BAB 24 Para Pengkhianat

　　Empat "baris puisi" Sun Pan ini langsung membuat semua wartawan di tempat itu terkejut - mereka tak menyangka Sun Pan bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. 　　Sementara Sun Pan justru senang dengan efek yang ditimbulkan "puisi"-nya, semua orang benar-benar terpukau olehnya! 　　Seorang wartawan yang cepat tanggap langsung menyadari ini bisa jadi berita besar, segera ia mengejar: "Jadi menurutmu kartu merah untuk Ji Dong-won itu konsekuensi perbuatannya sendiri?" 　　"Tentu, kalau tidak?" Sun Pan membentangkan tangan dan balik bertanya. 　　"Jadi penyelamatan penalti olehmu itu bentuk penegakan keadilan?" 　　Sun Pan sangat menyukai ungkapan ini, ia mengangguk berkali-kali: "Benar! Menegakkan keadilan! Dua penalti mereka semua hasil diving! Gol pertama mereka seharusnya tak kubiarkan masuk!" 　　Sementara pemain lain ragu-ragu menyatakan penyesalan atas keputusan penalti, Sun Pan justru terang-terangan menyebut dua penalti Korea Selatan itu hasil tipuan diving - benar-benar berani dan provokatif. 　　Tapi justru provokasi seperti inilah yang dicari wartawan, inilah gimmick yang mereka inginkan! 　　Wartawan China gembira, sebaliknya wartawan Korea yang sedang mewawancarai langsung bermuka masam. 　　"Ucapan orang seperti Sun Pan ini jelas-jelas menghina Korea Selatan secara terang-terangan. Di mata mereka, ini adalah bentuk kesombongan pemenang yang sama sekali tidak berkelas." 　　"Meski tidak bisa membantu tim Korea Selatan mengubah hasil pertandingan di lapangan, mereka bisa menggunakan pena yang mereka kuasai untuk membela keadilan. Mereka akan mengekspos habis-habisan wajah buruk orang China yang angkuh dan sembrono!" 　　…… 　　"Sun Pan sama sekali tidak tahu pikiran licik para wartawan dari kedua belah pihak. Dia sangat puas dengan penampilannya hari ini, baik di lapangan maupun saat wawancara setelah pertandingan." 　　"Terutama puisi itu - sebenarnya itu bukan karyanya asli, tapi dia sangat bangga bisa menggunakannya dalam kesempatan seperti ini." 　　"Setelah kembali ke tim, dia dengan penuh kesombongan menceritakan hal ini kepada rekan setimnya." 　　"Zhou Yi langsung ingin mengelus dada setelah mendengarnya: 'Kau menyebut ini 'puisi', Panpan? Paling-paling ini cuma puisi pantun!'" 　　"'Puisi pantun juga termasuk puisi! Jangan meremehkan puisi pantun! Aku peringatkan kau, Zhou Yi, ini namanya 'diskriminasi puisi'! Ini kesalahan yang sangat serius!' bantah Sun Pan." 　　"'Apaan sih!' Zhou Yi menghela napas." 　　"Rekan-rekan setim lainnya pun tertawa." 　　"Tapi Yang Muge mengungkapkan kekhawatirannya: 'Sun Pan, apa tidak apa-apa kau berkata seperti itu ke wartawan?'" 　　"'Apa masalahnya?' Sun Pan tidak mengerti." 　　"'Maksudku... kau tahu lah orang Korea Selatan, hatinya tidak besar. Jangan-jangan ucapanmu ini malah memancing mereka...'" 　　“Hei, terus kenapa? Aku ini pemenang, masa harus peduli pendapat pecundang? Aku nggak wajib ngurusin perasaan mereka baik atau buruk. Lagian, aku sengaja mau bikin kesal orang itu!” Sun Pan mendengus. “Lihat tuh Chi Dong-Won yang sebelum pertandingan sok jago, sekarang? Layak dapat begini!” 　　“Sudahlah, mungkin aku terlalu khawatir…” Yang Muge menggeleng. Sebenarnya masih ada kekhawatiran dalam hatinya, tapi ini bukan terkait orang Korea, malah berkaitan dengan rekan setimnya sendiri di China. Namun tak pantas mengatakannya di depan seluruh tim. Ia juga tak ingin menuangkan air dingin di tengah euforia kemenangan ini. 　　Lebih baik fokus merayakan kemenangan saja! 　　…… 　　Tapi sebenarnya kekhawatiran Yang Muge bukanlah hal yang berlebihan. 　　Media Korea menyebarkan ucapan Sun Pan yang sudah ditambahi bumbu ke dalam negeri mereka, langsung memicu reaksi keras netizen Korea. 　　Mereka menyindir China dengan sebutan "negara besar" dan "negara kuat". Setiap kalimat bernada protes tentang "negara besar yang menindas yang lemah". 　　Media-media dalam negeri Korea juga menerbitkan banyak laporan dan artikel yang mengkritik Sun Pan dan Tim China dari berbagai sudut. Mereka menyebut Sun Pan sebagai "penipu diving yang memalukan", juga mengkritik tindakan Zhou Yi yang sengaja mengulur waktu pertandingan saat ditarik keluar sebagai pelanggaran etika olahraga. Meskipun Sun Pan dan Zhou Yi meraih prestasi di klub musim lalu, tindakan mereka dianggap membuktikan sifat buruk orang China. Mereka bahkan menghubungkannya dengan performa kesatuan kontingen Olimpiade China, menggunakan kasus dugaan doping Sun Yang dan Ye Shiwen sebagai bukti bahwa orang China menghalalkan segala cara untuk menang, dan medali emas sebanyak apapun hanya membuktikan mereka adalah penipu. 　　Reaksi-reaksi dari dalam negeri Korea ini ketika dilaporkan kembali oleh media China bagaikan melemparkan batu ke permukaan air yang tenang. 　　Namun berbeda dengan reaksi media dan masyarakat Korea yang bersatu padu, di China justru muncul perpecahan yang jelas. 　　Secara logika, dalam kondisi seperti ini orang China seharusnya membela sesama warga negaranya seperti yang dilakukan orang Korea untuk mempertahankan kepentingan nasional. Tapi di dalam negeri, situasinya tidak sesederhana itu. 　　Banyak media dan selebritas berpengaruh justru secara terbuka mengkritik Sun Pan setelah kejadian ini. 　　Misalnya akun Weibo resmi kantor berita tingkat nasional China, setelah kejadian ini, menerbitkan sebuah artikel opini yang seluruhnya berisi kritik terhadap Sun Pan. Artikel tersebut menilai Sun Pan sombong dan angkuh, tidak memiliki sikap sebagai pemenang, perkataannya setelah pertandingan telah merusak citra negara dan citra baik atlet China, mencoreng nama delegasi Olimpiade China. Bahkan menyerukan kepada pimpinan delegasi Olimpiade agar tidak pasif, harus mengkritik dan menghukum pelaku, sehingga dapat mempromosikan semangat Olimpiade, menjaga tujuan Olimpiade, mempertahankan kehormatan delegasi olahraga China, serta berkontribusi bagi kesuksesan Olimpiade London dan perkembangan gerakan Olimpiade... 　　Beberapa media lain dan tokoh berpengarang (big V) di Weibo juga berpendapat bahwa dalam kasus ini Tim China tidak memiliki dasar yang kuat. 　　Seorang wartawan bernama Zhang dari "Hukum dan Malam" dengan pedas mengejek kualitas rendah pemain China di Weibo: "...Dikatakan pendidikan kiper ini hanya lulusan SMP. Tindakannya yang dengan bangga membacakan 'puisi jenaka' sebagai 'puisi' kepada wartawan, benar-benar sesuai dengan tingkat pendidikan dan kulturalnya. Ada yang selalu bertanya: Mengapa 1,4 miliar penduduk China tidak bisa bermain sepak bola dengan baik? Saya pikir kasus ini bisa menjawabnya - jika sebagai manusia saja gagal, bagaimana bisa bermain bola dengan baik?" 　　Seorang anak orang kaya terkenal China juga menyindir sinis di Weibo: "Ada orang yang terbiasa semena-mena di dalam negeri, tapi di luar negeri, bersikap curang dengan mulut tak terkendali seperti ini tidak akan berhasil." 　　Seorang akun V terverifikasi dengan label "Kolumnis Keuangan Sina, Presenter, Produser Program Wawancara" secara paksa menghubungkan hal ini dengan watak buruk orang Tiongkok: "Diving, mengulur-ulur waktu telah membuktikan bahwa bangsa kalian sejak lahir memang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Kalian yang dididik dalam lingkungan hukum rimba seperti ini sama sekali tidak memiliki semangat olahraga, menghormati lawan, sikap gentleman, dan nilai-nilai universal seperti keadilan. Meski meraih banyak medali emas, wajar jika negara lain memandang rendah negerimu, hehe." 　　Akun resmi media "Caijing Wang" yang tidak ada hubungannya dengan olahraga juga ikut-ikutan memanfaatkan isu panas: "Sun Yang, Ye Shiwen dicurigai saat meraih emas, ganda putri bulutangkis didiskualifikasi karena bermain pasif, Tim Olimpiade Tiongkok menang tapi menuai kontroversi... Netizen geram mengatakan Olimpiade London menyasar China. Tapi tak ada yang berpikir, mengapa 'yang terluka selalu kami'? Daripada introspeksi diri, malah menyalahkan pihak lain, ini bukan sikap dewasa yang bertanggung jawab. Lip-sync di pembukaan Olimpiade Beijing, skandal doping tim renang Tiongkok di Asian Games Hiroshima, berbagai skandal tak terhitung di sepak bola Tiongkok... Dengan track record seperti ini, bagaimana kami bisa menuntut perlakuan adil dari orang lain?" 　　Seorang aktor ternama yang pernah membintangi serial TV bertema militer yang disukai rakyat, juga memposting di Weibo yang mengejutkan: "Tuhan berkata, jika ingin menghancurkan seseorang, biarkan dia menjadi gila. Menang satu pertandingan saja sudah somong dan liar seperti ini, menurutku kekalahan tidak akan lama lagi. Negara tanpa keyakinan melahirkan atlet tanpa iman seperti ini, orang dan negara seperti ini tidak layak mendapat berkah Dewi Olimpiade!" 　　…… 　　Hampir semua pernyataan yang membuat orang biasa terbelalak ini datang dari selebritas ternama atau media besar V. Jika tidak tahu konteks sebelumnya, hanya membaca pernyataan ini, pasti mengira Tim Olimpiade Tiongkok pasti melakukan kesalahan besar, mengapa kritikan di media arus utama begitu sepihak, bahkan kantor berita nasional khusus menulis artikel kritik untuk mereka? 　　Pernyataan mereka memang membuat banyak orang mulai introspeksi - apakah kami benar-benar salah? Apakah kami benar memiliki sifat buruk seperti kata mereka? Apakah kualitas kami memang rendah karena tak beriman? Apakah citra kami memang begitu buruk? 　　…… 　　Para pemain Tim Olimpiade Tiongkok baru sadar situasi tidak beres setelah bangun tidur. 　　Kemenangan pertandingan kemarin yang membawa mereka ke semifinal sepak bola Olimpiade. Mereka mengira pencapaian gemilang ini pasti disambut sorak gembira di dalam negeri, media pasti dipuji artikel pujian tentang mereka? 　　Sekarang mereka semua jadi pusat perhatian! 　　Esok harinya mereka berusaha mengakses internet melalui berbagai cara untuk melihat liputan media dalam negeri tentang keberhasilan historis mereka masuk semifinal Olimpiade. 　　Mana sangka begitu melihat, semua terkejut... 　　Fokus pemberitaan media dalam negeri sama sekali bukan soal mereka masuk semifinal, tapi justru mengkritik mereka! 　　Ya, hampir serempak mengutuk dan mencerca mereka! 　　"Aduh, apa ini tidak salah?" Di dalam kamar, Sun Pan sedang mengumpat keras. 　　Dialah yang paling rajin mencari komentar di internet karena ingin melihat pujian atas performanya kemarin. Tapi malah jadi yang paling dihujat media... Perbedaan ekspektasi ini membuatnya sulit menerima, makanya umpatan keluar wajar. 　　"Sialan! Jelas-jelas kita yang benar, kok malah seolah-olah mereka yang beralasan? Otaknya ada nggak sih orang-orang ini! Lihat komentar mereka, ucapan manusia mana ini! Isi kepala mereka tai semua kali!" 　　Teman serumahnya, Yang Muge, diam-diam mendengarkan Sun Pan meluapkan amarah dengan kata-kata kasar. 　　Inilah yang paling dikhawatirkannya. Bukan protes dan makian dari orang Korea, tapi tuntutan keras dari sesama warga negaranya sendiri. 　　Ini bisa ditebak dari insiden beberapa hari lalu ketika kontingen olahraga China menghukum dua pemain ganda putri yang terjebak aturan Federasi Bulutangkis Internasional. 　　Saat itu, dua atlet ganda putri sengaja kalah di pertandingan terakhir fase grup untuk menghindari lawan kuat dan memastikan lolos lebih mudah dengan memanfaatkan aturan secara wajar. Memang aktingnya kurang meyakinkan, namanya juga atlet profesional bukan aktor. 　　BWF kemudian menetapkan kedua atlet ganda putri ini melakukan permainan pasif dan dihukum diskualifikasi. 　　Saat itu kejadian ini juga menimbulkan kegemparan besar di dalam negeri. Kondisinya mirip dengan sekarang, di mana media dan tokoh publik berpengaruh juga menyatakan hukuman diskualifikasi atas permainan pasif itu pantas, namun netizen biasa justru murka menyebut ini sebagai konspirasi yang menyasar bulu tangkis sebagai cabang unggulan China. 　　Karena adanya desain fase grup, penggunaan fase grup untuk memilih lawan di babak penyisihan secara rasional adalah taktik yang wajar. 　　Kedua kubu ini berdebat sengit di dalam negeri. 　　Lalu apa yang dilakukan Kontingen Olimpiade China? 　　Mereka mengeluarkan pernyataan menghormati keputusan hukuman ini, mengkritik kedua atlet ganda putri telah melanggar semangat Olimpiade dan prinsip kompetisi adil dalam olahraga, menyatakan keprihatinan, serta menentang keras dan mengutuk perilaku tersebut. Akan dilakukan investigasi terhadap pihak terkait dan mengambil tindakan sesuai hasil investigasi... 　　Pernyataan ini memicu gejolak lebih besar di jagat maya domestik. 　　Media dan intelektual publik menganggap kontingen olimpiade telah menjaga kemurnian Olimpiade dengan penanganan yang adil. Sedangkan netizen biasa menilai ini sebagai tindakan memalukan yang menyakiti kawan, menyenangkan lawan, serta melempar tanggung jawab dengan menjadikan atlet dan pelatih sebagai kambing hitam. 　　Terlepas dari prinsipnya, dari sudut pandang atlet, pernyataan kontingen ini memang beraroma melempar tanggung jawab dengan mahir, tak ayal membuat atlet merasa disakiti. 　　Kekhawatiran Yang Muge juga bersumber dari hal ini. 　　Di dalam ruangan tidak hanya ada Sun Pan dan Yang Muge, tapi juga Guo Nu dan He Ying. Guo Nu juga ingin memaki, tapi semakin emosional dia, semakin gagap bicaranya. Mulutnya sudah terbuka, wajahnya memerah, tapi tak satu pun makian keluar. 　　He Ying mendengus dingin: "Bukankah itu penampilan normal mereka?" 　　Dia juga sangat tidak puas dengan reaksi dari dalam negeri. 　　Sun Pan yang murka dan gelisah berdiri, mondar-mandir di ruangan sambil terus mengeluarkan kata-kata kotor. Jika pemandangan ini dilihat wartawan surat kabar "Fazhi Wanbao" bermarga Zhang, mungkin akan jadi bukti baru tentang rendahnya kualitas pemain China... 　　Sun Pan yang sedang meluapkan emosi dengan kata-kata kotor tiba-tiba berhenti dan bertanya: "Eh, mana si Zhou Yi itu?" 　　Yang Muge menjawab: "Sepertinya dia dipanggil manajer tim." 　　Begitu kata ini keluar, ruangan berempat itu tiba-tiba hening. Bahkan Sun Pan yang terus memaki pun diam. 　　Sebagai kapten Tim Olimpiade Tiongkok, Zhou Yi tiba-tiba dipanggil manajer tim di saat seperti ini... Mereka semua merasakan firasat buruk.