Zhou Yi tidak melanjutkan perdebatan online dengan Caijing Wang, tapi tetap dihujani pertanyaan wartawan tentang perseteruannya dengan media tersebut.
Zhou Yi enggan menjawab karena ini adalah pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan sepak bola maupun final.
Dia hanya berkata: "Kedepannya, pertanyaan dari orang-orang tidak relevan seperti ini jangan dibawa ke saya lagi. Waktu kita semua sangat berharga, bukan? Membuang waktu untuk orang-orang tidak relevan itu terlalu tidak sepadan. Kalian punya waktu, saya tidak. Maaf, saya sibuk."
Dengan demikian, Situs Caijing tidak hanya mendapat julukan "ikan asin", tapi juga tambahan sebutan "orang-orang tidak relevan".
Reaksi netizen terhadap hal ini adalah membanjiri kolom komentar Weibo Caijing dengan repost dan komentar "orang-orang tidak relevan".
Editor Caijing pasti kesal tapi tak bisa melawan. Seberat apapun rasa tidak puas di hati, hanya bisa ditahan...
Di dalam hati, mereka pasti berharap Tim Olimpiade Tiongkok kalah dari Jepang di final. Karena hanya kekalahan di lapangan sepak bola yang bisa memberikan pukulan paling mematikan bagi Zhou Yi. Caijing menyadari, tempat pemain sepak bola membuktikan diri ada di lapangan. Keberanian Zhou Yi menantang mereka berasal dari prestasinya di lapangan hijau.
Tapi tanpa prestasi, dia hanyalah sampah. Hal ini telah dibuktikan berkali-kali oleh sejarah sepak bola Tiongkok. Setiap pemain Tiongkok yang kontroversial pasti akan lebih banyak dicaci daripada dipuji. Citra buruk sepak bola Tiongkok secara alami menular ke para pemainnya.
Jadi orang-orang seperti Caijing yang membenci Zhou Yi dan Timnas Olimpiade hanya bisa berharap Timnas kalah di final.
Namun sebenarnya, bagi lebih banyak pendukung Tim Olimpiade Tiongkok, kemampuan mereka lolos ke final saja sudah merupakan kemenangan. Bahkan jika akhirnya kalah dalam pertandingan, meraih medali emas tetap menjadi hal yang sangat membahagiakan.
Jika nanti ada yang ingin mencela Tim Olimpiade Tiongkok berdasarkan performa, akan sulit untuk mendapatkan dasar yang kuat.
……
Lawan Tim Olimpiade Tiongkok di final adalah Tim Olimpiade Jepang.
Fakta bahwa kedua tim ini akhirnya bertemu di final cukup mengejutkan banyak pihak.
Sebelum Olimpiade dimulai, semua orang mengira Brasil dan Spanyol yang akan bertemu di final. Namun kenyataannya, Spanyol tersingkir di fase grup sementara Brasil terhenti di semifinal.
Sisi Jepang yang mengetahui lawan final mereka adalah Tim China menunjukkan antusiasme tinggi.
"...Tim China adalah tim yang sangat kuat. Kami akan berusaha sekuat tenaga di final karena memiliki tekad untuk merebut medali emas!" Ujar pemain Jepang Maki Otsu saat diwawancarai wartawan Jepang. "Kami tidak akan mudah menyerah! Jika Tim China mengira bisa dengan mudah mengalahkan kami, kami siap memberikan pelajaran!"
Berbeda dengan kesederhanaan Tim China, sikap Tim Jepang terlihat lebih arogan. Pernyataan Maki Otsu yang diterjemahkan media China ini memicu berbagai sindiran pedas dari suporter China di dalam negeri.
Namun pernyataan berani pemain Jepang ini memiliki alasan tersendiri. Sebagai pihak yang berada di posisi penantang, wajar jika mereka mengucapkan kata-kata heroik untuk membangkitkan keberanian.
Bagi mereka yang sudah lama tidak mengikuti sepak bola Tiongkok, jika mereka mulai menonton pertandingan Tim Olimpiade Tiongkok sejak Olimpiade kali ini, pasti akan terkejut. Secara teori, kemampuan Tim Olimpiade Tiongkok sebenarnya telah melampaui Jepang. Ini terlihat dari odds juara yang dikeluarkan perusahaan taruhan Barat untuk kedua tim - China lebih unggul dari Jepang.
Hal ini terutama tercermin dari lima pemain Tim Olimpiade Tiongkok yang bermain di liga luar negeri dengan kemampuan luar biasa.
Dalam Olimpiade kali ini, mereka semua tampil gemilang dan menjadi pahlawan terbesar yang membawa China lolos ke final.
Terutama Zhou Yi, He Ying, dan Sun Pan - ketiganya sangat vital bagi Tim Olimpiade.
Sementara di sisi Tim Olimpiade Jepang, meski memiliki enam pemain di liga luar negeri (satu lebih banyak dari China), namun kualitasnya tidak sebaik China.
Zhou Yi adalah inti gelandang Borussia Dortmund yang memimpin klub meraih gelar liga dua musim berturut-turut. Sun Pan sebagai kiper utama Atletico Madrid membantu timnya juara Liga Europa. He Ying menjadi top skor yang membantu timnya lolos ke La Liga sekaligus meraih Sepatu Perak di Segunda División. Meski prestasi Yang Muge dan Guo Nu sedikit lebih rendah, mereka tetap pilar utama di klub masing-masing.
Bagaimana dengan Jepang?
Enam pemain yang bermain di luar negeri: Bek Maya Yoshida bermain di VVV-Venlo (Belanda), Hiroki Sakai di Hannover 96, Takashi Usami di Hoffenheim, Gotoku Sakai di Stuttgart, Hiroshi Kiyotake di Nürnberg, dan Maki Otsu di Borussia Mönchengladbach.
Klub-klub tempat para pemain ini bermain tidak bisa disamakan dengan klub Zhou Yi, Sun Pan, dan Yang Muge. Mereka pun tidak selalu menjadi pilar utama di klub masing-masing, apalagi sebagai pemain inti.
Sebenarnya Tim Jepang seharusnya sangat memahami kemampuan Zhou Yi dan Yang Muge karena sebagian besar pemain mereka bermain di Bundesliga. Mereka tentu sangat terkesan dengan performa gemilang Zhou Yi di Bundesliga.
Jadi ketika berhadapan dengan Zhou Yi, mereka sebenarnya berada di posisi yang lemah. Jika tidak segera mencari cara untuk meningkatkan moral, pertandingan ini akan semakin sulit.
Yang paling membuat frustrasi media Jepang adalah ucapan Zhou Yi yang ternyata menjadi kenyataan!
Saat itu, setelah mengalahkan Spanyol 1-0 di pertandingan pertama fase grup, Maki Otsu menyatakan target meraih medali emas. Zhou Yi langsung menanggapi bahwa Jepang harus melewati Tim China dulu jika ingin menjadi juara.
Analisis saat itu menyebutkan bahwa jika Tim China dan Jepang ingin bertemu, pasti di final. Namun banyak yang meragukan karena dalam sejarah Olimpiade belum pernah ada tim Asia yang lolos ke final, apalagi dua tim sekaligus.
Tak disangka, ramalan Zhou Yi benar-benar menjadi kenyataan! Satu-satunya kesempatan Tim China bertemu Jepang akhirnya terwujud!
Setelah Tim China mengalahkan Brasil dan menjadi lawan final Jepang, seorang wartawan Jepang mewawancarai Shinji Kagawa. Mereka meminta saran untuk Tim Olimpiade Jepang, mengingat Kagawa telah menjadi rekan setim Zhou Yi selama dua musim dan paling memahami permainannya.
Shinji Kagawa menjawab dengan terbuka, menceritakan semua yang dia ketahui tentang Zhou Yi kepada wartawan tersebut.
Namun wartawan itu semakin cemas mendengar penjelasannya: "Kagawa-san, dari penuturanmu, Zhou Yi terdengar sangat sulit dikalahkan. Benarkah dia sehebat itu?"
Kagawa mengangkat mata (lirik ke atas) sambil tetap berusaha menjelaskan dengan sabar: "Saya hanya menyampaikan fakta tanpa berlebihan. Inilah Zhou-san yang saya kenal. Kemampuannya memang luar biasa, kalau tidak mengapa dialah pemain inti Borussia Dortmund, bukan yang lain?"
Percakapan ini mengingatkan sang wartawan pada masa awal Kagawa bergabung dengan Dortmund. Saat itu Zhou Yi mundur ke posisi gelandang bertahan, mengosongkan posisi playmaker untuk Kagawa. Media Jepang sempat menganggap ini sebagai tanda pelatih Klopp menyerahkan peran inti tim kepada Kagawa.
Bagaimana hasilnya?
Zhou Yi yang mundur posisi tetap menjadi pemain inti tak tergantikan di Dortmund, sementara Kagawa hanya menjadi pendukung.
Wartawan yang tersadar kembali tampak bingung berkata pada Shinji Kagawa: "Tapi Kagawa-san, apa yang Anda katakan ini tidak bisa kami muat. Khawatirnya justru akan menurunkan moral tim kita..."
Shinji Kagawa juga menyadari hal ini. Setelah berpikir sejenak, ingatannya melayang pada pertandingan Borussia Dortmund melawan Schalke 04 kala itu. Di bawah pengawalan ketat Yang Muge, performa Zhou Yi terbatasi. Meski akhirnya Dortmund menang, pertahanan '24/7' Yang Muge terhadap Zhou Yi meninggalkan kesan mendalam bagi Kagawa.
Lalu dia melanjutkan: "Zhou-san juga bukan tanpa kelemahan. Jika kita bisa meningkatkan intensitas pertahanan ketat, mengawalnya kemana pun dia pergi dengan pengawalan super ketat... Yang saya maksud '24/7' adalah benar-benar seperti pasangan kekasih yang bergandengan tangan saat jalan-jalan. Saya rasa ini bisa mengganggu organisasi serangan Tim China. Tapi ini baru sebatas mengganggu serangan mereka. Untuk mencetak gol, kita masih harus menghadapi Sun Pan, kiper terbaik Piala Musim Lalu itu."
"Tidak apa! Saya pikir penjelasan Anda sudah sangat memadai!" Wartawan itu berseri-seri. Shinji Kagawa benar-benar memberikan solusi konkret. Meski efektivitasnya masih perlu dibuktikan, setidaknya ini memberikan arah strategi.
"Tepat ketika wartawan berterima kasih kepada Shinji Kagawa dan hendak menutup telepon, Shinji Kagawa tiba-tiba menghentikannya: "Tunggu... Apakah kalian berencana mempublikasikan semua perkataan saya?"
"Ya, Tuan Kagawa..."
"Saya sarankan kalian jangan melakukan itu." kata Shinji Kagawa.
"Hah, mengapa?" Wartawan tampak bingung.
"Dengan mempublikasikannya, apakah kalian ingin memberitahu orang China cara kami akan menghadapi pemain inti mereka?"
"Ah, ini..." Baru sekarang wartawan tersadar, sebelumnya sama sekali tidak terpikirkan.
"Saya sarankan kalian langsung menghubungi pelatih Tim Olimpiade Tiongkok, Takaashi Sekizuka, dan sampaikan perkataan saya kepadanya. Mungkin ini bisa memberikan bantuan nyata bagi tim." Tutup Shinji Kagawa.
"Ini... Kami akan serius mempertimbangkan saran Tuan Kagawa!"
"Tidak, jangan dipikir lagi. Lakukan seperti yang saya katakan! Demi gelar juara Olimpiade pertama dalam sejarah sepak bola Jepang, apa salahnya mengorbankan sedikit penjualan?"
Aura berwibawa yang tiba-tiba ditunjukkan Shinji Kagawa berhasil mengalahkan lawan bicaranya. Di telepon, pihak lawan setuju mengikuti saran Shinji Kagawa.
Tidak mempublikasikan ucapannya, melainkan langsung menyampaikan ke pelatih Tim Olimpiade.
Sebagai wartawan yang mengikuti tim, pasti ada jalur komunikasi semacam ini.
Setelah menutup telepon, Shinji Kagawa teringat ucapan Zhou Yi kepada Tim Olimpiade Jepang waktu itu.
Dia tahu pasti Zhou Yi ingin menggunakan Olimpiade sebagai sarana balas dendam.
Meski hubungan pribadinya dengan Zhou Yi biasanya sangat baik, dalam persaingan antarnegara ini, dia pasti akan tanpa ragu memihak negara sendiri.
Dia tidak ingin Zhou Yi sukses membalas dendam.
Secara pribadi mungkin sulit baginya untuk mengungguli Zhou Yi, namun negaranya masih memiliki peluang besar.
Maaf, Zhou-san.
……
PS, Pernyataan: Sebelumnya disebutkan Tim China akan bertemu Jepang di semifinal. Saat itu saya belum mempelajari aturan pertandingan Olimpiade dengan seksama. Kemudian ditemukan BUG bahwa Tim China mustahil bertemu Jepang di semifinal, hanya bisa di final. Maka lawan Tim China yang sudah mengalahkan Brasil di final adalah Jepang.
