Saat para pemain Tim China merayakan gol dengan gegap gempita, komentator China He Ping juga memuji Zhou Yi tanpa henti: "Keterampilan yang luar biasa! Dia mengirim bola ke ruang kosong dengan akurat tanpa melihat arah operan! Bahkan saya berpikir mungkin di dalam pikiran Zhou Yi ada peta lapangan real-time, dia tidak perlu mengangkat kepala untuk melihat setiap sudut lapangan..."
He Ping yang sedang berimajinasi liar tanpa sengaja menebak kebenaran. Tentu saja, dia sendiri tidak akan mengira tebakannya benar, dia hanya menganggap ini sebagai omong kosongnya sendiri.
"Gol tadi benar-benar cantik! Bukan hanya karena dribel dan tembakan He Ying yang bagus, tapi lebih karena operan Zhou Yi yang brilian! Operan dengan punggung kaki yang dilakukan Zhou Yi ke arah serangan ini sempurna sampai detail terkecil! Benar-benar menunjukkan kemampuan kontrol situasi yang presisi dan penglihatan yang luar biasa - mungkin memang ada sepasang mata ketiga di belakang kepala Zhou Yi! Haha!"
Siaran pertandingan terus memutar ulang gol Tim China tadi, operan Zhou Yi dari berbagai sudut ditayangkan berulang-ulang.
Semua orang bisa melihat dengan jelas situasi saat Zhou Yi melakukan operan. Setiap orang yang melihatnya pasti akan bersemangat seperti He Ping, karena operan ini seolah-olah Tuhan meminjamkan tubuh Zhou Yi untuk menghasilkan umpan yang mustahil dilakukan.
Tidak hanya He Ping, komentator dari negara lain juga memberikan pujian sangat tinggi terhadap operan Zhou Yi ini.
"Ini benar-benar operan bak dewa!" Komentator Jerman langsung membuat orang terkejut dengan pernyataannya. Pujiannya terhadap operan Zhou Yi bahkan melebihi komentator China He Ping. "Tidak ada yang tahu bagaimana Zhou Yi melihat ruang kosong itu, bagaimana dia melihat pergerakan posisi He Ying, karena dia sama sekali tidak mengangkat kepala. Saat itu seluruh konsentrasinya tertuju pada pemain Korea yang mengepungnya..."
"Ya Tuhan! Operan Zhou Yi ini mengingatkanku pada umpan Maradona ke Brasil di Piala Dunia Italia 1990, sama-sama tak terduga dan mematikan. Tapi menurutku operan Zhou Yi kali ini lebih sulit karena dilakukan dalam posisi diam sambil mengontrol bola, bahkan dengan membelakangi arah serangan!" Komentator Jepang juga memuji Zhou Yi sangat tinggi.
Secara logika, biasanya pemain yang mencetak gol menjadi pemeran utama. Tapi dalam gol ini, He Ying justru menjadi pemeran pendukung, sementara Zhou Yi-lah yang menjadi sorotan pujian.
Namun kalaupun He Ying mendengar komentar para komentator, mungkin dia tidak akan keberatan. Karena dia sendiri mengakui kontribusi Zhou Yi dalam gol ini lebih besar daripada dirinya.
……
Tim China sedang merayakan gol, sementara di sisi Korea Selatan, kapten mereka Ki Sung-yueng setelah melewati kekecewaan awal, kini bertepuk tangan keras untuk memompa semangat rekan setimnya.
"Jangan menyerah! Kita hanya tertinggal satu gol! Kita pasti bisa menyamakan skor!"
Pada saat ini, target realistis tentu saja menyamakan skor. Tapi bahkan jika berhasil menyamakan, belum tentu itu menjadi hal baik bagi Korea Selatan.
Jika Korea Selatan masih memiliki 11 pemain di lapangan, menyamakan skor dalam kondisi seperti ini akan memberi peluang besar untuk menang. Bahkan jika sampai perpanjangan waktu, Korea Selatan memiliki keunggulan stamina dan mental. Jika gagal mengalahkan Tim China di perpanjangan waktu, dalam adu penalti kualitas mental Korea yang lebih unggul akan menjadi faktor penentu.
Tapi kini Korea Selatan kehilangan satu pemain. Konsumsi stamina mereka pasti lebih cepat dari biasanya. Meski bisa membawa pertandingan ke perpanjangan waktu, kemungkinan besar energi mereka sudah terkuras. Saat itu, dengan tenaga yang tersisa, satu serangan balik Tim China bisa membuat pertahanan mereka runtuh.
Ki Sung-yueng tentu paham hal ini, tapi tak ada yang bisa dilakukan. Hanya bisa bermain mengikuti situasi, fokus dulu untuk menyamakan skor.
Di depan bangku cadangan, pelatih kepala Tim Olimpiade Korea Hong Myung-bo juga terlihat sangat serius.
Korea Selatan bermain dengan 10 pemain dan kembali tertinggal skor - kondisi yang sangat tidak menguntungkan.
Tapi justru ini membuat Hong Myung-bo terbebas dari beban - dalam situasi seperti ini, tak perlu berpikir panjang, fokus saja pada serangan dan mencetak gol!
Dia segera membuat keputusan, menggantikan bek Hwang Seok-ho dengan penyerang pengganti Kim Hyung-sung, satu-satunya penyerang di Tim Olimpiade Korea.
Ini adalah langkah putus asa.
Pergantian pemain seperti ini sangat sesuai dengan karakteristik orang Korea dan gaya bermain sepak bola mereka.
Mereka sangat mementingkan kualitas kemauan dan menganggap semangat sebagai hal yang sangat penting.
Hong Myung-bo berharap pergantian ini dapat meningkatkan moral para pemain dan menjadi tanda dimulainya serangan balik dahsyat Tim Korea.
Setelah motivasi ganda dari kapten Ki Sung-yueng dan pelatih, moral pemain Korea memang pulih sedikit.
Setelah pertandingan dimulai kembali, mereka melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China. Menyamakan skor secepat mungkin menjadi tujuan utama mereka sekarang, dan untuk itu mereka rela mengorbankan segalanya.
Menyaksikan serangan Korea ke gawang China, penonton Korea di depan televisi sangat antusias. Mereka yakin gawang China pasti akan jebol di bawah tekanan semangat Korea yang membara.
Namun tak lama setelah pertandingan berlanjut, mereka menyadari situasinya tidak seperti yang dibayangkan.
Dalam bayangan mereka, serangan Korea akan seperti gelombang pasang yang terus menerus menghantam pertahanan China tanpa memberi kesempatan bernapas.
Kenyataannya... meskipun serangan Korea gencar, tidak bisa bertahan lama. Karena setelah setiap serangan, penguasaan bola akan berpindah ke pihak Tim China.
Begitu Tim China menguasai bola, ritme permainan yang sebelumnya seperti badai tiba-tiba melambat. Ritme lambat ini membuat Tim nasional Korea Selatan sulit beradaptasi.
Ibarat pelari yang sedang sprint penuh, tiba-tiba harus berhenti menghindari rintangan. Begitu berhasil melewati rintangan dan ingin kembali sprint, rintangan baru muncul lagi. Siklus ini terus berulang, membuat mereka tak pernah bisa berlari kencang dengan leluasa.
Sensasi frustasi karena tenaga tak bisa dikeluarkan ini benar-benar menyebalkan.
Mengapa terjadi perubahan ritme seperti ini?
Jawabannya ada pada Zhou Yi.
Setelah terjadi peralihan penguasaan bola, Tim China tidak terburu-buru menyerang. Mereka justru mengoper bola bolak-balik, memainkan permainan sabar melawan Korea.
Pemain Korea merespons dengan pressing ketat di lini tengah dan depan. Di momen seperti ini, Zhou Yi sengaja memperpanjang durasi penguasaan bolanya, menggunakan kemampuan operannya untuk memperlambat ritme.
Setiap detik tambahan bola di kakinya berarti menunda satu detik serangan balik Korea.
Kemampuan mengontrol bola Zhou Yi memang luar biasa. Begitu bola sampai di kakinya, ia bisa bertahan lebih dari satu detik. Setelah memancing pemain Korea mendekat, barulah ia mengoper bola, membuat pemain lawan kelelahan bolak-balik.
Dalam kondisi seperti ini, pemain Korea semakin mudah emosi. Saat berhadapan dengan Zhou Yi, tindakan kasar baik tangan maupun kaki semakin sering terjadi.
"Zhou Yi di bawah pressing pertahanan mereka, sering terjatuh. Peluit wasit utama kerap berbunyi, memvonis pelanggaran tim Korea Selatan. Pertandingan pun kerap terhenti. Pemain Korea yang sudah emosi semakin mendekati batas kesabaran."
Mereka menganggap Zhou Yi sengaja melakukan diving.
Setiap kali Zhou Yi terjatuh, pemain Korea langsung menunjukkan ekspresi frustasi atau protes ke wasit utama atas tuduhan diving. Suporter Korea di tribun juga menggemakan siulan keras sebagai tekanan psikologis kepada wasit.
"Kaos kaki Zhou Yi sampai sobek terkena paku sepatu pemain Korea, masak ini disebut diving?" He Ping membela Zhou Yi dengan nada kesal.
Close-up shot sebelumnya memperlihatkan kaos kaki Zhou Yi yang sudah robek di bagian pergelangan, memperlihatkan kulitnya yang terluka.
Sementara pemain Korea mengerumuni wasit utama untuk memprotes, Zhou Yi justru duduk santai merapikan kaos kaki dan sepatunya. Yang Muge menghampiri dengan wajah khawatir: "Gimana? Pergelanganmu nggak cidera kan?"
Zhou Yi menggeleng: "Nggak parah."
Yang Muge mengulurkan tangan: "Mau dibantu bangun?"
Zhou Yi tersenyum sambil menggeleng: "Nggak perlu dulu. Tungguin mereka selesai ngomong sama wasit. Lagian yang sedang buru-buru sekarang bukan kita."
……
Zhou Yi santai, tapi Brozović di bangku cadangan justru mulai gelisah.
Usai pelanggaran terakhir tim Korea, pelatih itu melesat dari kursi pelatih menuju ofisial keempat sambil berteriak: "Tindakan brutal seperti ini harus diberi kartu! Wasit harus bisa menguasai situasi, jangan biarkan pertandingan berubah jadi perkelahian jalanan!"
Ofisial keempat memberi isyarat agar dia tenang.
Brozović masih bergumam kesal sambil memutar badan.
Dia khawatir Zhou Yi cedera. Pemain Korea Selatan sekarang tampak semakin emosional.
Jika Zhou Yi cedera, jalan Tim China di Olimpiade mungkin berakhir di semifinal. Zhou Yi bukan hanya kapten (catatan: sebelumnya ditulis Zhou Yi bukan kapten, tapi setelah dipikir ulang, tidak logis jika Zhou Yi tidak jadi kapten, jadi bagian sebelumnya diubah dengan menyerahkan ban kapten padanya), tapi juga pemain inti absolut tim ini. Selama dia di lapangan, rekan setimnya akan merasa tenang dan percaya diri. Jika dia absen karena cedera, itu akan menjadi pukulan mematikan bagi China.
Brozović ingin menarik Zhou Yi keluar, tapi ragu-ragu - saat ini serangan Korea Selatan begitu gencar, hanya dengan mengandalkan Zhou Yi Tim China bisa mengimbangi. Jika Zhou Yi ditarik, bagaimana jika kendali lini tengah hilang? Melihat waktu pertandingan, masih tersisa dua puluh menit - waktu yang cukup bagi Korea Selatan yang nekat untuk melakukan sesuatu.
……
Protes pemain Korea Selatan akhirnya berakhir. Mereka tidak bisa terus-menerus mendesak wasit utama, karena justru bisa membuat mereka mendapat kartu dan merugi.
Mereka hanya perlu terus-menerus menyampaikan sikap, terus mengulangi ke wasit utama bahwa "Zhou Yi adalah penipu diving". Siapa tahu di momen krusial, trik ini bisa berhasil?
Saat mereka akhirnya bubar dari sekitar wasit utama, Zhou Yi baru dibantu berdiri oleh He Ying yang datang mendekat.
Saat membantu Zhou Yi bangkit, He Ying berbisik di telinganya: "Zhou Yi, unggul 1-0 bukan skor yang aman. Jika mereka terus menyerangmu seperti ini sampai kamu cedera, bagaimana?"
"Kamu benar." Zhou Yi mengangguk mengakui kekhawatiran He Ying. "Kita harus mengubah kondisi ini."
"Bagaimana caranya?" Yang Muge bertanya.
"Jika unggul 1-0 tidak aman, maka kita harus unggul 2-0," kata Zhou Yi.
