Gol Zhou Yi mengakhiri ketegangan pertandingan. Meski masih tersisa 15 menit termasuk injury time, siapa pun yang melihat 90 menit sebelumnya tak akan percaya Korea Selatan punya kesempatan menyamakan skor.
Menyamakan skor saja sulit, apalagi membalikkan keadaan untuk menang.
Tim China dalam pertandingan ini benar-benar menguasai sepak bola di kaki mereka, menunjukkan betapa hebatnya kemampuan operan mereka.
Di bawah pimpinan Zhou Yi, Tim China mampu terus mengendalikan permainan dan menuntun pemain Korea Selatan.
Ditambah lagi Tim Korea Selatan kekurangan satu pemain dan menghadapi masalah besar dalam stamina.
Sekarang Brozović bisa dengan tenang menarik Zhou Yi keluar, di satu sisi untuk memberinya lebih banyak waktu istirahat, di sisi lain menghindari risiko cedera. Siapa tahu pemain Korea yang tertinggal dua gol bisa nekat?
Sebagai tindakan pencegahan, wajar saja menarik Zhou Yi keluar.
Lagipula Tim China sekarang unggul dua gol. Meski terjadi kejadian tak terduga di akhir dan Korea mencetak satu gol, tetap masih unggul satu. Selain itu, Sun Pan bukanlah pemain yang tidak berdaya! Sekalipun Tim Korea mengepung gawang China, tidak mudah bagi mereka untuk mencetak gol.
Maka, ofisial keempat mengangkat papan pergantian pemain di pinggir lapangan, Zhou Yi turun.
Saat Zhou Yi turun, seluruh suporter China di tribun berdiri memberikan tepuk tangan dan sorakan.
Di tengah sorakan, Zhou Yi perlahan berjalan meninggalkan lapangan.
Dia terlihat agak lelah. Kecepatan berjalannya ini memicu ketidakpuasan beberapa pemain Korea yang menganggap Zhou Yi sengaja mengulur waktu.
“……Wasit utama Roldán kemudian berlari menghampiri dan memberi isyarat pada Zhou Yi untuk segera turun lapangan. Zhou Yi langsung berhenti, berbalik, dan berbicara dalam Bahasa Inggris kepada wasit tersebut. Ia menjelaskan bahwa dirinya sangat lelah, tidak bisa lari, hanya bisa berjalan. Saat berbicara, napasnya tersengal-sengal. Satu kalimat sederhana membutuhkan waktu dua kali lebih lama dari biasanya. Perlahan tubuhnya mulai membungkuk, kedua tangan menopang lutut, seolah jika tidak ditopang ia akan terjatuh...
“…Saya tidak sengaja menunda waktu. Tapi jika tidak diizinkan turun dengan berjalan dalam keadaan kelelahan, tolong panggilkan tandu untuk saya.” Zhou Yi berkata dengan napas terengah-engah.
Melihat Zhou Yi berhenti dan berbicara dengan wasit, pemain Korea langsung panik—protes mereka ke wasit awalnya bertujuan agar Zhou Yi turun lebih cepat, namun sekarang malah bertahan di lapangan!
Mereka bahkan rela mengangkat Zhou Yi langsung turun lapangan… Jika wasit benar-benar memenuhi permintaan Zhou Yi memanggil tandu, mereka siap jadi pengangkatnya…
Melihat keringat Zhou Yi bercucuran, berbicara sambil menopang lutut dalam posisi membungkuk, wasit Roldán pun tak bisa berbuat banyak. Ia bisa saja memberi kartu kuning karena dianggap menunda waktu, tapi justru berisiko dimanfaatkan Tim China untuk membuang lebih banyak waktu… Hukuman itu juga akan memicu kontroversi lebih besar setelah pertandingan, mengingat keputusannya selama ini sudah banyak diperdebatkan...
Lagipula dia bukan ayah orang Korea, tidak perlu berkorban sampai segitunya untuk mereka.
"Setelah memikirkan itu, dia hanya melambaikan tangan, memberi isyarat agar Zhou Yi segera turun. Entah Zhou Yi turun dengan berjalan, lari, atau diangkut dengan tandu... itu bukan urusannya lagi."
"Setelah mendapatkan izin dari wasit utama, Zhou Yi baru bangkit dan turun dari lapangan dengan langkah lambat."
"Dia sengaja tidak berjalan lebih pelan, tetap menjaga kecepatan seperti sebelumnya. Sebenarnya kalau pemain Korea tidak protes, Zhou Yi pasti sudah turun lebih cepat. Akibat keributan ini, waktu pertandingan berkurang satu menit lagi..."
"Di tepi lapangan, Zhou Yi akhirnya mengangkat tangan bertepuk tanda terima kasih ke suporter di tribun, lalu memeluk rekan setim, menyelesaikan seluruh proses pergantian pemain."
"Tim Korea Selatan seberapa pun gelisahnya, saat ini hanya bisa memandangi."
"Komentator Korea dengan geram mencela Zhou Yi yang dianggapnya sengaja mengulur waktu tanpa etika olahraga, merusak reputasi dan citranya."
"Tim China yang unggul dua gol seharusnya tidak perlu menggunakan cara seperti ini untuk mengamankan kemenangan. Zhou Yi sebagai pemain top terlihat sangat kerdil dengan tindakan ini!"
"Di internet Korea saat ini juga banyak netizen yang memaki Zhou Yi dan China, mirip dengan sebelumnya ketika netizen China memaki Korea karena keputusan penalti."
"Kebencian antara kedua pihak ini benar-benar menyeluruh, dari sudut tertentu bahkan melebihi permusuhan China-Jepang..."
"Ini juga merupakan fenomena menarik."
"Tentu saja, mereka yang terlibat langsung tidak akan merasa ini menarik."
"Misalnya, jika komentator Korea itu mendengar komentar ini, pemain China mungkin akan 'menyapa seluruh keluarganya'..."
……
Setelah Zhou Yi turun dari lapangan, ini seharusnya menjadi kesempatan emas bagi Korea Selatan untuk melakukan serangan balik.
Namun sekarang mereka harus berhadapan kembali dengan tembok baja Sun Pan.
Pertandingan berubah menjadi "momen kiper" favorit Sun Pan.
Tentu saja, ini juga terkait performa gemilang Guo Nu, Yang Muge dkk yang membuat Korea Selatan sulit menembus area penalti, memaksa mereka memilih tendangan jauh dari luar area penalti.
Di menit-menit terakhir pertandingan, skor tetap 3-1 untuk keunggulan Tim China. Perhatian He Ping jelas sudah tidak fokus pada pertandingan itu sendiri, melainkan mulai menjelaskan makna kemenangan ini bagi sepak bola Tiongkok.
"…Setelah mengalahkan Korea Selatan, Tim China akan menjadi semifinalis kompetisi sepak bola putra Olimpiade London ini. Meskipun Tim Olimpiade Tiongkok telah menciptakan sejarah di setiap pertandingan sejak mengalahkan Tim Olimpiade di pertandingan pertama fase grup, prestasi yang mereka raih sekarang tetap sangat gemilang! Lolos ke semifinal bukan hanya hasil terbaik sepak bola putra Tiongkok di Olimpiade, tapi juga pencapaian tertinggi sepak bola putra Tiongkok dalam turnamen dunia!"
Prestasi terbaik timnas di Piala Asia adalah juara dua, tapi Piala Asia adalah turnamen benua sementara Olimpiade merupakan ajang dunia. Rasanya berbeda, di Olimpiade kita bertanding melawan seluruh dunia.
“Saat ini, jika para pemain Tim Olimpiade Tiongkok bisa memenangkan satu pertandingan lagi, mereka akan meraih medali lebih awal - tak peduli apakah warnya emas atau perak. Ini merupakan terobosan besar bagi sepak bola pria China, karena ini akan menjadi medali pertama sepak bola pria China di Olimpiade! Tapi ini sebenarnya tidak mudah, karena menurut aturan pertandingan, lawan mereka di semifinal adalah pemenang antara Honduras dan Tim Olimpiade Brasil. Tim Olimpiade Brasil adalah favorit utama juara Olimpiade edisi ini dengan kemampuan tim terkuat. Kemenangan mereka atas Honduras seharusnya tidak masalah, artinya lawan Tim China di semifinal adalah Brasil... Meski begitu, saya pikir lolos ke semifinal saja sudah merupakan terobosan besar bagi sepak bola pria China. Menurut saya para pemain muda ini sebaiknya tidak terlalu banyak memikirkan hal lain, santai saja dan nikmati pertandingan!”
Menurut He Ping, mengalahkan Brasil di semifinal bukan tidak mungkin, tapi tingkat kemungkinannya kecil. Jika terlalu menekankan medali, justru akan memberi tekanan besar pada tim. Ia berharap bisa membimbing opini publik dengan kekuatan terbatasnya, agar semua pihak tidak terlalu berharap tinggi - jangan memikirkan final atau medali, ciptakan lingkungan yang santai untuk Tim Olimpiade.
……
Ketika peluit akhir pertandingan akhirnya berbunyi, para pemain cadangan dan pelatih Tim China yang telah lama menunggu di pinggir lapangan langsung membanjiri lapangan. Mereka bersama para pemain Tim Olimpiade yang ada di lapangan merayakan kemenangan.
Mereka menciptakan sejarah baru. Sebelum berangkat ke London, target yang ditetapkan media dalam negeri untuk mereka adalah lolos ke babak penyisihan sudah dianggap kemenangan. Ketika Zhou Yi menyatakan targetnya adalah medali emas, banyak yang mengira itu hanya motivasi diri belaka dan mustahil tercapai.
Kini, mereka tidak hanya lolos ke babak penyisihan, tapi juga masuk semifinal! Bahkan tim yang mereka kalahkan dan eliminasi adalah rival abadi sepak bola Tiongkok - Korea Selatan!
Ini benar-benar kemenangan yang membangkitkan semangat.
Setiap orang yang terlibat merasa sangat bersemangat dan bergairah.
Karena terlalu bersemangat, beberapa ucapan pun terlontar tanpa filter.
Di area campuran setelah pertandingan, Sun Pan ditahan para wartawan untuk diwawancarai.
Dua insiden penalti dengan Ji Dong-Won selama pertandingan, plus konflik yang terjadi, membuatnya menjadi sorotan. Semua ingin tahu detail interaksinya dengan Ji Dong-Won.
Apakah dua penalti itu kontroversial? Apa yang dia bicarakan dengan Ji Dong-Won? Apakah aksi terjatuhnya saat didorong Ji Dong-Won adalah diving?
Dengan semangat membara, Sun Pan berdiri di depan logo sponsor menghadapi lensa kamera siaran dan puluhan wartawan Tiongkok-Korea. Menyambar penalti adalah momen paling membanggakannya, dan kini kesempatan untuk pamer pun tiba.
Ia tersenyum lebar sambil berkata: "Mengenai penalti dan Ji Dong-Won, izinkan saya membacakan sebuah sajak sebagai jawaban..."
Wartawan China semua tertawa, Sun Pan ternyata bisa baca puisi juga? Sepertinya memang senang setelah menang, sampai semangat bersajak meluap-luap.
Semua menyimak dengan seksama, ingin mendengar puisi apa yang akan dibacakan Sun Pan.
"Kebaikan dan kejahatan akhirnya berbalas, hukum langit berputar tak tertahankan; tak percaya? Angkat kepala lihat, mana yang luput dari hukuman langit!" Sun Pan menunjuk ke langit malam di atas kepala semua orang.
