Saat jeda babak pertama, di ruang ganti Tim Olimpiade Korea, Ji Dong-won meminta maaf sambil menangis di depan seluruh tim, hampir saja berlutut dan memotong jari di hadapan mereka.
Dia juga tahu kalau pengusirannya dari lapangan akan membuat timnya berada dalam kesulitan.
Rekan-rekan setimnya berusaha menghiburnya, mengatakan ini bukan kesalahannya melainkan pemain Tim China yang terlalu licik, terutama kiper mereka yang disebut sebagai pengecut hina yang melakukan diving dan akting untuk menipu wasit.
Para pemain Tim Olimpiade Korea kemudian mulai mengutuk Sun Pan, lalu meluaskan kecaman mereka ke seluruh Timnas Olimpiade Tiongkok, menuduh pemain China sebagai pengecut, licik, dan menghalalkan segala cara untuk menang hingga melanggar semangat olahraga.
Aksi protes mereka baru berhenti ketika pelatih kepala Hong Myung-bo memasuki ruang ganti dengan wajah masam.
"Apakah dengan menyalahkan lawan kalian menganggap itu jalan menuju kemenangan?" hardik Hong Myung-bo dengan raut tak bersahabat.
Sebagai legenda sepakbola Korea, Hong Myung-bo memiliki wibawa tinggi di mata para pemain muda dan posisi terhormat dalam tim.
Mendengar teguran itu, para pemain muda Tim Olimpiade Korea pun terdiam seribu bahasa.
"Apa untungnya merendahkan lawan sampai tak bernilai?" gertak Hong Myung-bo. "Kalau sekadar mencaci lawan di ruang ganti bisa memenangkan pertandingan, aku akan biarkan kalian menghujat 15 menit penuh. Maukah kalian melakukan itu?"
Sebagai kapten, Ki Sung-yong maju mewakili seluruh tim untuk meminta maaf kepada pelatih: "Maaf, Pelatih, kami yang salah..."
Hong Myung-bo mendengus, menerima permintaan maaf Ki Sung-yong, lalu berkata: "Sekarang semua lupakan insiden kontroversial di babak pertama dan fokuskan seluruh energi pada pertandingan. Di hadapan kalian bukan tim sembarangan yang bisa dikalahkan. Kalian kira pemain Tim China yang bermain di luar negeri itu mengandalkan biaya sponsor untuk bisa bermain? Mereka semua adalah pilar utama di klub masing-masing! Jika kita tidak berkorban cukup besar, jangan harap bisa membalikkan keadaan!"
"Mulai sekarang perbaiki mental kalian. Tim China ahli dalam penguasaan bola melalui operan. Begitu mereka mulai mengalirkan bola, kita akan kesulitan. Tapi bukan berarti kita tak punya strategi. Jika mereka mulai mengoper bola bolak-balik, kalian harus terus berlari, rebut bola dari kaki mereka, ganggu operan mereka! Larilah seperti Anjing Gila, kemenangan ada di telapak kaki kalian!"
……
Saat babak kedua dimulai, Zhou Yi menyadari pemain Korea Selatan semakin banyak berlari, seolah mereka sama sekali tidak merasa lelah.
Lari gila seperti Anjing Gila ala pemain Korea ini memang menimbulkan masalah bagi Tim China.
Kemampuan berlari orang Korea sangat terkenal di dunia sepakbola. Ada banyak cerita tentang daya tahan fisik luar biasa pemain Korea. Salah satu legenda menyebutkan pada Piala Dunia 1994 di Amerika, saat Tim Korea bertemu Jerman, stamina dan mental baja pemain Korea membuat orang Jerman yang terkenal dengan fisik dan ketangguhan mental pun terkejut.
Saat itu di fase grup Piala Dunia, Jerman sudah unggul 3:0 di babak pertama. Pertandingan terlihat sudah tak ada ketegangan lagi.
Tapi di babak kedua Korea berhasil mencetak dua gol dan nyaris menyamakan skor, membuat orang Jerman berkeringat dingin.
Penyerang utama Korea di pertandingan itu tidak lain adalah Hong Myung-bo.
Namun Tim Olimpiade Tiongkok juga sudah mempersiapkan diri untuk reaksi Korea di babak kedua.
Saat jeda babak pertama, Brozović memperingatkan anak asuhnya: "Tim Korea tidak akan mudah menyerah. Meski jumlah pemain berkurang, kemampuan lari mereka bisa menutupi kekurangan ini."
Menghadapi pressing Korea, Tim China hanya perlu fokus pada satu hal: akurasi operan.
Tapi melakukan operan rapi di bawah tekanan keras lawan bukan perkalian mudah. Inilah masalah yang diciptakan Korea untuk China.
Meski ada kesulitan, Zhou Yi berusaha mempertahankan kendali permainan dan menjaga inisiatif tetap di tangan Tim China.
Untuk mempertahankan kendali, dia tak bisa hanya mengandalkan operan biasa.
Dia bisa mengoper bola dengan cepat sebelum pemain Korea Selatan yang akan melakukan tackle berhasil merebutnya. Dia sepenuhnya mampu melakukannya, tapi saat ini dia tidak berniat demikian. Karena dalam kondisi sekarang, yang dia operkan bukan hanya bola, melainkan tanggung jawab.
Dia bisa mengirim bola tepat ke kaki rekan setim, lalu urusan berikutnya bukan lagi tanggung jawabnya. Bahkan jika rekan gagal mengontrol bola dan direbut lawan, itu adalah kesalahan rekan, bukan dirinya. Tak ada yang akan menyalahkan Zhou Yi, pelaku kesalahan pun bukan dia.
Jika Zhou Yi hanya ingin menjaga diri di lapangan, maka dia tak akan bertahan lama maupun berkinerja baik di posisi gelandang organisatoris.
Karena itu dia tidak akan menganggap urusannya selesai setelah mengoper bola.
Kini Korea Selatan jelas meningkatkan pressing di babak kedua. Setiap kali dia menguasai bola, Ki Sung-yueng selalu membayangi, ditambah 1-2 pemain Korea lain yang mengurungnya.
Dalam situasi seperti ini, pemain biasa akan segera mengoper bola. Tapi Zhou Yi justru melakukan sebaliknya.
Saat rekan mengoper bola padanya, dia membuat gerakan tipu seolah akan mengoper ke sisi lain, membuat Ki Sung-yueng yang membayangi terpancing. Tiba-tiba dia menarik bola ke arah berlawanan, berpura-pura ingin menembus.
Melihat Zhou Yi tak segera mengoper, pemain Korea lain yang awalnya menjaga jarak langsung menyambar untuk merebut bola.
Menghadapi pemain Korea yang menyergap ini, Zhou Yi berbalik badan melindungi bola di depannya, mengisolasi lawan di belakangnya.
Namun, ketika dia berbalik, hal itu membuatnya membelakangi arah serangan, yang tampaknya merupakan pilihan yang lebih buruk.
Terlihat seperti dia ragu sejenak, menyebabkan dirinya ditempel lawan, dan kehilangan timing serangan sambil berusaha mempertahankan bola.
Tapi tepat di saat itu, Zhou Yi yang membelakangi arah depan justru menghentakkan bola ke belakang dengan tumitnya!
Bola menyelinap melalui celah kaki bek Korea Selatan yang tak siap, lalu mendarat di kaki He Ying yang menarik diri untuk membantu.
Gerakan menarik diri He Ying terjadi bersamaan dengan putaran Zhou Yi untuk melindungi bola. Saat itu perhatian Zhou Yi seharusnya tertuju pada cara mempertahankan bola, tidak mungkin bisa melihat pergerakan He Ying.
Namun Zhou Yi malah mengoper bola tanpa mengamati terlebih dahulu, seolah yakin betul He Ying akan berada di belakangnya untuk menerima umpan.
Faktanya, He Ying memang berada tepat di belakangnya.
Setelah mengoper, Zhou Yi berbalik menghindari bek Korea yang menempelnya lalu berakselerasi maju.
Dia melesat melewati He Ying tanpa jeda, seolah tak peduli apakah He Ying menerima bola atau tidak, dan apa yang akan dilakukan He Ying selanjutnya.
Dia terus berlari ke depan.
He Ying pun tidak mengoper padanya, melainkan berbalik membawa bola maju. Serangan Tim China pada tahap ini sudah cukup mengancam. He Ying membawa bola menuju area penalti Korea Selatan, memaksa para bek Korea bergerak maju sehingga pertahanan mereka di area lain menjadi tipis.
He Ying yang menguasai bola memiliki banyak pilihan, kebebasan geraknya sangat tinggi.
Tentu saja, pemain Korea Selatan juga bisa memilih tidak mendekat untuk bertahan menghadapi He Ying yang menguasai bola, tetap mempertahankan integritas lini pertahanan mereka. Tapi mungkin hanya sedikit tim yang pertahanannya melakukan kesalahan bodoh seperti itu.
Saat mereka maju menekan He Ying, He Ying mengoper bola kepada Zhou Yi yang telah menyelinap di depannya.
Kali ini Zhou Yi tidak membiarkan bola tinggal di kakinya bahkan setengah detik, langsung mendorong bola miring ke area depan Wu Lei.
Wu Lei menerjang cepat, saat menerima bola sudah sampai di depan area penalti besar, lalu melepaskan tembakan yang melambung sedikit terlalu tinggi.
Suporter Korea di tribun dan di depan televisi dibuat merinding ketakutan.
Baru saat bola melayang melewati mistar gawang, mereka yakin gol tidak tercipta. Sejak umpan tumit tiba-tiba Zhou Yi hingga rangkaian operan berikutnya, pertahanan Korea Selatan terlihat penuh celah, membuat suporter mereka cemas gawang akan kebobolan kapan saja...
Sementara suporter China menyesali gagalnya gol itu, bahkan beberapa fans emosional memarahi Wu Lei yang dianggap menyia-nyiakan kesempatan.
Di layar TV, Wu Lei juga menyangga kepala dengan kedua tangan, menyesali peluang yang terbuang.
Tapi di area yang tidak terekam kamera TV, Zhou Yi justru memberi jempol ke Wu Lei, mengisyaratkan tembakannya bagus.
Zhou Yi sendiri tidak merasa menyesal dengan gagalnya gol tersebut.
Di dalam hatinya tenang, dia tidak merasa taktik Anjing Gila Tim Korea Selatan akan memberikan masalah besar baginya.
Dia yakin dirinya dan rekan setim mampu mengontrol situasi permainan.
Sejujurnya, skema penyesuaian Tim Korea ini sudah pernah dia lihat dalam pertandingan virtual, tidak ada yang istimewa...
