Saat kedua tim memasuki lapangan, lensa siaran TV mengarah ke bintang utama masing-masing tim. Untuk Tim China, itu adalah Zhou Yi, sementara untuk Brasil, Neymar. Zhou Yi juga merangkap sebagai kapten Tim China, sedangkan kapten Tim Brasil bukan Neymar melainkan Thiago Silva.
Neymar telah lama terkenal namun masih bermain di dalam negeri Brasil. Sejak dulu beredar rumor bahwa ia akan bermain di Eropa, namun selalu berakhir sebagai desas-desus. Banyak yang berpendapat Neymar harus ke Eropa agar perkembangannya lebih cepat. Tapi ada juga yang berargumen Neymar masih terlalu muda, pergi ke Eropa terlalu dini sama seperti memaksakan pertumbuhan. Bakat-bakat Brasil selalu terburu-buru ke Eropa di usia 17-18 tahun. Awalnya penampilan mereka gemilang, namun ketika karakteristik permainan mereka mulai dipahami lawan dan fisik mereka tidak mampu memenuhi tuntutan sepak bola Eropa, performa pun menurun.
Contoh paling nyata adalah penyerang Pato yang juga berada di Tim Olimpiade Brasil. Saat pertama kali mendarat di Serie A, penampilannya sangat memukau hingga dijuluki penerus Kaka, bintang dunia yang sedang naik daun.
Namun musim lalu, performa Pato di AC Milan biasa-biasa saja. Karena performa klubnya kurang baik, ia bahkan bukan pilar utama di Tim Olimpiade Brasil, hanya menjadi pemain pengganti.
Oleh karena itu, perdebatan tentang waktu tepat untuk ke Eropa – lebih cepat atau lebih lambat – masih terus berlanjut.
Zhou Yi tidak peduli jalan mana yang harus ditempuh oleh perkembangan pemain muda Brasil di masa depan. Tapi menurutnya, Neymar memang memiliki beberapa kelemahan karena terus bermain di Brasil.
Orang-orang hanya melihat teknik individu dan kecepatan Neymar yang luar biasa, namun mengabaikan kebiasaan buruknya seperti kesadaran kombinasi yang rendah dan sifat egois akibat lama bermain di dalam negeri Brasil. Selain itu, kemampuan bertarung fisiknya juga sangat buruk.
Kemampuan bertarung fisik Zhou Yi juga bukan keunggulan utamanya, tapi setelah lebih dari tiga musim latihan dan tempaan di Eropa, kondisinya jauh lebih baik dibanding saat pertama kali datang. Kini dia tidak sampai terjatuh hanya karena sentuhan lawan di lapangan.
Tapi melihat kaki Neymar yang kurus seperti batang bambu, sungguh mengkhawatirkan kalau gerakan tipuannya justru membuat kakinya sendiri patah...
Mungkin bagi sebagian orang, Tim China perlu membayar harga sangat mahal dan mengandalkan keberuntungan untuk mengalahkan Brasil. Tapi dalam pikiran Zhou Yi, pertandingan ini tidak seberbahaya itu bagi Tim China.
Tentang pertandingan ini, dia sudah melakukan simulasi berkali-kali di dunia virtual. Kelemahan Tim China tidak sebesar yang dibayangkan orang. Asal menggunakan taktik dengan tepat, Brasil bukan tidak mungkin dikalahkan.
……
Setelah Zhou Yi dan Thiago Silva menyelesaikan semua prosedur pra-pertandingan, dia kembali ke separuh lapangan. Rekan setimnya sudah menunggu dengan membentuk lingkaran yang masih ada celah. Saat Zhou Yi datang, celah tersebut tertutup.
“Baik, mereka yang menendang pertama.” Begitu kembali, Zhou Yi melaporkan hasil undian koin kepada semua orang, dia memenangkan hak memilih lapangan. “Sejak mereka menguasai bola, kita harus langsung menekan, memberi tekanan. Setelah merebut bola, oper ke depan, lakukan serangan balik! Di awal pertandingan pasti kondisi mereka belum optimal. Mereka terlalu tinggi hati, pasti meremehkan kita. Jadi mereka akan bermain asal-asalan. Ini kesempatan kita. Serang mereka sebelum siap!”
“Siap!” Rekan setim serentak menjawab.
Kemudian Zhou Yi mengulurkan tangannya ke tengah lingkaran, anggota tim lainnya pun menumpukkan tangan mereka di atasnya.
“Satu, dua, tiga! Semangat!”
Semua orang berteriak kompak.
……
Di mata orang luar, Tim China hanya melakukan ritual penyemangat sederhana sebelum pertandingan - berkumpul dalam lingkaran dan berteriak beberapa kali. Hal biasa yang tidak istimewa.
Apalagi pihak Brasil tidak melakukan hal serupa. Mungkin ini menunjukkan bahwa sebagai penantang, Tim China perlu berteriak dulu untuk memberanikan diri melawan Brasil yang kuat.
Ketua Tim China sudah siap di posisinya masing-masing, sementara pemain Brasil yang akan menendang pertama sudah menunggu lama di lingkaran tengah.
Wasit utama meniup peluit, pertandingan dimulai!
“Pertandingan dimulai! Pemirsa, selamat menyaksikan semifinal terakhir sepak bola putra Olimpiade edisi ini! Yang bertanding adalah Timnas Olimpiade Tiongkok melawan Tim Olimpiade Brasil! Di semifinal lain yang telah berakhir lebih awal, Tim Olimpiade Meksiko dari Amerika Tengah kalah 1-2 dari Jepang, yang sudah lebih dulu lolos ke final. Pertandingan ini akan menentukan satu tiket final lainnya...” Begitu peluit wasit utama berbunyi, He Ping mulai melontarkan komentar yang tak henti-hentinya.
“Di lapangan, yang mengenakan seragam merah adalah Timnas kita, sementara Brasil memakai seragam tradisional hijau-kuning. Kedua tim tidak melakukan penyesuaian berarti pada formasi pemain utama. Tiongkok mempertahankan formasi yang sama seperti pertandingan sebelumnya melawan Korea Selatan...”
Saat dia masih berbicara, setelah Brasil melakukan tendangan pembuka, mereka tidak langsung menyerang ke depan, malah memilih melakukan operan mundur.
Tim China pun tidak memilih pertahanan mengerut, berani mendorong formasi mengikuti pergerakan bola.
Setelah beberapa kali operan, formasi kedua tim perlahan mulai terbuka.
Saat Tim Brasil mengoper bola bolak-balik, komentator tamu BBC Inggris Mark Lawrenson sedang memuji formasi Brasil: "Meskipun Tim China tampil cukup baik, dengan lima pemain yang bermain di Eropa, dari segi susunan pemain, menurut saya Brasil masih lebih unggul. Sejujurnya, pencapaian China hingga semifinal sudah sangat hebat, tidak perlu berharap lebih. Menghadapi Brasil yang kuat, mental Tim China mungkin terpengaruh... Tapi memang, pesona sepakbola terletak pada ketidakpastiannya..."
Komentar Mark Lawrenson belum selesai, sementara He Ping masih membacakan starting line-up Tim China.
Pemain Brasil memindahkan bola dari sayap kiri ke sayap kanan mereka.
Bek sayap Rafael yang bermain untuk Manchester United mengontrol bola operan rekan setim dari sisi lain dengan dada, tapi tidak langsung mengoper meski Thiago Silva berada tak jauh di belakangnya.
Ia justru menguasai bola lebih lama.
Perubahan taktik ini - dari sekadar mengoper menjadi mempertahankan penguasaan bola - langsung disadari oleh Zhou Yi.
Dengan lincah ia mengayunkan lengan sambil berteriak memberi instruksi: "Press dia! Dekati!"
Zhang Jiadong, gelandang kiri Tim Olimpiade Tiongkok yang terdekat langsung melakukan man-to-man marking, tapi Rafael masih enggan melepas bola.
Melihat situasi itu, beberapa pemain Brasil segera bergerak memberikan dukungan.
Pertama, Oscar langsung berlari kembali dari area depan, mendekatinya di jalur dalam, kemudian Thiago Silva juga bergerak ke sayap, menciptakan sudut operan yang memungkinkan untuk Rafael.
Tapi Tim China juga segera melakukan penyesuaian taktis, He Ying di depan mengikuti pergerakan ke sayap, menghalang di antara Rafael dan Thiago Silva, memutus jalur operan mundur Rafael ke Thiago Silva.
Bersamaan itu, Zhang Jiadong meningkatkan pressing ketat dari belakang terhadap Rafael, memberikan tekanan besar sehingga sulit baginya mengontrol bola di kaki.
Sekarang dia harus mengoper bola. Tapi ke siapa? Thiago Silva sudah tidak memungkinkan. Rafael melirik Oscar yang menarik diri ke jalur dalam untuk memberikan dukungan. Jarak antara mereka sangat dekat, ini pilihan operan yang bagus.
Maka Rafael, di bawah pressing ketat Zhang Jiadong, mengoper bola secara horizontal ke jalur dalam untuk diberikan ke Oscar.
Tapi tepat saat bola dioper ke Oscar, sosok merah tiba-tiba menyambar di antara Rafael dan Oscar!
Zhou Yi!
Saat Oscar menarik diri untuk membantu Rafael, tak ada yang menyadari Zhou Yi sudah berakselerasi maju. Dia yakin Rafael pasti akan mengoper ke Oscar, dan dia hanya perlu memotong jalur operan ini di timing yang tepat!
Benar saja, dia berhasil memotong bola di depan Oscar lebih cepat!
Ketika Oscar menyadari Zhou Yi sudah terlambat, dia mengulurkan tangan ingin menarik Zhou Yi, tapi malah terdesak ke belakang oleh Zhou Yi.
Setelah melakukan tackle, Zhou Yi tidak melanjutkan dribel. Dia menggunakan tubuhnya untuk menahan tekanan dari Oscar sejenak, lalu langsung menendang bola ke arah area tengah!
Begitu bola berhasil dia operkan, tubuhnya akhirnya tersandung tabrakan dari Oscar dan terjatuh...
……
He Ying yang berada di depan melihat jelas pergerakan Zhou Yi. Chemistry dengan Zhou Yi membuatnya tahu harus bertindak apa - dia tidak menunggu di tempat, tapi langsung berbalik berlari ke area tengah bersamaan dengan operan intercept Zhou Yi.
Benar saja, begitu dia tiba di area tengah, operan Zhou Yi sudah sampai. Jika terlambat sedikit saja, mustahil dia bisa menerima umpan ini.
Dan sekarang... dia menerima bola dalam kondisi benar-benar tidak terkawal!
Di depannya terbentang celah besar antara dua bek tengah Brasil dan bek kiri mereka!
Thiago Silva yang berusaha membantu Rafael sudah bergerak ke sayap, sementara Juan di area tengah harus mengisi posisi Thiago Silva ke rusuk. Namun bek kiri Brasil Marcelo tidak segera masuk ke area penalti, masih bertahan di posisi aslinya.
Mungkin dia tidak menyangka Rafael akan melakukan kesalahan operan yang berdampak sampai ke dirinya. Jadi wajar jika dia tidak bergerak.
Akibatnya, terbentuk celah besar antara Juan dan dirinya. Celah inilah yang dimanfaatkan Tim China!
Saat He Ying menerima bola di area tengah, Juan buru-buru menutup posisi tengah namun sedikit terlambat...
"Lihat bola ini—He Ying! Dia menerima operan Zhou Yi, ini serangan balik melewati offside!" He Ping meninggalkan daftar starting line-up yang sedang dia bacakan, berteriak penuh semangat. "Peluang!"
Dalam teriakannya, He Ying menggiring bola selangkah maju, tepat mencapai garis kotak penalti. Juan belum kembali ke posisi, Thiago Silva baru saja berlari kembali ke area penalti, sementara Marcelo hanya menonton dari jauh atau mungkin sama sekali tak bereaksi.
Di garis kotak penalti, He Ying tanpa ragu melepaskan tendangan!
Bola meluncur rapat di atas rumput menuju sudut kanan bawah gawang.
Kiper Tim Brasil Gabriel berdiam di tempat, bahkan tak melakukan gerakan penyelamatan. Dia hanya memutar kepala menyaksikan bola melesat melewatinya dan... menyelusup ke jaring!
Gol!
