Malam itu, berita olahraga yang paling mengejutkan bukanlah pengumuman resmi kontingen China, melainkan pernyataan Zhou Yi dalam wawancara bahwa target Tim Olimpiade Tiongkok adalah juara.
Kedengarannya seperti dongeng. Tentu, stasiun TV memberikan penjelasan logis - ini hanya cara Zhou Yi memotivasi diri, menunjukkan keyakinannya pada Olimpiade, bukan niatan sungguhan merebut emas.
Penjelasan ini menenangkan banyak orang - dunia masih normal...
Namun beberapa orang tetap menganggap pernyataan Zhou Yi gila. Bukankah lolos ke babak penyisihan atau semifinal juga bisa jadi motivasi?
Kenapa harus juara?
Seorang netizen menganalisis panjang lebar di internet bahwa Zhou Yi mungkin bukan sedang memotivasi diri, tapi benar-benar berpikir demikian. Dia memang ingin meraih gelar juara, targetnya sungguh-sungguh adalah medali emas Olimpiade.
Dari ucapan dan tindakan Zhou Yi di masa lalu, dia menyimpulkan bahwa Zhou Yi bukanlah tipe orang yang hanya pandai berkata-kata manis.
Jadi sangat mungkin inilah suara hati sesungguhnya Zhou Yi.
Tapi jika ini memang suara hati Zhou Yi, muncul pertanyaan baru - atas dasar apa Zhou Yi menganggap Tim Olimpiade Tiongkok bisa meraih medali emas Olimpiade?
Perlu diketahui, bahkan perusahaan judi besar dunia sama sekali tidak memprediksi mereka. Tim Olimpiade Tiongkok bukanlah favorit peraih emas Olimpiade.
Ini adalah pertanyaan yang sangat membingungkan.
Mungkin satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah kesombongan Zhou Yi.
Tapi... ini bertentangan dengan citra Zhou Yi yang selama ini dikenal publik. Dia bukan tipe orang yang sombong...
Hal ini membuat banyak penggemar Zhou Yi kebingungan dan tersiksa. Mereka tidak mengerti kenapa Zhou Yi berkata demikian, tapi juga tidak ingin menganggap idolanya salah bicara.
……
Sementara orang-orang masih terkejut dengan ambisi tiba-tiba Zhou Yi, dirinya sedang melakukan pertemuan pribadi dengan pelatih kepala Brozović di kamar pelatih.
Tanpa penerjemah tim Jiang Xiaojun, hanya ada Zhou Yi dan Brozović berdua.
Mereka berkomunikasi langsung menggunakan bahasa Jerman, tidak ada masalah dalam interaksi.
Ini bukan obrolan santai biasa. Brozović menatap Zhou Yi dengan wajah serius, baru saja mengajukan pertanyaan yang sama seriusnya dengan ekspresinya.
"Apakah Zhou Yi sedang bercanda, memotivasi diri sendiri, atau ada maksud lain saat mengutarakan pernyataan tersebut dalam wawancara dengan wartawan di Balai Rakyat hari ini?" tanyanya.
Zhou Yi dipanggil Brozović ke kamarnya setelah makan malam di basis pelatihan sepak bola Xiangshan.
Menghadapi pelatih kepala Tim Olimpiade Tiongkok ini, Zhou Yi tersenyum tipis seperti biasa: "Karena saya benar-benar ingin menjadi juara, Tuan."
Ekspresi serius Brozović tidak mereda. Ia menatap tajam: "Tapi tahukah betapa sulitnya ini?"
"Tentu, saya tahu, Tuan." Zhou Yi mengangguk.
"Lalu mengapa kau tetap mengatakannya?"
"Setiap gelar juara itu sulit. Tak ada yang mudah. Tapi bukankah kita harus tetap berusaha meski sulit?" Zhou Yi membuka tangannya. "Lagipula, menurut saya memenangkan medali emas Olimpiade bagi tim ini pasti lebih mudah daripada jadi juara Piala Dunia?"
Ia sendiri tertawa kecil.
Brozović tetap tak tersenyum: "Lalu atas dasar apa kau yakin kita bisa juara? Berapa pun persentase kemungkinannya."
"Saya akan jelaskan pandangan pribadi saya."
Brozović mengangguk, memberi isyarat untuk melanjutkan.
Zhou Yi mulai menganalisis kelebihan dan kelemahan empat tim unggulan satu per satu.
Tim tuan rumah Britania Raya adalah tim pertama yang divonis mati oleh Zhou Yi. Meskipun secara teoritis kemampuan tim mereka sangat kuat dengan bergabungnya tiga bintang sepak bola berusia di atas batas yang masing-masing memiliki skill mumpuni, namun metode penggabungan tim Wales dan Inggris sejak awal telah menghilangkan faktor kemenangan penting yaitu chemistry. Timnas Inggris sebelumnya tidak pernah bermain bersama Wales - pemain mereka mungkin bisa bersinergi di klub, namun level timnas sangat berbeda dengan level klub. Selain itu, ketidakharmonisan antara pemain Wales dan Inggris juga akan mempengaruhi performa tim di lapangan. Zhou Yi dengan berani meramalkan bahwa tim ini hanya akan mencapai babak penyisihan saja sudah dianggap performa yang baik. Adapun ekspektasi tinggi media Inggris terhadap tim ini, Zhou Yi menganggapnya tidak relevan karena seluruh dunia tahu media Inggris terkenal suka membual dan mengumbar janji kosong.
Timnas Spanyol yang baru saja meraih medali emas di Kejuaraan Eropa sedang berada di era keemasan mereka, menguasai sepakbola dunia dengan banyak tim yang meniru gaya mereka. Namun ini tidak berarti Tim Olimpiade Spanyol juga memiliki dominasi serupa. Sebaliknya, kemampuan Tim Olimpiade Spanyol tidak sekuat yang dibayangkan orang. Meskipun memiliki pemain-pemain seperti Mata, Javi Martínez, Jordi Alba, Cristian Tello, Thiago, dan David De Gea yang menjadi pilar utama atau pemain pengganti utama di klub masing-masing, kurangnya perhatian khusus terhadap Olimpiade akan menjadi kelemahan fatal mereka. Banyak dari pemain ini sudah menjadi starter utama di klub, mengalami kelelahan setelah menjalani satu musim, ditambah lagi Olimpiade memang kurang menarik bagi klub-klub Eropa sehingga para pemain profesional ini tidak menganggap serius Olimpiade. Kurangnya fokus pada Olimpiade akan menyebabkan persiapan mereka bermasalah, dan saat pertandingan tiba, performa buruk dan kondisi yang menurun sama sekali bukan hal mustahil. Jadi berdasarkan analisis ini, Tim Olimpiade Spanyol tidak akan memiliki kesempatan kecuali seluruh pihak dari atas hingga bawah mulai memberikan perhatian serius.
Brasil memiliki pemain kategori usia seperti Neymar, Ganso, Oscar, Lucas, serta pemain di atas usia seperti Marcelo, Thiago Silva, dan Hulk. Kemampuan tim mereka juga sangat luar biasa, dan dianggap oleh media sebagai favorit utama juara. Namun menurut Zhou Yi, tim ini juga memiliki banyak masalah. Selain masalah serupa dengan Spanyol, banyaknya pemain berbakat belum tentu bisa disatukan menjadi satu tim. Pemain Brasil terbiasa bermain individual, ditambah dengan kutukan Olimpiade, membuat mereka memikul beban yang berat. Untuk menjadi juara, mereka harus mengalahkan bukan hanya lawan di lapangan, tetapi juga rasa takut dalam diri sendiri.
Meksiko juga merupakan salah satu tim unggulan Olimpiade ini dan berada dalam grup yang sama dengan Tim China. Meksiko memiliki kemampuan tim secara keseluruhan yang baik dan individu yang menonjol. Bagi negara seperti mereka, pertandingan seperti Olimpiade akan mendapat perhatian khusus karena gelar juara Piala Dunia mungkin sulit diraih, tetapi gelar juara Olimpiade relatif lebih realistis. Dengan usaha keras, mereka juga bisa menjadi juara dunia.
Menurut Zhou Yi, Meksiko kemungkinan besar akan menjadi saingan berat yang dihadapi Tim China dalam merebut gelar juara Olimpiade.
Sedangkan untuk Jepang dan Korea Selatan sebagai lawan dari Asia, Zhou Yi berpendapat bahwa dari segi kemampuan tim, Tim China tidak lebih lemah dari mereka. Jika benar-benar bertemu, belum tentu Tim China akan kalah.
Setelah selesai menganalisis semua lawan yang berpotensi merebut medali, Brozović bertanya padanya: "Lalu di mana keunggulan Tim China? Menurut analisamu sebelumnya, ada beberapa pemain di tim kita yang bermain di liga Eropa. Apakah kami tidak lelah?"
"Tentu juga lelah. Tapi kami lebih memberikan perhatian khusus pada pertandingan ini dibanding mereka," kata Zhou Yi. "Kami datang ke Olimpiade bukan sekadar 'ikut partisipasi'. Tentang merebut medali emas, kami serius."
Mendengar perkataan Zhou Yi, Brozović menggelengkan kepala: "Kau serius, aku percaya. Tapi pertandingan sepak bola bukan sesuatu yang bisa dimenangkan hanya dengan keinginan."
Zhou Yi mengangguk: "Ya, aku tahu. Makanya butuh pelatih seperti Anda untuk memegang sesi latihan dan menyusun taktik."
"Tentu, ini tugasku," Brozović mengangguk. "Mempelajari lawan, menyusun strategi dan jadwal latihan. Semua itu bagian pekerjaanku. Tapi yang membuatku heran, ini semua bukan tanggung jawabmu, mengapa kau bisa memahami lawan kita sedetail ini?"
"Bukankah jika ingin medali emas, kita harus lebih memahami lawan?" jawab Zhou Yi. "Seni Perang Sun Tzu mengatakan 'Kenali dirimu dan lawanmu, maka tak akan kalah dalam seratus pertempuran'. Memahami lawan adalah langkah pertama menuju kemenangan."
Ekspresi Brozović yang selama ini kaku akhirnya menampakkan senyum tipis.
Zhou Yi melihat senyum pelatih, tahu pasti pelatih menganggapnya pemain yang sangat termotivasi. Meski memang termotivasi, alasan utamanya mengenal lawan-lawannya adalah karena di ruang virtual ia sudah bisa mengikuti Olimpiade lebih dulu. Ini konsep mirip dungeon, ia bisa melihat data kondisi setiap pemain lawan sebelumnya sekaligus bertanding dengan mereka terlebih dahulu. Seperti bermain game, mengikuti Olimpiade lengkap satu edisi.
Zhou Yi sudah berkali-kali menghadapi semua calon lawan potensial di ruang virtual. Tentang tim-tim ini, tentu saja ia sangat memahami keunggulan dan kelemahan mereka.
……
Ketika Zhou Yi akhirnya meninggalkan kamar Brozović dan kembali ke kamarnya bersama He Ying, Sun Pan, Yang Muge, dan Guo Nu langsung bergegas datang, menanyakan apa yang dibicarakan pelatih secara khusus dengannya.
Zhou Yi tersenyum tipis: "Kalian harus siap mental. Latihan selanjutnya akan lebih berat dari sebelumnya!"
"Bangsat, lo ngomong apa sama Brozović?" Sun Pan membentak.
"Kamu mau dapat medali emas nggak, Panpan?" tanya Zhou Yi.
"Tentu mau!" jawab Sun Pan cepat.
"Jadi, demi medali emas Olimpiade, harus ada pengorbanan dong." Zhou Yi mengangkat kedua tangan.
