Saat bola sepak meluncur masuk ke gawang tim Brasil, ada satu momen ketika udara seolah membeku, waktu terasa berhenti, setiap gerakan pemain terlihat seperti difoto diam.
Hanya bola yang berputar perlahan dalam belitan jaring gawang, mengeluarkan suara yang terentang panjang.
Kiper Gabriel tidak menyentuh apapun, tubuhnya condong ke belakang kehilangan keseimbangan, kepalanya menoleh melihat bola di dalam gawang dengan mata terbelalak.
He Ying yang melakukan tembakan hanya menatap kosong ke gawang, seolah memastikan apakah bola benar-benar masuk.
Thiago Silva yang baru saja bangun dari posisi berbaring di tanah, memutar badan dan menyaksikan gawangnya ditaklukkan.
Zhou Yi di tengah kepungan tiga pemain Brasil mengangkat kedua tangannya, bersiap untuk bersorak.
Suporter China di tribun mengacungkan tinju, mengangkat pantat dari kursi, bersiap untuk melompat berdiri.
He Ping di kursi komentator satu tangan menekan headphone, tangan lain terkepal meninju langit.
Setelah momen itu, semua suara kembali terdengar, dunia yang membeku kembali normal.
Gabriel kehilangan keseimbangan dan tumpuan, jatuh terduduk ke belakang. Saat jatuh, matanya masih menatap bola tak berkedip, bagai patung yang dirobohkan.
He Ying mengacungkan jari telunjuk tangan kanan di depan mulut, sambil berlari ke tribun belakang gawang yang dipenuhi suporter Brasil, memberikan gestu "diam" kepada mereka.
Thiago Silva yang baru saja duduk rebah ke lantai dengan putus asa, meletakkan kedua tangannya di wajah sambil menutupi mata, tak tega melihat lanjutan pertandingan.
Zhou Yi mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi sambil mengejar He Ying yang berlari.
Suporter China di tribun melompat berdiri sambil mengangkat tangan dan bersorak.
He Ping berteriak keras: "Gol! Gol! Gol!! Gol yang cantik! He Ying! Dia mencetak dua gol dalam pertandingan ini!! Dia membantu Tim China meraih keunggulan dua gol! Sungguh tidak masuk akal, Tim China justru unggul dua gol atas Brasil! Padahal tim Brasil ini hampir setengah timnas!"
Di depan bangku cadangan dan area pelatih, para pemain dan staf pelatih China berbondong-bondong keluar dari zona mereka. Para pemain berlari kencang menuju rekan setim yang sedang merayakan gol di belakang gawang Brasil untuk bergabung dalam perayaan.
Sementara para pelatih saling berpelukan.
Brozović dipeluk erat oleh penerjemahnya Jiang Xiaojun, sementara manajer tim Guo Bing di sampingnya wajahnya berubah karena semangat dan kegembiraan.
……
"Tidak masuk akal! Sulit dipercaya! Brasil yang jadi favorit juara ternyata tertinggal dua gol! Serangan balik Tim China sangat efektif, mereka memberikan pelajaran berharga tentang apa itu sepak bola tim!" seru Mark Lawrenson dari BBC. "Gol Tim China ini sangat indah! Zhou Yi memainkan serangkaian trik di area depan yang menyita perhatian bek Brasil. Terlihat dia fokus pada duel dengan bek, tapi siapa sangka dia masih bisa membaca situasi di area lain! Umpan imajinatif ini benar-benar memukau! Pemimpin Tim China hari ini menunjukkan kemampuan terbaiknya!"
Komentator Brasil menggerutu melihat kebobolan ini: "Aaaaa! Kebobolan! Pertahanan kita seperti tidur sambil berjalan secara kolektif! Apa yang mereka pikirkan? Mengapa Rafael tidak mengejar? Hanya diam melihat penyerang lawan mencetak gol? Kami punya lini depan bernilai 200 juta, tapi pertahanan yang sama sekali tidak sepadan! Tertinggal dua gol dengan sisa 16 menit, Brasil harus segera bertindak! Kita butuh pahlawan!"
Siapa pahlawannya?
Dialah Neymar.
Tapi Neymar di lapangan saat ini terlihat seperti "kuda" kayu yang kaku. Selama ini disebut sebagai jenius langka Brasil, penerus legenda Pelé, dia perlu membuktikan diri dengan gelar bergengsi.
Memimpin tim meraih emas Olimpiade, mengakhiri kutukan Brasil yang belum pernah menang medali emas sepak bola Olimpiade, inilah panggung terbaik untuk membuktikannya.
"Tapi siapa yang menyangka tim Brasil yang selama ini berjalan mulus justru menemui batu sandungan seberat ini di semifinal?"
……
Setelah He Ying mencetak gol, netizen dan suporter di Weibo China tak kuasa menahan gejolak emosi, unggahan pujian untuk Tim Olimpiade Tiongkok membanjiri linimasa.
"Keren banget! Tim China keren banget!"
"Luar biasa! Operan Zhou Yi mantap, tembakan He Ying juga jitu!"
"Kombinasi antar genius! Hanya He Ying yang bisa menangkap alur operan Zhou Yi yang liar bak kuda lepas kandang ini!"
"China unggul dua gol atas Brasil! Siapa berani membayangkan? Tapi ini benar-benar terjadi!"
"Orang yang baru menyalakan televisi pasti terkejut setengah mati, mengira ada kesalahan subtitle CCTV!"
"Sebelum pertandingan semua khawatir Tim China tak bisa melewati Brasil, tapi sekarang... sepertinya kami terlalu berprasangka!"
"Aku teringat hujatan media-media intelektual terhadap Tim Olimpiade sebelum pertandingan. Penasaran wajah mereka sekarang merah ndak? Puas banget, hahaha!"
……
Perayaan Tim China begitu heboh, membuat wasit utama Clattenburg turun tangan mengingatkan agar pemain kembali ke lapangan. Seandainya tidak, mereka mungkin akan terus merayakan sampai pertandingan usai - saat itu kemenangan sudah di tangan...
Saat kembali ke separuh lapangan mereka sendiri, Zhou Yi bergegas mengingatkan rekan setim: "Pertandingan belum berakhir! Jangan lengah, jangan senang dulu!"
Pada momen seperti ini, dirinya semakin menunjukkan kematangan sebagai seorang kapten yang kompeten.
Setelah pertandingan dimulai kembali, gelombang emosi akibat gol Tim China belum mereda. Di depan televisi, banyak suporter China tak bisa menahan pikiran liar—Jangan-jangan kita benar-benar bisa mengeliminasi Brasil!
Kini tersisa belasan menit lagi dengan keunggulan dua gol Tim China. Jika tim lain yang unggul dua gol, mungkin banyak yang sudah berani memastikan kemenangan. Tapi karena ini tim nasional sendiri, semua khawatir ucapan itu akan mendatangkan sial. Mereka menahan diri, tapi keyakinan dalam hati semakin membara—Kita akan melibas Brasil menuju final!
Mimpi yang dulu tak berani dibayangkan, kini mulai menjadi kenyataan!
……
Pasca kebobolan, serangan balik Brasil semakin gila. Menit ke-78, sundulan Pato ke area penalti kanan Tim China ditendang voli udara Damiao yang dihalau tubuh Guo Nu. Tendangan susulan Neymar kembali ditepis Sun Pan ke garis lapangan.
Brasil mendapatkan tendangan pojok.
Namun tendangan pojok ini tak membahayakan Tim China.
Guo Nu mengantisipasi Thiago Silva dan menyundul bola keluar area penalti. He Ying di luar menguasai bola lalu menendang jauh ke area depan.
Tim China sudah tak punya opsi serangan balik. Semua pemain mundur bertahan ke separuh lapangan sendiri, bahkan He Ying pun berada di zona 30 meter.
Serangan Tim Brasil meskipun gencar, sebenarnya hanya gemuruh tanpa hujan. Karena tertinggal dua gol dengan waktu pertandingan yang hampir habis, otak setiap pemain mulai tidak fokus. Dalam serangan mereka hanya mengandalkan diri sendiri, ketika bola datang langsung dribel dan tembak sembarangan, akhirnya direbut lawan atau sekadar menembak asal-asalan.
Terlihat mengancam, tapi sebenarnya efektivitasnya buruk.
Dan di menit ke-84, mereka justru membuat kesalahan sendiri karena panik.
Saat itu bek tengah Xiao Huan tak tahan untuk dribel dari sayap kanan, lalu membagi bola ke Rafael di sampingnya untuk kombinasi one-two. Tapi Rafael malah melakukan backheel sembarangan, bola justru mengenai Wu Lei dan berubah arah!
Tim China langsung melancarkan serangan balik, Wu Lei menggiring bola dengan cepat.
Rafael buru-buru mundur bertahan, mengejar hingga depan area penalti besar baru melakukan tackle untuk menghentikan serangan balik China.
Meski Rafael menebus kesalahan dengan menghentikan serangan China, Xiao Huan yang bermain untuk Inter Milan tetap marah. Ia membentak Rafael dari Manchester United, menanyakan bagaimana bisa melakukan kesalahan seperti itu.
Tentu saja Rafael yang melakukan kesalahan tidak menunjukkan rasa bersalah, malah saling membayangi dengan Juan kepala ke kepala, keduanya saling melotot sambil mengumpat kasar.
Dalam kondisi tertinggal skor dan waktu yang hampir habis, tim Brasil bukannya bersatu dan berjuang mati-matian, malah terlibat konflik internal.
Pemandangan ini benar-benar membuat orang terbelalak.
Komentator Brasil dengan murka mengkritik performa pemain di lapangan: "Ini memalukan! Aib bagi Brasil!"
Sementara penonton Tim China hanya menonton drama ini seperti makan kacang.
Sun Pan bahkan berteriak: "Bir, kacang, kuaci, dijual——!"
Membuat rekan setimnya tertawa terbahak-bahak.
Bagi mereka, ini adalah momen santai langka di tengah pertandingan sengit yang bisa melepaskan ketegangan saraf.
Semua menyaksikan dua pemain Brasil bertengkar, teringat ucapan Zhou Yi sebelum pertandingan tentang evaluasinya terhadap tim Brasil – "Tim Amerika Selatan jika bermain lancar akan semaunya sendiri. Tapi jika tidak lancar juga tetap semaunya."
Bisa bertengkar di lapangan, benar-benar sesuka hati.
Sekali lagi prediksi Zhou Yi tepat.
Ia tidak hanya membantu tim meraih kemenangan di lapangan, tapi juga mampu menganalisis lawan secara tajam di luar lapangan.
Terhadap kapten seperti ini, apa lagi yang bisa dikatakan?
Tentu hanya satu kata:
Salut!
