tim China yang baru saja terjadi, mulai dari umpan panjang Zhou Yi hingga tembakan sukses Hao Junmin. Serangan balik Tim China sangat cepat dan sebelumnya tidak ada tanda-tanda sama sekali. Liu Hong mulai memuji pemain inti Tim China Zhou Yi: "...Kunci dari gol ini adalah Zhou Yi sama sekali tidak ragu saat transisi dari bertahan ke menyerang, langsung mengoper bola dengan akurat. Jika dia menguasai bola di lini belakang lalu sedikit ragu-ragu sebelum mengoper, pasti sudah ada bek Qatar di sekitar Gao Lin yang akan menghalanginya mengontrol bola dengan dada dengan tenang..."
Ini bukan pujian berlebihan, tapi fakta sesungguhnya. Saat Zhou Yi melakukan umpan panjang, itu benar-benar tiba-tiba. Bahkan dia tidak menengok untuk mengamati kondisi di depan, langsung melakukan umpan panjang setelah menerima bola. Kecepatannya membuat pemain Qatar tidak sempat bereaksi.
Siaran televisi juga memberikan lebih banyak sorotan pada Zhou Yi saat merayakan gol, mengisyaratkan bahwa pemain ini adalah inti Tim China dan mata rantai paling krusial dalam gol ini.
……
Wartawan China di area media langsung melompat dan bersorak saat Hao Junmin mencetak gol, persis seperti suporter.
Beberapa dari mereka setelah selesai bersorak masih sempat melambaikan tangan ke arah wartawan berjenggot di belakang mereka: "Hei, lihat? Sudah kami bilang, jangan berharap bertemu kami!"
Wartawan berjenggot di belakang mereka terlihat agak canggung.
Dia benar-benar tidak menyangka Qatar yang sedang mendominasi justru kebobolan lebih dulu oleh Tim China...
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, Tim China yang unggul tidak memilih untuk terus menekan, melainkan tetap mempertahankan formasi pertahanan mengerut, seolah-olah mereka belum mencetak gol.
Di bawah kepemimpinan dan arahan Zhou Yi, pemain Tim China menunjukkan kesatuan pemikiran yang kuat.
Sementara Qatar yang kebobolan, melihat Tim China menarik diri, mengira Tim China ingin mempertahankan keunggulan 1-0 setelah mencetak gol melalui serangan mendadak.
Merasa murka, mereka melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China.
Pernyataan provokatif Zhou Yi sebelum pertandingan sudah membuat mereka kesal, kini tertinggal di kandang sendiri bagai menambahkan bensin ke api. Mereka takkan membiarkan lawan yang menghina mereka sebelum pertandingan justru mengalahkan mereka.
Mau menang satu gol terus kabur?
Kalian tidak akan bisa kabur!
Serangan Qatar datang bertubi-tubi, bahkan lebih ganas dibanding babak pertama.
Di area media, wartawan berjanggut tebal terlihat sangat bersemangat, terus meneriakkan yel-yel dukungan untuk timnya.
Baik pemain Qatar maupun wartawan itu sama-sama salah menilai strategi Tim China.
Tim China sama sekali tidak berniat kabur setelah mencetak satu gol, atau mengandalkan keunggulan sempit itu untuk menang.
Penarikan diri mereka justru merupakan taktik menggoda ular keluar dari sarang, memancing Qatar untuk menekan lebih agresif.
Qatar yang terprovokasi benar-benar terjebak. Amarah membuat mereka kehilangan kendali, mengabaikan area belakang saat menyerang, sehingga meninggalkan ruang kosong besar di belakang lini pertahanan.
Menghadapi kelemahan seperti ini, Tim China tentu dengan senang hati memanfaatkannya...
Pada menit ke-76, Zhou Yi memberikan assist langsung ke Gao Lin yang mencetak gol, Tim China memimpin 2-0 atas Qatar di kandang lawan.
Saat para pemain Tim China merayakan dengan bebas di lapangan, wartawan berjanggut itu ternganga melihat pemandangan tersebut.
Naskahnya tidak seharusnya seperti ini!
Ini kan kandang kami sendiri!
Bagaimana bisa seperti ini?!
Tidak mungkin! Bagaimana mungkin kami tertinggal dua gol di kandang sendiri!?
Suara bergemuruh di hati wartawan berjanggut itu.
Apapun penolakan dalam hatinya, realitanya kejam - layar besar di stadion telah menampilkan skor terbaru: Qatar 0:2 China. Angka merah itu seperti ditulis dengan darah, menyayat mata.
……
"Aman! Kita menang!" Meski pertandingan masih tersisa belasan menit, Liu Hong sudah menyimpulkan demikian. Dia tidak percaya Qatar bisa mencetak dua gol penyama dalam sisa waktu sebentar itu dengan moral kedua tim saat ini.
Kenyataannya memang begitu. Tim China yang baru mencetak gol kedua kembali bertahan, jelas-jelas mempertahankan taktik bertahan dan serangan balik.
Menghadapi taktik seperti ini, Qatar pun kehabisan akal - jika terus menekan ke depan, bisa-bisa kebobolan lagi. Tapi jika tidak menyerang, berarti menerima kekalahan.
Mereka terjebak dalam dilema.
Tim China sama sekali tidak punya masalah seperti itu. Dengan santai mereka mengoper bola di lini belakang sendiri, menunggu Qatar menekan. Jika lawan tidak maju, Zhou Yi pun tidak terburu-buru mengoper bola ke depan, melanjutkan operan menyamping dan operan mundur.
Dulu, Tim China yang mengoper bola bolak-balik di lini belakang sendiri dianggap sebagai taktik amatir yang tertinggal, sering dihujat oleh suporter dan media. Tapi sekarang, operan bolak-balik berubah menjadi taktik penguasaan bola melalui operan, tiba-tiba menjadi tren dunia.
Di akhir pertandingan, Tim China mengalahkan Qatar 2-0 di kandang lawan. Liu Hong berseru penuh semangat: "Berhasil mengalahkan Qatar! Apakah ini berarti kita punya kesempatan ke Brasil!? Bagaimanapun, kuharap ini pertanda baik!"
