Sementara Sun Pan terus meluapkan emosi dengan kata-kata kotor di kamarnya, ruangan manajer tim Guo Bing justru diliputi kesunyian mencekam.
Di ruangan ini juga ada empat orang, tapi tak satu pun berbicara, seolah mereka semua bukan makhluk hidup.
“Ketua Tim Olimpiade Tiongkok Guo Bing, pelatih kepala Tim Olimpiade Brozović, penerjemah Brozović Jiang Xiaojun, serta kapten Tim Olimpiade Zhou Yi.”
Keempat orang itu sama sekali tidak berbicara.
Guo Bing menatap Zhou Yi, Zhou Yi juga menatap Guo Bing. Keduanya saling bertatapan, namun tidak ada dialog.
Brozović memejamkan mata berpura-pura tidur, seolah dua orang yang sedang berhadap-hadapan di depannya tak ada hubungannya dengannya.
Yang paling canggung di sini adalah Jiang Xiaojun, penerjemah Brozović. Sebagai penerjemah biasa tanpa kekuatan pengambilan keputusan, seharusnya ia tak terlibat dalam urusan apapun di ruangan ini. Tapi ironisnya ia justru mendengar informasi sensitif yang membuatnya gelisah - jika sedikit saja bocor ke media, pasti akan menimbulkan gejolak besar di dalam negeri China...
Keheningan di antara keempat orang itu berlangsung tanpa diketahui berapa lama, baru terpecah setelah Guo Bing berbicara.
“Zhou Yi, ini keputusan delegasi.”
Zhou Yi mengangguk: “Aku tahu, Kak Guo. Tapi Sun Pan tidak bersalah, tidak boleh dihukum.”
Penerjemah Jiang Xiaojun menundukkan kepala, terlalu canggung untuk melihat - ucapan terakhir sebelum keheningan beberapa menit lalu adalah dialog ini.
Setelah berputar-putar, kembali ke titik awal lagi.
Namun kali ini, Guo Bing tidak bisa tetap diam. Dengan wajah penuh kecemasan menghadapi Zhou Yi yang tenang, ia mengerutkan alis dan berkata: "Kenapa kamu tidak mengerti, Zhou Yi? Kali ini bukan hukuman terbuka, juga bukan sanksi larangan bermain di tim, hanya memintanya menulis laporan introspeksi internal di dalam delegasi perwakilan, meminta maaf secara publik, katakan saja itu ucapan spontan karena emosinya terlalu tinggi setelah menang, merupakan ucapan tidak sengaja yang dipelintir media... Selesai! Lihat, ini sangat sederhana... Masalah sebesar apa? Sampai harus bersikap keras kepala seperti ini! Harus kamu pahami ini sudah hukuman ringan, sebenarnya hanya formalitas, sekadar simbolis, bukan hal serius... Anggap saja ini tangga, Zhou Yi, memberi kesempatan Tim Olimpiade Tiongkok untuk memberi 'tangga' kepada pimpinan delegasi... Sebenarnya kasus ini sudah besar, mungkin kamu tidak melihat internet, tidak tahu seberapa hebohnya ini, di Korea bahkan sudah ada duta besar yang memperhatikan ini, ini sudah jadi masalah politik! Jangan kekanak-kanakan seperti ini!"
Guo Bing mengucapkan segalanya dalam satu tarikan napas, tanpa menyembunyikan kegelisahan dalam nada suaranya.
Zhou Yi tidak menyela, mendengarkan sampai ia selesai berbicara, baru tersenyum dan berkata: "Soal politik aku tidak paham, dulu pelajaran politikku selalu cuma lulus pas-pasan, hah! Tapi Kak Guo, aku tahu jika seseorang tidak bersalah, tidak seharusnya dia diminta untuk meminta maaf..."
Mendengar ini, Guo Bing mulai kesal lagi: "Bukan begitu maksudnya, Zhou Yi, kau terlalu akademis, tapi aku tidak mengira kau seperti ini, Zhou Yi!"
"Tolong dengarkan sampai selesai, Kak Guo. Kamu bilang saya kekanak-kanakan, tapi kali ini benar-benar bukan masalah itu. Izinkan saya menganalisis secara rasionil dengan mengesampingkan faktor emosi—pertama saya paham betul karakter Sun Pan, sifatnya sangat keras kepala. Jika pimpinan regu memintanya meminta maaf secara publik dan melakukan pemeriksaan internal, itu sama saja dengan menghajar tamparan keras di wajahnya. Menurutmu dia akan menerima keputusan hukuman seperti itu? Saat amarahnya meledak, dia bisa melakukan apapun. Nanti kalau dia bicara sembarangan ke luar, media menjadikannya sensasi, netizen mulai mencaci, bagaimana nasib pimpinan regu? Ya, mereka bisa memecat Sun Pan dari tim. Tapi Kak Guo, menurutmu apa keuntungannya? Apakah martabat pimpinan regu pulih setelah Sun Pan dipecat? Tidak kan? Justru kecaman luar akan semakin menjadi. Kecuali para pemimpin tidak takut dicaci—kalau begitu saya tidak usah bicara..." Zhou Yi membuka tangannya.
"Setelah Sun Pan dipecat, apakah anggota Tim Olimpiade Tiongkok menerima? Menurutku tidak. Apakah tim masih punya daya tempur? Menurutku juga tidak. Melihat tim yang punya harapan meraih medali hancur berantakan seperti ini, apa manfaatnya bagi kita semua? Menurutmu apa dampaknya bagi karier Sun Pan? Sama sekali tidak. Di Atletico Madrid maupun Chelsea, dia tetap bisa bekerja seperti biasa, penghasilannya tidak berkurang, semua gelar juara sudah dia miliki. Apa dia peduli dengan medali emas Olimpiade? Masuk timnas? Kalau hubungan sudah rusak sampai begini, mungkin dia bahkan tidak menginginkan posisi di timnas lagi."
"Kakak Guo, menurutmu apa pendapatku benar? Siapa yang terdampak oleh tindakan ini? Apa gunanya? Mungkin hanya untuk menyenangkan orang Korea. Tapi apakah ini akan membuat orang Korea memaafkan kita? Menurutku tidak. Karena bahkan tanpa masalah ini, sikap orang Korea terhadap kita juga tidak ramah. Tentu, tentu, mayoritas rakyat Korea itu baik... tapi aku belum pernah bertemu 'mayoritas rakyat Korea yang baik' itu..." Zhou Yi mengangkat bahu dengan ekspresi kesal.
Mendengar perkataan Zhou Yi, Guo Bing mengerutkan alisnya dan terhanyut dalam lamunan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Di atas adalah konsekuensi jika kita benar-benar mengalah untuk meredakan kemarahan orang Korea. Guo Ge, menurutmu apakah analisis saya benar atau tidak? Apakah logika ini tepat? Apakah situasi benar-benar akan berkembang sesuai jalur yang saya prediksi? Tapi bagaimana jika kita mengabaikan orang Korea? Biarkan mereka memaki dan protes sebanyak apa pun? Apa pengaruhnya bagi kita? Saya akan bicara terus terang, Guo Ge. Sekarang sudah tahun 2012, Perang Korea telah berakhir 61 tahun silam. Sejarah dimana negara imperialis cukup menempatkan beberapa meriam di garis pantai untuk menaklukkan sebuah negara sudah lama berlalu. Apakah protes sepatah dua kata dari duta besar mereka bisa membuat kita menyerah? Tidak mungkin, kan? China sekarang sudah cukup kuat untuk tidak perlu menghiraukan ocehan kaum pengecut, benar? Kalau Komite Olimpiade Internasional yang protes dan delegasi harus menjaga muka, saya paham. Tapi duta besar Korea berteriak dua kali langsung mau menyuruh kita berlutut? Atas dasar apa? Dia siapa?”
Zhou Yi sudah menyisipkan emosi yang cukup jelas di akhir ucapannya, namun Guo Bing sama sekali tidak mengingatkannya untuk tetap melakukan analisis objektif dengan kepala dingin.
“Saya akan berkata jujur, Kakak Guo. Menurutmu, atas dasar apa Korea berhak menggurui kita? Dari segi skala negara, sejarah, ekonomi, militer... Adakah yang lebih unggul dari China? Oke, sepak bola memang lebih baik, tapi bukankah kemarin kita yang mengeliminasi mereka? Apa artinya gonggongan pecundang? Hanya karena masalah sepele ini kita harus memaksa kiper utama tim kita minta maaf publik? Jika Sun Pan salah, saya dukung dia minta maaf. Tapi dia tidak bersalah! Perkataannya mana yang salah? Kakak Guo juga nonton pertandingan itu, kan? Jujur saja, dua penalti Korea itu tidak bermasalah? Soal etika olahraga, kapan mereka punya itu? Saat Piala Dunia 2002 di tanah mereka sendiri, bukankah kejahatan moral mereka tak terhitung? Apakah dulu mereka peduli protes negara lain atau opini publik? Mereka saja tidak tahu malu, mengapa kita harus takut dituduh sembarangan? Jadi saya sangat menentang hukuman apa pun untuk Sun Pan, bahkan sekadar formalitas. Mereka tidak akan peduli itu cuma formalitas, yang mereka tau Sun Pan dipaksa minta maaf ke Korea. Mental seperti ini tidak boleh dimulai di Tim Olimpiade Tiongkok, Kakak Guo.”
Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan: "Saya sudah selesai bicara, Kakak Guo. Kamu bisa sampaikan semua ini ke pimpinan delegasi, lihat apakah logikanya benar. Jika tidak nyaman, saya bisa langsung menjelaskan ke mereka..."
Guo Bing langsung geleng-geleng kepala sambil melambaikan tangan: "Jangan, lebih baik kamu tidak usah datang..."
“Kak Guo, menurutmu apa yang kukatakan benar? Apakah masuk akal?” Zhou Yi menatap Guo Bing mengejar jawaban.
Menghadapi tatapan tajam Zhou Yi, Guo Bing menghela napas: "Memang masuk akal, tapi beberapa hal... tidak bisa diselesaikan hanya dengan logika. Kalau tidak, kenapa masih banyak masalah di dunia ini?"
“Jika pimpinan tim benar-benar ingin memberikan hukuman, kuharap itu dilakukan setelah semua pertandingan Tim Olimpiade selesai. Dan jangan hukum Sun Pan, hukum saja aku. Lagipula aku kapten tim, jika ada anggota tim yang melakukan kesalahan, sudah seharusnya aku yang menerima hukuman. Apapun yang terjadi, tidak boleh mengganggu persiapan dan pertandingan normal tim. Kami datang ke Olimpiade bukan untuk sekadar numpang lewat, tapi untuk meraih prestasi. Aku pribadi tidak ingin hal sepele ini mempengaruhi performa tim. Kalau nanti bisa dapat medali emas, pasti Kak Guo juga senang kan?”
Mendengar perkataan Zhou Yi, alis Guo Bing yang sebelumnya berkerut akhirnya meregang, wajahnya menampakkan senyuman: “Kau masih ingat memikirkan nasib Kak Guo ya? Tapi kau selalu merepotkanku, membuatku harus membereskan kekacauanmu!”
Zhou Yi juga tersenyum: “Kak Guo kan manajer ulung, yang berbakat harus bekerja lebih keras, hehe. Lagipula untuk urusan ini, selainmu tidak ada yang bisa...”
Dia dan Guo Bing sudah saling kenal sejak di timnas, sehingga percakapan seperti ini bisa terjadi. Guo Bing adalah wakil kepala departemen di timnas, dan menjadi kepala departemen di Tim Olimpiade. Kerja sama mereka di Piala Asia juga cukup harmonis. Karena itulah meski Zhou Yi bicara panjang lebar, Guo Bing bisa menahan diri untuk tidak menyela dan mendengarkan semuanya.
“Kemampuan Zhou Yi di dalam dan luar lapangan sudah kulihat langsung. Aku tahu anak ini memiliki kedewasaan yang tidak sesuai dengan usianya, dan pasti orang yang bisa diandalkan. Dia tidak akan asal bicara.”
Sampai di sini, sebenarnya semua yang hadir sudah paham masalah ini teratasi. Benar saja, Guo Bing mengangguk: “Baiklah, aku akan bantu kalian hadang masalah ini. Tapi kalian harus bawa pulang medali, medali emas tidak usah kubahas—tekanannya terlalu besar—medali perunggu juga boleh! Dengan medali, aku bisa bertanggung jawab ke atas.”
Zhou Yi tersenyum nakal: “Medali perunggu mana bisa? Kualitasnya terlalu jelek, tidak mewakili tekad dan niat kami. Jangan khawatir, Guo Ge, pasti medali emas!”
Meski Zhou Yi bicara se-tegas itu, Guo Bing hanya menganggapnya sedang menjilat. Ia geleng-geleng kepala: “Kamu ini... Tapi setelah pulang, pastikan Sun Pan mengontrol mulutnya! Jangan bikin masalah lagi!”
“Tenang, Guo Ge. Mulai sekarang dia tidak akan diwawancarai wartawan lagi.” Zhou Yi menepuk dada memberi jaminan.
