Pemberitaan media yang menyebut tim olimpiade ini sebagai "Tim Olimpiade Tiongkok terkuat sepanjang sejarah" bukanlah pujian kosong. Dari segi kemampuan pemain, tim ini memang sangat kuat.
Dari sisi pemain, mereka memiliki lima pemain yang bermain di luar negeri dengan kemampuan menonjol, inilah kunci mengapa mereka disebut "terkuat sepanjang sejarah".
Zhou Yi yang bermain untuk Borussia Dortmund sekaligus menjadi pilar utama tim.
Sun Pan yang tampil gemilang di Atletico Madrid dan mengukuhkan posisinya sebagai kiper utama.
Yang Muge, pilar utama lini tengah Schalke 04.
Guo Nu, tulang punggung pertahanan Siena.
He Ying, pilar utama penyerang Real Valladolid sekaligus pencetak gol terbanyak kedua di Segunda División yang berjasa membawa timnya promosi.
Kelima pemain ini merupakan pilar utama di klub masing-masing - sebuah pencapaian langka dibandingkan pemain China sebelumnya yang bermain di luar negeri. Sebelumnya, pemain China yang bisa masuk skuad rotasi saja sudah dianggap prestasi tinggi, apalagi menjadi pemain pengganti. Namun kelimanya justru menjadi pemain inti, mengisi separuh kekuatan tim olimpiade ini.
Selain itu, tim ini juga memiliki pemain-pemain muda berbakat seperti Wang Dalei, Wu Lei, dan Zhang Linpeng yang menjadi pilar utama di klub domestik mereka, terasah melalui kompetisi liga profesional sejak dini.
Sebelum tim Olimpiade ini, tim Olimpiade terkuat dalam sejarah adalah tim yang dipimpin Xu Genbao pada tahun 1992. Meskipun tim tersebut akhirnya mengalami Tiga Menit Kelam dan gagal lolos ke Olimpiade Barcelona, namun melahirkan banyak bintang sepak bola seperti Hao Dong dan Fan Zhiyi yang saat itu merupakan pemain terbaik Asia di posisi masing-masing. Selain mereka, Li Bin, Peng Weiguo, Xu Hong, Jiang Jin, dan Hu Zhijun juga menjadi bintang di awal berdirinya Liga Jia-A.
Namun bahkan di tim saat itu, tidak ada satu pun yang bisa menjadi pilar utama di lima liga top Eropa, apalagi menjadi pemain inti.
Oleh karena itu, klaim bahwa tim Olimpiade saat ini adalah yang terkuat sepanjang sejarah sama sekali tidak berlebihan dan pantas disandang.
……
Pada 10 Juli, Tim Olimpiade Tiongkok menyempatkan mengunjungi Gedung Rakyat Agung. Ini adalah pertama kalinya Zhou Yi dan rekan-rekannya masuk ke dalam gedung tersebut untuk menghadiri rapat pembentukan kontingen Olimpiade Tiongkok.
Kecuali tahun 1988 dan 2008, upacara pembentukan kontingen Olimpiade sebelumnya tidak melibatkan sepak bola pria Tiongkok. Dibandingkan atlet Olimpiade berpengalaman, Zhou Yi dan kawan-kawan benar-benar pemain baru.
Di acara tersebut mereka melihat banyak selebritas olahraga yang biasanya hanya bisa disaksikan di televisi. Meski mereka sendiri sudah terkenal, banyak pemain yang tetap menjadi penggemar. Zhou Yi berhasil mendapatkan tanda tangan dan foto bersama Lin Dan - juara dunia bulutangkis, lalu memamerkannya ke rekan setim.
Orang lain juga mendapat sesuatu, sementara Sun Pan melongok ke sana-sini dengan alis berkerut tanpa bergerak.
"Lagi cari apa?" tanya Zhou Yi.
"Aku lagi cari Fukuhara Ai nih..."
"Fukuhara Ai?" Zhou Yi terheran.
"Iya, kok dia nggak dateng ya?"
"Dateng apaan! Dia kan orang Jepang!"
Sun Pan terdiam mendengar perkataan Zhou Yi, baru setelah lama bereaksi menepuk jidatnya: "Goblok! Selama ini kupikir dia orang Dongbei tulen!"
"Ternyata kamu suka tipe cewek kayak Fukuhara Ai ya..." Zhou Yi memandangi Sun Pan dengan tatapan bermakna.
"Nggak-nggak!" Sun Pan cepat-cepat mengibaskan tangan. "Aku suka semua tipe cewek!"
"......" Menghadapi kelakuan Sun Pan yang tidak tahu malu ini, Zhou Yi pun kehabisan kata.
Yang Muge menyelusup kerumunan orang dan kembali ke depan mereka.
"Dapet apa?" tanya Zhou Yi.
Yang Muge mengangkat sebuah foto: "Dapat foto Pelatih Liu."
Zhou Yi mengambil foto itu: "Liu Guoliang ya?"
Yang Muge mengangguk: "Sedikit disayangkan, sebenernya aku juga pengen minta tanda tangan Zhang Yining, tapi dia sudah pensiun..."
Banyak pemain Tim Olimpiade Tiongkok yang mencari tanda tangan dan foto bersama selebritas cabang olahraga lain. Sebaliknya, area Tim Olimpiade sendiri justru lebih sepi, tidak ada yang datang minta tanda tangan atau foto bersama. Bagaimanapun juga, citra sepak bola Tiongkok masih terlalu jauh tertinggal dibanding bintang-bintang Olimpiade tersebut.
Tapi selalu ada pengecualian.
Ketika Zhou Yi sedang mengobrol dengan teman-temannya, tiba-tiba muncul sosok tinggi besar di Tim Olimpiade Tiongkok. Kehadirannya begitu mencolok hingga semua orang berhenti mengobrol dan memandangnya——Sun Yang, perenang muda yang tahun lalu memenangkan kejuaraan di Kejuaraan Renang Dunia Shanghai sekaligus memecahkan rekor dunia.
"Hai." Sun Yang melambaikan tangan ke arah semua orang, lalu langsung menuju Zhou Yi. "Zhou Yi, foto bareng yuk?"
Zhou Yi menunjuk dirinya sendiri dengan heran: "Aku? Dengan aku?"
"Iya dong." Sun Yang tersenyum lebar. "Aku fansmu!"
Setelah berkata demikian, dia mengeluarkan ponselnya.
"Aku bantu kalian foto." Yang Muge menawarkan diri. Sun Yang pun menyerahkan ponselnya padanya.
Kemudian dia sedikit membungkuk dan merangkul bahu Zhou Yi. Berdampingan, mereka berdua berhasil mengambil foto bersama.
Usai berfoto, Sun Yang mengambil kembali ponselnya lalu mengacungkan jempol ke Zhou Yi: "Aku lihat pertandinganmu di Borussia Dortmund, benar-benar luar biasa hebat! Dulu kupikir hanya Xavi dan Pirlo yang bisa bermain seperti itu, tak kusangka China juga punya! Semangat di Olimpiade, kalau ada waktu pasti aku tonton pertandingan kalian!"
Setelah berkata demikian, dia melambaikan tangan ke pemain-pemain Tim Olimpiade Tiongkok lainnya lalu berpamitan.
"Wah! Hebat banget!" Begitu Sun Yang pergi, salah satu pemain Tim Olimpiade langsung berteriak kagum. Saat Sun Yang memecahkan rekor dunia di Kejuaraan Renang Dunia tahun lalu, popularitasnya melambung tinggi. Atlet dari cabang olahraga lain pun banyak yang mendengar namanya. Dia dijuluki sebagai remaja jenius di dunia renang internasional.
Tidak menyangka dia ternyata suporter Zhou Yi?
Keheranan mereka belum reda, seseorang lain mendekat ingin berfoto bersama Zhou Yi. Kali ini yang datang adalah pemain tim tenis meja putra China, Ma Long.
Selanjutnya, satu per satu orang datang meminta foto dan tanda tangan dari Zhou Yi.
Rekan setim di sampingnya sampai tak bisa mengikuti kejadian. Saat itulah banyak dari mereka baru tersadar, ternyata di Tim Olimpiade Tiongkok pun ada bintang besar yang pengaruhnya melampaui cabang olahraganya sendiri!
Hal ini membuat para pemain Tim Olimpiade merasa sedikit bangga.
Zhou Yi memang bintang utama Tim Olimpiade. Meski ada lima pemain di liga luar negeri, yang paling bersinar jelas Zhou Yi. Bahkan dalam wawancara media usai upacara pembentukan, Zhou Yi mewakili Tim Olimpiade menerima wawancara dari stasiun TV nasional.
Saat ditanya perasaan pertama kali ikut Olimpiade, dia menjawab: "Sangat bersemangat dan bergairah. Dulu hanya bisa menonton Olimpiade di televisi, tak menyangka sekarang bisa terlibat langsung."
Jawaban seperti ini sebenarnya cukup sopan.
Namun jawabannya untuk pertanyaan berikutnya justru mengejutkan wartawan dan rekan setim yang hadir.
Ketika wartawan menanyakan target atau harapan Zhou Yi di Olimpiade pertamanya, Zhou Yi tersenyum: "Berkompetisi dengan tim dan pemain terbaik dari seluruh dunia, lalu menjadi juara."
Usai Zhou Yi bicara, wartawan yang mewawancarainya membeku. Rekan setim di belakangnya juga terpana.
Kecuali Lima Naga Kecil, semua terdiam.
Jika pendengaran mereka tidak salah, Zhou Yi baru saja menyebut kata "juara"?
“Ini… maaf, bisa ulangi sekali lagi…” Wartawan juga bingung, dia memastikan pada Zhou Yi.
“Ya, juara, saya harap kami bisa meraih juara di Olimpiade. Ini adalah harapan pribadi saya untuk Olimpiade.” Zhou Yi mengulangi, kali ini ucapannya lebih jelas. Semua orang mendengar dia berkata “saya harap kami bisa meraih juara di Olimpiade”.
Apakah Zhou Yi sudah gila?
Wartawan yang terkejut tiba-tiba menyadari ini mungkin berita besar, dia buru-buru bertanya: “Mengapa menetapkan target yang begitu, begitu… begitu tinggi ini?” Dia sampai gagap karena kaget.
Zhou Yi tetap tersenyum menjawab pertanyaan wartawan: “Menurut saya ini target yang sesuai dengan semangat Olimpiade? Lebih tinggi, lebih cepat, lebih kuat. Jika medali emas adalah target tertinggi, maka kita harus berusaha mencapainya. Olimpiade empat tahun sekali, bagi kami pemain sepak bola, ini kesempatan sekali seumur hidup. Tentu harus berusaha maksimal.”
“Jadi… target medali emas ini adalah bentuk motivasi diri?” Tanya wartawan.
Zhou Yi mengangguk.
Melihat Zhou Yi mengangguk, wartawan lega – penjelasan ini masih masuk akal. Bukan berarti Zhou Yi benar-benar ingin jadi juara, tapi menggunakan juara sebagai motivasi. Ini lebih bisa diterima.
Wawancara dengan Zhou Yi berakhir. Zhou Yi dan rekan setimnya akan meninggalkan Balai Rakyat, kembali ke basis pelatihan konsentrasi di Xiangshan untuk melanjutkan latihan.
Rekan setimnya mengerumuni Zhou Yi dalam perjalanan pulang: “Zhou Yi, target juara itu cuma bercanda dengan wartawan kan?”
"Situasi seperti ini sebenarnya cukup umum, di depan lensa media, semua orang akan tanpa sadar atau mati-matian mengucapkan kata-kata cantik."
"Tidak." Tak disangka Zhou Yi menggelengkan kepala.
"Eh?!" Semua orang terkejut——apa Zhou Yi serius? "Kamu serius?!"
"Kalau tidak, apa yang kalian pikirkan?" Sun Pan di samping tak tahan mengajukan pertanyaan balik.
Untuk sesaat mereka saling pandang, agak sulit menerima kenyataan.
Medali emas Olimpiade!
Meski semua orang menyukai benda itu, tapi siapa yang tak tahu seberapa jauh jaraknya dari mereka. Meraih medali emas di Olimpiade tidak pernah mudah, bahkan di cabang andalan tradisional China seperti tenis meja pun sering membuat orang tegang.
Apalagi sepak bola yang termasuk proyek kelemahan tradisional China...
"Jangan lihat saya dengan ekspresi seperti itu, meraih medali emas bukan hal mustahil. Selama kita menjaga kondisi, tampil prima, saya rasa masih ada kesempatan." Zhou Yi berkata pada semua. "Kita bukan tim China pertama yang ikut Olimpiade, tapi kita bisa jadi yang pertama meraih medali emas. Bukankah itu keren?"
"Keren sih keren, tapi Zhou Yi, tingkat kesulitannya juga terlalu besar, kan?"
"Kalau tidak sulit bukannya jadi tidak menarik? Menurut saya begini: pertama kita harus percaya diri, baru kemudian mungkin benar-benar mencapai hal yang dianggap orang mustahil. Jika kita sendiri menganggap itu hal mustahil, bagaimana mungkin terwujud? Jika target kita hanya lolos grup, apakah kalian akan merasa cukup setelah lolos?"
Seseorang berkata: "Mana mungkin merasa cukup? Siapa yang tak mau maju lebih jauh?"
“Benar!” Zhou Yi menepuk tangan. “Setelah maju selangkah, bukankah kita akan berpikir kalau bisa maju lagi pasti lebih baik?”
Semua orang saling pandang, mulai mengerti maksud Zhou Yi.
Zhou Yi melanjutkan: “Babak penyisihan adalah Delapan Besar, maju ke Semifinal, lalu maju lagi... Bangsat, ini kan final? Kalau sudah sampai final, kenapa tidak berusaha merebut gelar juara?”
Pertanyaan balik itu membuat gerbong kereta sunyi senyap.
Seolah semua orang tenggelam dalam perenungan.
Zhou Yi tidak menjelaskan lebih lanjut. Ia duduk, Sun Pan di sebelahnya menyodor: “Bukankah semangat Olimpiade lebih mementingkan partisipasi?”
Zhou Yi meliriknya: “Itu cuma alasan yang dibuat-buat oleh pecundang untuk menghibur diri.”
