Saat Zhou Yi mengetuk pintu kamar Sun Pan, empat orang di dalam sedang berdiskusi tentang "skenario terburuk".
“Kalau perlu gue keluar dari Tim Olimpiade Tiongkok! Emang Olimpiade goblok ini ada bagusnya main? Levelnya rendah banget, bahkan bukan pertandingan internasional level A! Pemain-pemain terbaik aja nggak dateng. Jangan dibandingin sama Piala Dunia, sama Liga Champions aja kalah jauh! Emang gue demen ikut Olimpiade goblok begini? Liat aja masalah-masalah ngeselin di Olimpiade kali ini! Kalo gue ikut, itu bakal jadi noda terbesar seumur hidup! Goblok!”
Sun Pan sedang melampiaskan emosinya di kamar, sementara Yang Muge membukakan pintu untuk Zhou Yi. Begitu masuk, Zhou Yi langsung mendengar omelan Sun Pan.
"Jangan ngomong sembarangan, Panpan. Kalau kau keluar dari Olimpiade, nanti cuma bisa ngiler liat medali emas kita," katanya. "Lao Guo aja punya lebih banyak penghargaan darimu. Kesal nggak sih?"
Melihat Zhou Yi masuk, He Ying dan Guo Nu segera berdiri.
"Gimana?" tanya He Ying.
Guo Nu juga tak memperhatikan ejekan Zhou Yi, matanya menatap penuh perhatian.
Sun Pan diam seribu bahasa, memalingkan muka ke Zhou Yi.
"Nggak ada masalah besar. Cuma perlu Sun Pan jaga mulutnya selama Olimpiade, jangan terima wawancara wartawan lagi biar nggak ketipu media," kata Zhou Yi santai, sama sekali tidak menyebutkan pertemuannya dengan Guo Bing tadi.
Keputusan hukuman ini membuat Sun Pan terkejut. "Nggak ada hukuman pecat buat gue?" tanyanya.
“Masalah besar apa ini?” Zhou Yi tertawa, “Sampai dipecat? Panpan, kamu benar-benar mengira orang Korea punya kekuatan begitu besar untuk menentukan formasi kita? Jangan takut dengan komentar-komentar di jaring itu, cuma lolongan anjing kalah dari jauh.”
“Tapi kantor berita nasional kan sudah memuat editorial...” Yang Muge mengerutkan kening.
“Itu cuma Weibo resmi, bukan editorial sungguhan. Tak perlu takut, apalagi itu Weibo resmi departemen olahraga. Jangan menakuti diri sendiri. Yang terpenting sekarang adalah semifinal melawan Brasil, jangan sampai terpengaruh hal lain. Nanti siang akan ada rapat tim, selain mengumumkan larangan bicara untukmu Panpan, semua pemain juga dilarang memberi wawancara ke wartawan.” Kata Zhou Yi.
Terhadap keputusan hukuman ini, termasuk Sun Pan, semua anggota tim tidak keberatan. Dibandingkan dengan "skenario terburuk" yang mereka diskusikan di kamar sebelumnya, hukuman ini bahkan tidak sebanding gigitan nyamuk, sama sekali tidak perlu dipikirkan.
Tapi jika Zhou Yi bicara seenaknya seolah ini bukan masalah, mengapa dia butuh waktu begitu lama baru kembali?
Yang Muge bertanya khawatir: “Benar tidak masalah? Beberapa hari lalu grup kita kan menghukum dua atlet ganda putri bulutangkis...”
Pertanyaan Yang Muge membuat semua orang kembali memandang Zhou Yi. Mereka juga merasa masalah tidak mungkin selesai semudah ini, jangan-jangan Zhou Yi menyembunyikan sesuatu yang tidak ingin diketahui orang?
Melihat semua memandangnya, Zhou Yi tersenyum: “Memang tidak bisa menyembunyikan apapun dari kalian...”
Senyumnya terasa getir.
Melihat senyumannya dan mendengar nada bicaranya, keempat orang lainnya langsung deg-degan di hati—ternyata tidak sesederhana yang mereka bayangkan!
Sun Pan bahkan tampak gugup, terburu-buru berkata: "Aku kasih tahu, Lao Zhou, kalau kau sembunyikan sesuatu dariku, aku nggak akan berterima kasih!"
Ucapannya bertolak belakang dengan isi hatinya, tapi semua paham maksudnya. Dia tak ingin Zhou Yi menanggung beban yang bukan haknya, seperti tanggung jawab atau hukuman.
Zhou Yi menggeleng: "Sebenarnya, tindakan Panpan ini memang bikin pimpinan regu kesal. Terlalu arogan, ucapan kasar, kurang sopan. Tapi para pimpinan mempertimbangkan performa tim kita di Olimpiade ini—sudah masuk empat besar, menciptakan sejarah. Masih ada harapan merebut medali, kan? Jadi kami diberi kesempatan menebus kesalahan dengan prestasi, menambah medali untuk kontingen Olimpiade China..."
"Ha?" Mereka semua tertegun. Alur cerita yang disampaikan Zhou Yi sepertinya berbeda dari yang mereka duga...
“Saya sangat paham tujuan kita, kan? Yaitu medali emas. Jadi saya bilang ke ketua tim, kita harus ambil medali emas! Tim Olimpiade negara kita belum pernah dapat medali emas di cabang sepak bola, baik putra maupun putri... Jadi kita harus menciptakan sejarah dengan meraih emas! Begitu saya bilang, ketua tim langsung kaget, dikira saya bercanda omong kosong. Saya tegaskan kalau tidak percaya, saya siap tanda tangan pernyataan resmi—jika gagal, saya mau dihukum!”
Zhou Yi membusungkan dada dengan wajah penuh tekad.
“Ketua tim membujuk, 'Tak perlu ekstrim, medali apapun sudah bagus.' Tapi target awal kita kan emas. Jika akhirnya cuma dapat perak, itu jelas kekalahan! Makanya saya langsung baca dua baris puisi: 'Berani berkorban demi negara, tak lari dari tantangan!' Baru setelah itu mereka setuju target emas... Belajar lah, Panpan! Puisi kemarinmu di depan wartawan itu payah! Ada wartawan idiot dari 'Hukum Harian' yang bilang kamu tak berpendidikan—hanya itu yang benar dari si idiot! Harus tahu sembunyikan kelemahan, Panpan. Oh, lupa kamu gak ngerti arti ''—artinya jangan mempermalukan diri!”
Di titik ini, semua akhirnya paham. Retorika Zhou Yi yang panjang lebar—dari serius sampai penuh semangat—ternyata ujung-ujungnya cuma untuk menghina Sun Pan dengan gaya kreatif!
“Bangsat! Kakek lo, Zhou Yi!” Sun Pan berteriak marah setelah sadar.
Yang lain tertawa terpingkal-pingkal... Secara alami, tak ada lagi yang membahas apakah hukuman untuk Sun Pan benar-benar akan dilewatkan begitu saja...
……
Sementara itu, di internet China, perdebatan dan pertengkaran telah mencapai tahap memanas.
Netizen China bukan hanya harus berdebat dengan media Korea dan Barat, tapi juga memberi pelajaran pada pengkhianat dalam negeri sendiri – cukup sibuk juga.
Awalnya, media-media dan akun V besar itu memanfaatkan sumber daya dan status mereka untuk mengarahkan opini publik, menyatakan bahwa orang China harus introspeksi diri – tindakan mereka yang menjengkelkan di luar negeri pasti ada alasannya.
Benar-benar ada yang percaya pada narasi ini, lalu berpura-pura menjadi "Rasional, Netral, Objektif" – menyerukan agar orang tidak perlu ribut, karena hanya akan mempermalukan diri. Hadapi segala sesuatu dengan toleransi, rasionalitas, kelapangan dada, dan ketenangan pikiran.
Tepat seperti yang Zhou Yi katakan pada Guo Bing: Sekarang sudah tahun 2012, era jaringan internet maju dan ledakan informasi. Era dimana setiap orang bisa mengakses berbagai informasi hanya melalui internet tanpa perlu keluar rumah.
Di era seperti ini, masa keemasan ketika selebriti dan otoritas bisa mendapat pujian meski hanya buang angin sudah berlalu.
Rakyat biasa – mereka yang terlihat tak punya suara, dengan jumlah pengikut Weibo yang sedikit – justru bisa menyuarakan pendapat melalui internet, membentuk gelombang besar yang menghantam menara gading para selebriti dan otoritas yang merasa diri superior.
“Segera, komentar-komentar 'netral yang sok intelek' atau sindiran sinis terhadap China yang sempat mendapat banyak dukungan, langsung dihujani tentangan dan kritik pedas dari lebih banyak orang.
Netizen ramai-ramai mengajari para elit yang merasa diri hebat dengan mengisi kolom komentar di bawah akun resmi para influencer besar tersebut.
Di bawah weibo wartawan surnama Zhang dari "Koran Hukum" itu, ada yang berkomentar: "Ada orang yang bahkan tak bisa berlaku sebagai manusia layak, tapi masih bisa jadi wartawan Koran Hukum. Jadi apa anehnya ini? Benar kan, Wartawan Besar Zhang?"
"Beri tahu si jagoan bola buta Wartawan Zhang - Sun Pan yang kau anggap tak bisa main bola itu baru saja memenangkan Piala UEFA Eropa... Oh lupa, si Wartawan Zhang mungkin tak tahu nilai sebenarnya gelar juara Liga Europa itu..."
Akun weibo seorang anak konglomerat yang biasanya dihujani komentar "suami" tiba-tiba dibanjiri cacian satu arah. Netizen serentak menyatakan kekecewaan: "Kalau soal adu gengsi, si Taipan Wang dan pamannya memang sudah berpengalaman."
Kolumnis keuangan, presenter, dan produser program talkshow yang juga influencer besar itu dihujani makian. Netizen tak segan menghina perempuan ini, sampai ada yang berkomentar: "Dalam hal memaki orang idiot, kesetaraan gender benar-benar tercapai."
Akun resmi situs web Caijing yang terkenal suka menyebar hoax dan tidak profesional jadi sasaran empuk netizen: "Kenapa kami selalu jadi korban? Karena ada media pengkhianat seperti Caijing yang menusuk dari belakang!"
“Situs web finansial yang sudah dewasa dan bertanggung jawab hari ini kembali menyebar rumor palsu?”
“Mari saya terjemahkan maksud Weibo situs finansial ini——‘China namamu adalah dosa, sejak lahir kamu sudah membawa dosa warisan. Orang lain menghina, menyerang, dan mengucilkanmu karena dosa warisan ini, jadi kamu pantas menerimanya’. Sejujurnya, fakta bahwa negara kita masih mengizinkan akun Weibo seperti situs finansial dengan lebih dari 2 juta pengikut ini ada, sudah cukup membuktikan betapa bebasnya kebebasan berpendapat kita!”
Aktor terkenal yang pernah membintangi drama bertema militer itu juga mendapat "salam" yang disampaikan para netizen: "Tuhan tidak salah, maling Sun sekarang memang benar-benar edan..."
Gelombang opini publik yang bergolak ini dengan cepat menyapu bersih internet. Para elit yang biasanya gemar berkoar-koar tentang "kebebasan berpendapat" terpaksa menutup kolom komentar untuk menghindari hujatan.
Tapi ini tidak bisa menghentikan kemarahan netizen. Mereka terus mengutuk melalui fitur retweet.
Kali ini, para elit yang biasanya selalu menekankan pentingnya menghormati suara rakyat, dalam keadaan terjepit, hanya bisa mencap para netizen yang mengutuk mereka sebagai "brutal dunia maya".
Tapi taktik "cap negatif" yang biasa mereka mainkan ini pun tak mampu menghentikan perubahan arah angin opini publik.
Penulis novel kompetisi online terkenal Lin Haitongtao menulis thread Weibo panjang berjudul "Surat Terbuka untuk Para Pengkhianat", ribuan kata yang mengutuk habis-habisan para elit pembela musuh di dunia maya dari berbagai sudut pandang.
Orang-orang dan artikel serupa dengannya membanjiri linimasa Weibo. Ada yang bersemangat berkobar-kobar, ada yang sopan tapi tegas, ada yang mengejek dan mencaci. Namun terlepas dari gaya apa pun, semua orang membantah narasi "dosa asal China" yang diciptakan oleh para elite opini sebelumnya.
Gelombang suara rakyat yang dahsyat ini merupakan manifestasi dari kekuatan China.
Pada Piala Dunia Korea-Jepang 2002, Duta Besar Korea mungkin bisa memaksa stasiun TV tingkat nasional untuk menyerah dan meminta maaf. Sepuluh tahun kemudian di 2012, mereka mengulang trik lama. Mungkin sebagian orang yang terlalu lama berlutut masih akan terus menyerah dan meminta maaf, namun rakyat yang lebih luas tidak akan melakukannya, juga tidak menyetujui lembaga tertentu melakukan hal itu. Karena enam puluh tiga tahun yang lalu, seseorang telah menyatakan dengan khidmat di Gerbang Tiananmen:
Rakyat China sejak saat ini telah berdiri tegak!
