Saat Clattenburg meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, para pemain pengganti yang telah lama menunggu di pinggir lapangan membuka lengan dan berlarian masuk ke lapangan. Mereka bersorak gembira, menunjukkan sukacita mereka di depan para pemain Brasil.
Tidak hanya mereka, bahkan para pelatih yang biasanya lebih tenang pun saat ini sedang merayakan kemenangan dengan penuh semangat.
Hanya Brozović yang relatif lebih tenang. Dia menghampiri pelatih tim Brasil, Mano Menezes, dan mengulurkan tangannya terlebih dahulu sebagai etiket setelah pertandingan berakhir.
Keduanya berjabat tangan tanpa saling bertukar kata. Menezes sama sekali tidak memiliki mood untuk mengobrol dengan Brozović saat ini. Bisa berjabat tangan saja sudah cukup baik darinya.
Sebagai pelatih yang memikul misi penting, tim yang dipimpinnya harus terhenti di semifinal. Tekanan besar membuatnya tidak ingin berbicara apapun.
"Selamat untuk para pemuda Tim Olimpiade Tiongkok!" seru He Ping dengan penuh semangat. "Ini adalah momen bersejarah yang pantas dicatat dalam tinta emas sejarah sepak bola Tiongkok! Sepak bola pria Tiongkok akhirnya bisa berdiri di panggung utama kompetisi internasional! Di bawah kepemimpinan Zhou Yi, tim Olimpiade ini telah menyelesaikan pencapaian besar yang bahkan tidak pernah dibayangkan oleh para senior mereka! Meskipun turnamen sepak bola Olimpiade tidak setingkat Piala Dunia, ini tetap merupakan kompetisi dunia. Sebagai komentator sepak bola Tiongkok, saya sangat bangga!"
Di saat yang sama, di internet Tiongkok, suasana perayaan meriah bagaikan merayakan Tahun Baru.
"Keren banget! Timnas Tiongkok keren abis!"
“Ini kabar paling membahagiakan buat saya di Olimpiade kali ini!”
“Tim Olimpiade Tiongkok bahkan mengalahkan Brasil untuk lolos ke final, kualifikasi final ini benar-benar berkualitas tinggi! Perlu diketahui tim Brasil adalah favorit terbesar juara!”
“Dua penyerang seharga 200 juta euro pun bagaimana? Tetap pulang dengan tangan hampa!”
“Waduh, apa ini tanda kebangkitan sepak bola Tiongkok?”
“Kemarin masih ada pemberitaan bahwa Gao Hongbo juga berada di London, tidak tahu apakah dia menonton pertandingan ini? Setelah Olimpiade ini, pemain yang tampil bagus di Tim Olimpiade seharusnya bisa masuk Timnas kan? Sekarang akhirnya saya bisa benar-benar berharap kita lolos ke Piala Dunia Brasil!”
“Olimpiade kali ini cukup untuk kubanggakan seumur hidup!”
……
Meski waktu Beijing sudah lewat jam 4 pagi tanggal 8 Agustus, komentar di Weibo terus bermunculan. Selain Weibo, sub-forum Timnas di forum sepak bola terkenal "Dog Children" juga ramai dengan thread dan balasan baru. Penonton yang sudah melihat pertandingan tetap bersemangat berdiskusi di Weibo dan forum tentang kesan mereka.
Bahkan ketika Tim China meraih juara dua Piala Asia awal tahun lalu, mereka tidak sebersemangat dan segembira ini.
He Ping benar, meski pertandingan sepak bola Olimpiade tidak setingkat Piala Dunia, tapi ini tetap kompetisi internasional yang punya aura khusus. Lolos ke final Olimpiade sudah cukup membuat suporter China histeris.
……
Di antara para pemain China yang bersemangat, ada yang ingin bertukar seragam dengan pemain Brasil, tetapi ditolak oleh orang itu. Terkejut, Zhou Yi merangkul rekan setimnya dan berkata: "Jangan dilupakan, sekarang kita pemenang, seharusnya merekalah yang memohon untuk bertukar seragam dengan kita! Lagipula, seragam pertandingan bersejarah seperti ini, aku tidak rela menukarnya!"
Sebagai Kapten Tim Olimpiade Tiongkok, Zhou Yi tidak mendatangi satu pun pemain Brasil untuk bertukar seragam. Dia menarik rekan setimnya kembali ke sektor suporter yang sedang merayakan, membiarkan orang Brasil meratapi kesedihan mereka sendiri. Mereka adalah pemenang, tidak perlu mengkhawatirkan perasaan pecundang.
Di area campuran setelah pertandingan, Zhou Yi menerima wawancara dari wartawan domestik dan asing. Seorang jurnalis Inggris bertanya: "Apakah keberhasilan Tim China memasuki final merupakan suatu keajaiban?"
Zhou Yi membuka tangan: "Saat kami masih dalam negeri, kami sudah menetapkan target Olimpiade kali ini sebagai medali emas. Jadi masuk final hanyalah proses yang diperlukan untuk mencapai target kami. Bagaimana bisa disebut keajaiban? Saya paham keinginan wartawan seperti kalian yang selalu ingin membuat berita besar, tapi ini benar-benar bukan keajaiban. Ini hanyalah bentuk normal kemampuan tim kami."
Perkataan Zhou Yi ini membuat wartawan Inggris mulut menganga tanpa suara, bingung bagaimana melanjutkan pertanyaan... Mereka pernah melihat tim yang percaya diri, tapi belum pernah melihat yang sepercaya diri ini! Kalian baru saja mengalahkan nominasi favorit utama juara! Mengapa kalian membicarakannya seolah itu hanya urusan sepele biasa?
Wartawan China dengan antusias bertanya: "Sebelumnya Anda pernah menyebarkan kabar ke Jepang bahwa jika mereka ingin meraih medali emas harus melewati Anda terlebih dahulu, apakah ini berarti Anda lebih percaya diri untuk mengalahkan Jepang?"
Tapi tidak disangka, Zhou Yi yang sebelumnya terlihat santai dan biasa saja tiba-tiba serius berkata: "Tidak demikian. Kami tidak takut pada Jepang, tapi juga sadar final ini pasti tidak mudah. Menurutku tim yang bisa masuk final tidak ada yang lemah, meremehkan lawan adalah bentuk ketidakhormatan pada diri sendiri."
Jawaban Zhou Yi ini membuat para wartawan terkejut. Semua mengira saat menghadapi Jepang, Zhou Yi pasti akan penuh semangat dan mengeluarkan kata-kata heroik. Persaingan antara China dan Jepang baik di sepak bola maupun non-sepak bola bisa dibahas berhari-hari. Banyak orang menjadi sangat emosional saat berhadapan dengan Jepang.
Tapi mengapa sikap Zhou Yi justru tidak sesuai ekspektasi? Saat mengalahkan Brasil dia bicara wajar, tapi menghadapi Jepang malah berhati-hati. Mengapa? Apakah Jepang benar-benar hebat? Publik merasa setidaknya dibanding Brasil, kemampuan Jepang lebih rendah. Jika Tim China bisa mengalahkan Brasil 3-1 dan menganggapnya wajar, mengapa justru berhati-hati saat lawan Jepang?
Kebetulan, dalam konferensi pers setelah pertandingan, pelatih kepala Tim China Brozović juga menyampaikan pendapat serupa dengan Zhou Yi. Saat membahas kemenangan atas Brasil untuk masuk final, dia berkata: "Sebagai pelatih tim ini lebih dari setahun, saya sangat paham kemampuan mereka. Mengalahkan Brasil bukan hal mustahil, kami punya kemampuan itu."
Namun saat membahas final dan medali emas, dia tampak konservatif: "Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menang."
"Dia tidak banyak bicara, ucapannya juga sangat hati-hati. Berusaha meraih kemenangan ini adalah omongan kosong yang benar, meski tidak ada kesalahan, tapi sama sekali tak bermakna."
Wawancara kapten dan pelatih usai pertandingan yang begitu rendah hati seharusnya layak dipuji, tapi beberapa orang masih kecewa karena lawannya adalah Jepang! Perlukah segini hati-hati menghadapi Jepang?
Tapi mayoritas orang tetap mendukung Zhou Yi dan Brozović, berpendapat menghormati lawan sama dengan menghormati diri sendiri.
……
Di dalam bus yang membawa mereka dari Old Trafford ke hotel, Zhou Yi sebagai kapten tim berdiri di depan sambil berseru ke seluruh tim: "Aku tahu mengalahkan Brasil pasti membuat kepercayaan diri kalian meledak, merasa medali emas Olimpiade sudah di genggaman. Tapi kuharap kalian melupakan pertandingan ini. Tim mana pun yang masuk final akan berubah total dibanding sebelum final. Jika sampai kehilangan medali emas karena meremehkan lawan, kupikir tanpa perlu diingatkan pun kalian sendiri tak akan menerimanya kan? Jadi jangan terlalu euforia dulu. Kegembiraan hari ini harus ditahan dulu, baru kita rayakan setelah medali emas benar-benar di tangan!"
"Kawan-kawan, tinggal satu langkah terakhir! Jangan sampai mati di depan garis finish!" Sun Pan berdiri menyambut seruan Zhou Yi. "Hancurkan Jepang, rebut medali emas!"
"Hancurkan Jepang! Rebut medali emas!" Sorak bergemuruh serempak memenuhi bus.
Untungnya tidak ada yang merekam saat itu, kalau tidak mungkin bakal memicu "konflik diplomatik" jika sampai viral di internet...
Setelah kembali duduk di kursinya, Zhou Yi mengeluarkan ponsel dan mulai asyik membuka-buka Weibo.
Yang Muge di sebelahnya melirik penasaran, melihat jemari Zhou Yi menari gesit di atas keyboard virtual.
"Lagipost apa?" tanyanya.
"Ngegas idiot." Zhou Yi tetap tak mengangkat kepala.
"Wanjir, lu makin kecanduan ngegas ya!" Sun Pan menyembul dari belakang. "Gue harus bikin akun Weibo juga!"
"Panpan, masa dibisukanmu belum selesai." Zhou Yi tetap mengetik sambil berbicara.
"Weibo juga nggak boleh?" Mata Sun Pan melotot.
"Lu nggak tahu wartawan sekarang males banget? Cuma rebahan mantau Weibo cari bahan berita. Lo komentar dikit, langsung mereka jadikan artikel. Bedanya apa sama wawancara resmi?" jelas Zhou Yi. "Makanya selama Olimpiade jangan posting. Minimal sampai final usai. Habis final, terserah lo."
"Bangsat! Kenapa lu boleh mantau Weibo?" Sun Pan protes.
Zhou Yi berhenti mengetik, mengangkat kedua tangan: "Soalnya aku nggak kena sanksi bisu."
Ekspresinya sangat menggoda untuk ditinju, tapi Sun Pan cuma bisa menggeram: "Sialan!"
"Ngegas siapa?" He Ying di depan berbalik ikut nimbrung.
"Akun resmi keuangan yang kerjaannya nggak jelas." Jawab Zhou Yi sambil menekan tombol kirim. "Selesai."
……
Setelah pertandingan, suporter dan netizen terus menggosok berita di internet selama hampir satu jam. Sudah lewat jam 5 pagi, di bulan Agustus saat seperti ini langit mulai semburat terang. Banyak yang sudah tidak sanggup bertahan, menarik diri dari emosi kegembiraan, bersiap tidur atau bahkan sudah tertidur.
Pesan baru di Weibo semakin berkurang.
Tapi tepat di saat ini, tiba-tiba muncul sebuah postingan Weibo yang menarik perhatian para "kelelawar malam" yang belum tidur.
Akun "Zhou Yi Bukan Peramal" memposting di Weibo!
"Bukan hanya selokan kecil, bahkan setetes air yang tak berarti pun boleh memiliki cita-cita menjadi sungai besar. Ini adalah salah satu kualitas manusia paling berharga. Tentu saja, menurutku editor ikan asin dari situs Caijing dengan kapasitas otak menyedihkan pasti tidak bisa memahami hal ini. Dia hanya pandai mengejek orang biasa yang berjuang demi cita-cita, bahkan dengan bangga memajang ejekannya. Aku tidak mengerti apa yang patut dibanggakan. Memang otak ikan asin tidak bisa dipahami orang normal."
Di bawah pernyataan ini, Zhou Yi melampirkan screenshot Weibo Caijing yang mengejek netizen: "Selokan kecil pun punya cita-cita jadi sungai besar, sungguh mengharukan China."
