Pressing Tim Olimpiade Korea terhadap Zhou Yi awalnya bertujuan membendungnya, tapi secara objektif justru membuat terlalu banyak pemain Korea berkumpul di sekitar Zhou Yi sehingga kontrol mereka di area lain menjadi lemah.
Selama Zhou Yi bisa mempertahankan bola dalam kondisi seperti ini, dia akan menarik banyak pemain Korea dan memberi rekan setimnya lebih banyak ruang kosong serta kesempatan.
Kedengarannya sederhana, tapi praktiknya sangat sulit. Ketika seseorang terkepung ketat, mempertahankan bola saja sudah sulit, apalagi harus mengirim bola ke posisi tepat.
Di sinilah teknik giring yang telah Zhou Yi latih keras sepanjang musim menunjukkan manfaatnya. Meski situasi ini tidak mengharuskannya melewati lawan, latihan giring sekaligus melatih operan - semua teknik pada dasarnya adalah tentang penguasaan bola.
Mempertahankan bola juga termasuk jenis operan.
Melalui latihan giring, feel bola Zhou Yi semakin meningkat, membuat ia semakin mahir mengontrol bola di tengah gerakan-gerakan cepat.
Bahkan dalam pressing ketat satu atau dua pemain, Zhou Yi percaya diri bisa mempertahankan bola. Adapun operan setelah mempertahankan bola, bagi Zhou Yi yang memiliki bakat "Mata Elang", justru menjadi hal paling sederhana.
……
Menit ke-66, setelah menerima bola di gelandang, Zhou Yi tidak langsung mengoper. Ia membuat gerakan palsu ke kanan. Ki Sung-Yueng yang menjaga terpaksa mengantisipasi. Tapi Zhou Yi hanya memberi tipuan sebelum mengalihkan bola ke kiri, lalu melakukan dribel penetrasi!
Dribel penetrasi Zhou Yi langsung membuatnya menjadi magnet raksasa yang menyedot seluruh perhatian bek Korea Selatan.
Minimal dua bek Korea menyerangnya. Biasanya dalam kondisi seperti ini bola harus segera dioper. Tapi Zhou Yi tetap terus menggiring maju, seolah tak gentar dengan bek-bek lawan.
Di saat bersamaan, Ki Sung-Yueng yang sebelumnya tertipu mulai mengejar dari belakang, hampir membentuk kepungan depan-belakang.
Menghadapi tiga pemain Korea yang mendesak, Zhou Yi memperlambat tempo dan mengarahkan dribel ke sayap. Gerakan menghindar yang jelas. Tampaknya penetrasinya berhasil dihentikan.
Jika pemain Korea bisa memaksa Zhou Yi ke sisi lapangan, ruang geraknya akan sangat terbatas. Ancaman terhadap gawang Korea pun otomatis berkurang drastis.
Perlambatan dan perubahan arah Zhou Yi memberi kesempatan bagi pemain Korea seperti Ki Sung-yueng untuk mengepungnya. Tak lama kemudian, dia benar-benar terjebak dalam kepungan.
Saat ini, bukan saja mengirimkan umpan mematikan, bahkan sekedar mempertahankan bola agar tidak direbut lawan saja sudah bisa dianggap luar biasa.
Terdesak di sayap dengan posisi membelakangi arah serangan, serangan ini tampaknya sudah benar-benar mentok...
Baik suporter Korea di tribun maupun yang menonton di depan televisi bersorak gegap gempita.
Komentator Korea berteriak: "Serangan Tim China terjebak dalam kubangan! Zhou Yi seharusnya segera mengoper, tapi sekarang dia sudah terkepung! Asal bisa merebut bolanya, kita bisa langsung melancarkan serangan balik!"
Pemain Korea yang mengepung Zhou Yi di lapangan juga berpikir demikian.
Koo Ja-cheol, penyerang Korea yang terus membuntuti, mencoba merebut bola dari kaki Zhou Yi.
Zhou Yi yang sedang berjibaku dengan pemain Korea di belakangnya menarik bola dengan kakinya, membuat bola menyentuh ujung kaki tumpuannya dan terpantul ke atas.
……
Saat Zhou Yi terkepung, Wu Lei berlari mendekat untuk memberikan dukungan. Tapi He Ying justru melakukan sebaliknya - bukannya membantu, malah berlari menjauh ke depan.
Dia sudah melihat ruang kosong yang sangat lebar. Dia yakin orang Korea juga melihatnya, tapi mereka mengabaikannya karena tak menganggap celah itu sebagai ancaman.
Memang, coba pikir, Zhou Yi sudah dikepung oleh orang itu di sayap, membelakangi arah serangan. Meski ada ruang kosong, bisakah dia mengoper bola sepak?
Umumnya, yang terpikir oleh orang pada saat seperti ini adalah berlari membantu Zhou Yi, mendekatinya sebisa mungkin untuk membantunya melepaskan bola.
He Ying tidak melakukan ini. Di satu sisi karena Wu Lei sudah melakukannya, tak perlu dia ikut campur. Di sisi lain, karena dia percaya pada Zhou Yi. Menurut pemahamannya tentang Zhou Yi, dia selalu yakin Zhou Yi bisa melakukan hal-hal yang mustahil bagi orang biasa...
Maka dia pun berlari ke sana.
……
Saat He Ying menyelinap ke ruang kosong itu, Zhou Yi masih "bergulat" dengan pemain Korea yang mengepungnya - bola menghantam ujung kaki tumpuannya lalu terpental, Zhou Yi segera menyundulnya lagi.
Bola terangkat tinggi, menghindari Ki Sung-yueng sepenuhnya. Tapi bola tinggi seperti ini justru menyulitkan Zhou Yi mengontrolnya.
Melihat bola melambung, semua pemain berdesakan mendekati Zhou Yi, berusaha merebut bola.
Menghadapi kondisi ini, Zhou Yi menyandar kuat ke tubuh Koo Ja-cheol. Menggunakan Koo sebagai tembok penyangga, dengan dada dia menahan bola yang jatuh.
Bola sedikit melambat lalu terus jatuh. Zhou Yi memutar tubuhnya sambil membiarkan bola turun.
Saat bola mencapai ketinggian sekitar lutut, tiba-tiba Zhou Yi menyepak bola dengan keras!
Bola yang ditendang tidak melesat ke lini belakang, juga tidak diumpankan ke Wu Lei yang datang membantu, melainkan menerobos celah kepungan dan menyambar ke ruang kosong di belakang pertahanan Korea Selatan!
Dengan membelakangi arah tembak, dia mengoper bola tanpa sekalipun menoleh ke belakang!
Bersamaan dengan itu, He Ying telah berlari ke area tersebut. Koordinasi antara pemain dan bola berlangsung mulus bak aliran air, tanpa jeda, dengan timing yang sempurna!
"He Ying menyambar! Wah, cantik! Operan yang memukau!" teriak He Ping di kursi komentar dengan penuh semangat.
Suporter China di depan televisi pun bersorak gembira. Hampir semua bisa memprediksi kelanjutan momen ini, prospek itu membuat mereka berdegup kencang.
……
He Ying menerjang ke arah bola. Dia sama sekali tidak mempedulikan asisten wasit atau wasit utama. Selama peluit tidak berbunyi, langkahnya takkan terhenti.
Tentu saja, saat ini dia memang tak mendengar peluit. Lapangan telah diguncang gelombang suara dahsyat: sorak gembira suporter China, teriakan panik dan siulan ejekan suporter Korea.
Terutama siulan ejekan. Di babak kedua, Tim Korea Selatan bermain membelakangi pendukung mereka sendiri. Di belakang gawang mereka terdapat tribun tempat suporter Korea berkumpul, yang kini sedang membombardir dengan siulan untuk mengganggu konsentrasi He Ying.
Tapi siapa He Ying? Dia adalah pemain yang meraih Sepatu Perak di Liga Kedua Spanyol. Hal yang paling dipuji darinya adalah ketenangan dan kestabilannya. Dalam situasi apapun, sebagai penyerang, dia tetap luar biasa dingin.
Bagaimana mungkin sedikit siulan ini bisa mengganggu konsentrasinya?
Dengan kontrol bola yang mantap, dia menjawab ejekan suporter Korea. Kemudian menggiring bola masuk ke area penalti.
Menghadapi kiper Korea Jung Sung-ryong yang keluar, He Ying melakukan gerakan tipuan hingga menjatuhkan lawannya, lalu menendang ke gawang kosong.
Bola menggelinding masuk ke gawang tanpa hambatan!
"Gol!" He Ping berteriak sambil mengangkat tangan. "Gol! Gol!!! Tim China kembali unggul! Cantik! He Ying!"
Sebenarnya gol ini datang tanpa tanda-tanda. Sebelum Zhou Yi mengoper ke He Ying, semua orang mengira serangan Tim China sudah berakhir.
Tak disangka berbuah gol. Suporter China di depan televisi beralih dari terkejut ke gembira, sementara di internet ramai dengan postingan penuh semangat.
He Ying justru tak terlihat terlalu bersemangat setelah mencetak gol. Meski tersenyum, ekspresinya tidak sampai terdistorsi. Dia tersenyum sambil berbalik dan berlari ke arah Zhou Yi, menunjuknya untuk mengajak merayakan.
Sebelum gol tercipta, dia yakin Zhou Yi akan mengirim bola ke ruang kosong. Kenyataannya Zhou Yi tak mengecewakan kepercayaannya. Perasaan ini sudah ada sejak syuting reality show dulu.
Sungguh menyenangkan memiliki rekan setim yang bisa dipercaya dan berjuang bersama.
He Ying tersenyum menyambut Zhou Yi, perasaannya seolah berlari menuju seorang teman lama.
Keduanya berpelukan.
"Operan yang cantik!" He Ying menepuk punggung Zhou Yi.
"Lari menyambut yang cantik!" Zhou Yi menepuk bahu He Ying balas membalas.
Wu Lei kemudian menyambar maju, berteriak penuh semangat: "Bagaimana kamu bisa melihat dan melakukannya!"
Dia bertanya pada Zhou Yi. Sebelumnya dialah yang berlari memberi dukungan, pandangannya tertuju penuh pada Zhou Yi sehingga melihat jelas.
Zhou Yi dari awal sampai akhir tak pernah menoleh. Sebenarnya dia juga tak punya kesempatan menoleh, saat itu sekelilingnya dipenuhi pemain Korea Selatan berseragam merah. Hampir tenggelam dalam lautan merah, Wu Lei di luar hanya bisa cemas tanpa bisa menerobos menyelamatkannya.
Tanpa menoleh, mustahil dia mengetahui kondisi di belakangnya. Tak tahu ada ruang kosong di sana, apalagi tahu He Ying akan berlari ke sana. Tapi dengan tegas dia mengoper bola ke ruang kosong di belakangnya melalui cara yang tak terduga semua orang.
Saat Zhou Yi mengoper, Wu Lei terpana—mengira itu tendangan sembarangan. Tapi saat pandangannya mengikuti arah bola, barulah melihat He Ying muncul di titik jatuhnya bola!
Saat itu, ribuan tanda tanya di hati Wu Lei menyatu menjadi satu kalimat: "Ini bisa?!"
Zhou Yi tertawa: "Aku tahu He Ying pasti lari ke ruang kosong itu, jadi ya kulempar bola ke sana!"
Perkataan ini diucapkan dengan penuh keyakinan, dipenuhi rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap rekan setim.
Pemain-pemain Tim China lainnya berkerumun mengelilingi mereka, merayakan dengan penuh kemenangan di bawah tribun tempat suporter Korea berkumpul.
