Kekhawatiran Ki Sung-yueng beralasan. Meskipun tendangan bebas Tim China kali ini tidak menghasilkan gol, mereka segera kembali menyerang.
Pertama, Tim Korea melancarkan serangan yang sampai ke depan gawang China dan membentuk tembakan.
Namun tembakan Ji Dong-won berhasil dihalau oleh Sun Pan.
Sun Pan yang sukses melakukan penyelamatan tidak langsung menendang bola keluar, melainkan menggelengkan jarinya ke arah Ji Dong-won. Meski tak berkata apa-apa, ekspresi wajah dan gerakannya telah jelas menunjukkan sikap meremehkannya terhadap Ji Dong-won.
Di bawah tatapan Ji Dong-won yang geram, ia melemparkan bola langsung dengan tangan ke Yang Muge.
Setelah mengontrol bola, Yang Muge dengan cepat mengoper ke Zhou Yi lalu berbalik dan mulai berlari ke depan. Baru saja melangkah, bola dari Zhou Yi sudah tiba di depannya.
Yang Muge membawa bola dan melakukan penetrasi.
Saat menghadapi bek Tim Korea, ia tak bertele-tele mencoba memaksakan dribel, melainkan dengan gesit mengoper bola ke sampingnya tempat Zhou Yi berada.
Saat ini, serangan Tim China telah melampaui garis tengah. Ketika Zhou Yi menerima bola, posisinya bahkan sudah melewati lingkaran tengah.
Setelah menerima bola, Zhou Yi tidak memilih untuk mengoper ke Yang Muge yang sedang menyusul atau rekan dekat lain. Alih-alih, ia langsung melakukan umpan silang panjang ke belakang pertahanan Korea.
Di sana, He Ying menyambar cepat sambil mengatur posisi lari sambil menoleh melihat bola. Saat bola jatuh, ia langsung mengangkat kaki mengontrol bola dalam gerakan berlari.
Kontrol bola He Ying sangat cantik - tidak menghentikan di bawah kaki maupun meleset jauh, tapi menempatkannya di posisi ideal.
Tentu saja ini juga berkat operan bola Zhou Yi yang bagus. Akurasi operan bagi pemain seperti Zhou Yi sudah bukan tuntutan lagi, melainkan dasar-dasar teknik. Di atas dasar ini, kekuatan operan harus pas, rotasi bola tidak berlebihan, semua faktor yang mungkin menyulitkan penerima bola harus diminimalkan.
Bagi sebagian pemain, sekedar bisa mengoper bola dengan akurat saja sudah bagus. Beberapa pemain merasa puas hanya bisa mengoper bola. Tapi standar Zhou Yi jelas lebih tinggi.
Kontrol bola sempurna He Ying mempermudah langkah selanjutnya.
"He Ying! Jebakan offside cantik Tim China!! Sekarang serangan balik melewati offside!" He Ping berseru penuh semangat.
Di tribun Stadion Millennium Cardiff, separuh suporter berbaju merah berdiri sambil bersorak gegap gempita.
Ini semua adalah suporter China.
Dalam sorakan suporter China, He Ying mempercepat langkah, mengejar bola lalu menerjang masuk area penalti.
Bek-bek Korea berhamburan kembali ke area penalti sementara kiper Zheng Chenglong nekat meninggalkan gawang menyambar He Ying.
Menghadapi kiper Korea yang keluar posisi, He Ying memiringkan tubuh dan mengayunkan kaki kanan. Bagian dalam kakinya menyapu bola, melambungkan kurva indah menuju sudut belakang gawang.
Zheng Chenglong yang sedang berlari keluar hanya bisa menjulurkan tangan tanpa sempat menyentuh bola...
Ia hanya bisa memutar kepala menyaksikan bola, berharap melenceng atau membentur bingkai gawang.
Tapi dia kecewa, bola sepak yang ditembak He Ying nyaris menyentuh sudut mati sebelum masuk ke gawang!
“Gol!!! Gol! Gol! Gol!!!” He Ping berteriak penuh semangat sambil berdiri dari kursi komentator.
Suporter China di tribun yang sudah berdiri sejak awal mengangkat kedua tangan dan melompat. Ketika mendarat, hampir separuh lapangan bergetar.
Sorakan suporter China bagai badai menerjang seluruh stadion!
“He Ying mencetak gol pertama untuk Tim China! Kita unggul 1-0 atas Korea Selatan!”
Ribuan suporter China di depan televisi menjerit histeris. Kedai teh, bar, dan semua tempat berkumpul penonton langsung bergemuruh.
……
Usai mencetak gol, He Ying berlari ke tribun belakang gawang sambil menarik bendera merah lima bintang di dada seragamnya, memperlihatkannya ke suporter China yang bersorak.
Suporter membalas dengan sorakan yang lebih membara.
Rekan setimnya datang dari belakang untuk merayakan bersama.
Sebagai kiper yang berada jauh di gawangnya, Sun Pan melakukan gerakan salto seperti kincir angin.
……
“Aaaaaa!” Komentator Korea menjerit sambil memegang kepala saat bola masuk gawang. “Tidak! Kita kebobolan! Tim China mencetak gol... Mereka melakukan serangan balik bertahan yang brilian! Pemain kita kurang fokus, terlihat lamban menghadapi serangan cepat China!”
“Ini adalah serangan balik bertahan yang bisa ditulis dalam buku pelajaran, kecepatannya sangat tinggi, semua pemain yang terlibat dalam serangan memiliki pemikiran yang jelas, tahu apa yang harus mereka lakukan, sehingga tercipta gol cantik ini!” He Ping memberikan semua pujian kepada pemuda Tim Olimpiade Tiongkok. “Meski gol ini dicetak He Ying, tapi ini adalah kemenangan tim!”
Pemain dan suporter China sedang merayakan gol ini dengan penuh semangat, sementara suporter dan pemain Korea Selatan terpaku seperti patung.
Beberapa detik sebelumnya, mereka masih menyerang gawang Tim China, namun beberapa detik kemudian justru tertinggal skor. Rasanya seperti naik roller coaster, baru mencapai puncak langsung dihempas ke bawah...
Ki Sung-yueng menatap para pemain Tim Olimpiade Tiongkok yang sedang merayakan gol, kekhawatiran dalam hatinya akhirnya menjadi kenyataan.
Namun dia tidak menunjukkan kekecewaan, malah bertepuk tangan keras dan berteriak kepada rekan setimnya: “Jangan dipikirkan! Ini cuma satu gol kebobolan! Belum saatnya menyerah, bangkitkan semangat!”
Menurutnya, bagi Tim Korea Selatan sekarang, sepatu yang selalu ditakutkan akhirnya jatuh. Kini mereka bisa fokus bermain tanpa beban pikiran yang rumit.
Pertandingan menjadi lebih sederhana.
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, para pemain Korea Selatan benar-benar menunjukkan performa yang lebih agresif dan tangguh.
Mental pemain Korea Selatan memang terkenal kuat. Mengalahkan mereka mungkin bisa, tapi menghancurkan semangat mereka sangat sulit.
Ditambah lagi Tim China hanya unggul satu gol, skor ini tidak terlalu aman. Korea Selatan hanya perlu berusaha lebih keras untuk menyamakan skor.
Pada menit ke-34, mereka benar-benar berhasil melakukannya.
Ki Sung-yueng menarik ke sayap dan memberikan umpan silang. Koo Ja-cheol di area tengah menerima operannya lalu melepaskan tembakan di area penalti, bola mengenai lengan Zhang Linpeng yang sedang mundur bertahan ke tengah!
Seketika, semua pemain Korea di area penalti mengangkat tangan mereka, diikuti bunyi peluit wasit utama.
"Penalti!" Komentator Korea bersemangat. "Bagus! Kita mendapatkan penalti!"
He Ping terkejut: "Penalti? Ini kan bola mengenai tangan. Tapi wasit tetap memberikan penalti untuk Korea... Keputusan ini patut dipertanyakan!"
Di dalam negeri China, suporter China di depan televisi langsung mengumpat: "Dasar wasit curang!"
"Kejadian seperti ini dalam pertandingan melawan Korea, sama sekali tidak mengejutkan!"
"Aku akan kasih kalian lelucon: 'Sepak bola Korea'!"
……
Meski semua marah, analisis dingin menunjukkan keputusan penalti ini sebenarnya cukup valid. Meski bola mengenai tangan, lengan Zhang Linpeng terbuka lebar. Andai tangannya rapat ke badan, mungkin masih bisa diperdebatkan.
Tapi sekarang... ruang untuk protes sangat kecil.
Meski para pemain Tim Olimpiade China protes keras, wasit utama Rolando tetap pada keputusannya.
Menghadapi Sun Pan, eksekutor penalti Korea yang ditunjuk adalah Ji Dong-won.
Setelah wasit utama meniup peluit, Ji Dong-Won berlari mengambil ancang-ancang lalu menendang bola ke sudut kanan bawah gawang.
Sun Pan sudah menebak arah yang benar, tapi tangannya terlambat sesaat. Bola menerobos jaring gawang!
"Gol——!" teriak komentator Korea dengan suara melengking. "Cantik! Ji Dong-Won! Skor kini imbang! Kami berhasil mengejar ketertinggalan dari Tim China!"
He Ping menghela napas kecewa: "Sun Pan sudah membaca arah tendangan, tapi kurang sedetik! Sayang sekali!"
Sun Pan meninju rumput lapangan berkali-kali sebelum berdiri, masih menyimpan kekecewaan.
Saat kiper China itu sedang kesal, Ji Dong-Won malah berlari ke depannya sambil menggoyangkan jari——gestur menghina yang persis seperti yang dilakukan Sun Pan sebelumnya!
Gerakan provokatif itu langsung memicu kemarahan para pemain China.
Persaingan panas antara Tim Olimpiade Tiongkok dan Korea memang sudah seperti bensin, ditambah emosi yang sudah memuncak setelah kebobolan.
Sebelum Sun Pan sempat bereaksi, Guo Nu sudah menerjang Ji Dong-Won dan mendorongnya keras.
Ji Dong-Won terhuyung mundur. Melihat rekan mereka diusik, pemain Korea pun berkerumun mengepung Guo Nu.
Zhang Linpeng segera maju untuk membantu Guo Nu.
Para pemain dari kedua tim seperti dua aliran air yang bertabrakan, saling berhimpitan.
Saling dorong-mendorong.
Mulut mereka juga sama-sama mengeluarkan teriakan.
Sun Pan yang sudah sadar ingin mencari masalah dengan Ji Dong-won, tapi pemain lawan itu sudah dilindungi rekan setimnya. Dia hanya bisa menunjuk Ji Dong-won dari balik kerumunan sambil berteriak: "Dasar bajingan! Keluar sini, gue habisin lu! Goblok!"
Ji Dong-won sudah menghina dan memprovokasi si pemarah ini - mana mungkin dia bisa menahan diri?
Zhou Yi juga maju, tapi bukan untuk membantu Sun Pan melainkan menariknya mundur: "Lu mau diusir keluar lapangan?!"
Terdengar teriakan Zhou Yi, Sun Pan tertegun sebentar lalu tubuhnya lungluh. Tapi nada bicaranya masih keras: "Goblok! Dasar kakek-kakek!"
Zhou Yi terus menariknya ke belakang: "Sudah-sudah... Balas dendam terbaik adalah jangan biarkan dia mencetak gol lagi..."
"Perlu dikasih tau? Kalo gue masih kebobolan gol sama dia, gue makan kimchi seumur hidup sampe kena kanker!" Sun Pan menggeretak gigi sambil bersumpah serapah.
Saat Zhou Yi sedang membujuk Sun Pan, konflik singkat itu berakhir. Wasit utama memberikan kartu kuning kepada Guo Nu dan Ji Dong-won.
Ji Dong-won pantas dapat kartu kuning, tapi Guo Nu agak dirugikan. Sebagai bek tengah utama Tim China, baru babak pertama belum selesai sudah dapat kartu kuning - bagaimana melanjutkan pertandingan?
Apa dia harus bermain setengah hati sekarang?
Brozović sangat tidak puas dengan keputusan wasit ini.
Tapi keputusan wasit utama tidak bisa diubah, hanya bisa diterima.
