Dalam program pra-pertandingan CCTV, hadir khusus komentator sepak bola ternama Zhang Lu sebagai narasumber prediksi pertandingan.
"Zhang Lu menyebutkan bahwa meskipun mengeliminasi Brasil adalah prestasi luar biasa, para pemuda Tim China harus tidak boleh sombong atau gegabah, sementara Tim Jepang juga tidak boleh diremehkan."
"Tentu saja, di akhir dia tetap sangat berharap pada penampilan Tim China di final."
"...Sebenarnya kemampuan Tim Olimpiade Tiongkok ini sangat kuat. Saya tidak berpikir kemampuan China lebih lemah dari Jepang, sebaliknya saya yakin mereka lebih kuat. Jadi selama bermain normal, punya kesabaran cukup, dan tidak terburu-buru, saya percika para pemuda ini akan membawa pulang medali emas untuk kita."
……
Saat kedua tim berdiri di lorong pemain bersiap tampil, Zhou Yi menjadi fokus perhatian seluruh anggota Tim Jepang.
Sebagai Kapten dengan ban kapten di lengan, dia berdiri di barisan paling depan, hanya punggungnya yang terlihat oleh semua orang.
Banyak pemain Jepang yang bermain di Bundesliga. Karena kebijakan khusus kuota pemain asing, liga Jerman ini menjadi gerbang utama bagi pemain non-Uni Eropa untuk mendarat di Eropa. Fenomena pemain Jepang berduyun-duyun ke Bundesliga hampir menjadi tradisi.
Di Asia, Jepang memiliki pemain di liga luar negeri terbanyak, dan dari jumlah tersebut yang bermain di Bundesliga paling dominan. Bahkan ada agen yang khusus menangani transfer pemain Jepang ke Bundesliga.
Tapi popularitas semua pemain Jepang di Bundesliga tetap tak bisa menyaingi Zhou Yi.
Setiap pemain Jepang di Bundesliga pasti mengenal Zhou Yi.
Shinji Kagawa mungkin adalah perwakilan terbaik pemain Jepang di luar negeri, tapi bahkan di Borussia Dortmund pun posisinya di bawah Zhou Yi.
Pemain biasa yang terlihat tidak cukup kuat dan cepat ini, justru menggunakan kecerdasan dan pikiran untuk menaklukkan Bundesliga. Ini benar-benar menjadi idola bagi pemain Jepang yang juga tidak memiliki keunggulan fisik.
Tapi kali ini, di lapangan final Olimpiade, tatapan pemain Jepang ke Zhou Yi bukan lagi kekaguman, melainkan... aura pembunuh.
Untuk meraih medali emas, mereka harus mengalahkan Zhou Yi. Tentunya tatapan mereka padanya tak mungkin lagi penuh kelembutan.
Tapi aura pembunuh mereka tidak bertahan lama, karena Zhou Yi terus menoleh ke belakang.
Zhou Yi yang berdiri di barisan depan sama sekali tidak diam tegak. Dia selalu bergerak-gerak, terus menoleh ke belakang. Gerak matanya yang tak fokus itu seperti orang hiperaktif.
Kebanyakan pemain Jepang tak berani menatap langsung wajah Zhou Yi. Begitu Zhou Yi menoleh, mereka langsung mengalihkan pandangan.
Hanya ada satu pengecualian.
Yamaguchi Hotaru.
Gelandang bertahan pilar utama Tim Olimpiade Jepang.
Saat Zhou Yi menoleh, dia tidak menunduk atau menghindar seperti rekan setimnya. Tatapannya tetap tertuju.
Tapi Zhou Yi tidak benar-benar melakukan kontak mata. Pandangannya hanya menyapu lalu pergi. Seolah tak ada fokus sama sekali.
Setelah Zhou Yi melewatinya, barulah Yamaguchi Hotaru menutup kelopak mata, menghentikan tatapannya.
Pikirannya kembali ke percakapan rahasia dengan pelatih kepala Sekizuka Takashi beberapa hari sebelum pertandingan.
Saat itu, Tsuchizaki Takashi dengan wajah serius memberikan tugas kepadanya: "Selama pertandingan, kamu harus 24/7 mengawal Zhou Yi."
Ini berarti dia ditugaskan untuk menjaga Zhou Yi. Yamaguchi Hotaru tidak terkejut dengan tugas ini, namun ucapan Tsuchizaki berikutnya membuatnya kaget.
"Maksud harfiah dari '24/7'. Tempel padanya, pegang dia, kemana pun dia pergi, ikuti."
"Posisi pertahanan..." Yamaguchi bingung.
"Jangan dipikirkan." Tsuchizaki mengibaskan tangan. "Itu bukan urusanmu. Tugasmu hanya mengikuti Zhou Yi, jangan biarkan dia lepas dari jarak kendalimu. Jarak seperti apa? Sekuat tanganmu bisa meraih lengan, seragam, atau bahunya."
Yamaguchi baru menyadari bahwa tugas marking kali ini tampak berbeda dari biasanya...
"Apakah menjaga Zhou Yi... perlu sampai segitunya?" Dia tak tahan bertanya pada pelatih.
"Sangat perlu." Tsuchizaki mengangguk serius.
Pikiran Yamaguchi kembali ke masa kini.
Jika pelatih kepala mengatakan ini perlu, maka cukup laksanakan. Dia tak perlu banyak bertanya, pasti ada alasan di balik keputusan pelatih.
Terkadang di lapangan sepak bola, terlalu banyak berpikir justru bukan hal baik.
……
Ketika tim wasit muncul, itu pertanda para pemain akan segera tampil.
Para ball boy sukarelawan mulai mengibarkan bendera nasional kedua tim, memimpin masing-masing kesebelasan masuk lapangan.
Suara gemuruh penonton sudah memenuhi luar stadion.
Meski tidak ada Brasil dan Spanyol yang merupakan favorit juara, maupun tuan rumah timnas Britania Raya, hal ini mempengaruhi tingkat kehadiran penonton di final. Namun terlihat jelas bahwa lebih dari setengah tribun lapangan telah terisi penonton.
Mayoritas adalah suporter China dan Jepang yang berkumpul di tribun belakang dua gawang masing-masing, ditambah beberapa penonton netral lainnya.
Saat fase grup, suporter Tim China terutama berasal dari pelajar Tiongkok di Inggris, karyawan perusahaan Tiongkok, serta warga keturunan Tionghoa. Jumlah mereka pun tidak banyak karena Olimpiade memiliki lebih banyak cabang olahraga unggulan Tiongkok seperti tenis meja, angkat besi, loncat indah, dan bulu tangkis yang selalu ramai penonton China. Renang juga menarik banyak perhatian orang China berkat performa gemilang Sun Yang dan Ye Shiwen.
Sepak bola relatif jauh kurang menarik, hanya ditonton oleh penggemar sejati.
Namun seiring membaiknya performa Tim Olimpiade Tiongkok di Olimpiade, semakin banyak orang yang memperhatikan mereka. Penonton pertandingan mereka tidak hanya dari kalangan suporter, tapi juga banyak orang awam yang datang dengan satu alasan: mendukung China.
Sepak bola Tiongkok sebelumnya memiliki reputasi yang buruk, selalu dianggap memalukan. Penyebutan "sepak bola Tiongkok" selalu disertai cibiran. Tapi di Olimpiade kali ini, Tim Olimpiade berhasil merebut kembali rasa hormat dan kepercayaan publik melalui performa nyata.
Setelah pertandingan mengeliminasi Korea Selatan dengan skor 3-1, tidak hanya warga Tionghoa di Inggris, tetapi seluruh komunitas Tionghoa di Eropa bahkan tertarik datang ke Inggris. Mereka berbondong-bondong dari Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Italia, Polandia, Swiss... dan negara-negara Eropa lainnya ke Inggris untuk menyaksikan Tim Olimpiade Tiongkok melawan Brasil.
Tentu saja, saat itu banyak yang berpikir - kalau saya tidak datang menonton langsung, mungkin saya hanya bisa menonton pertandingan perebutan tempat ketiga. Saat itu hampir tidak ada yang menyangka Timnas Olimpiade Tiongkok bisa mengalahkan Brasil dan lolos ke final.
Setelah Tim China benar-benar mengalahkan Brasil, semua terkejut. Tak disangka tim Tiongkok bisa menerobos sampai final. Sekarang mereka punya alasan lebih kuat untuk tetap di Inggris memberi dukungan.
Situasi Tim Jepang agak berbeda dengan Tiongkok. Karena citra sepak bola Jepang jauh lebih baik daripada sepak bola Tiongkok, tidak ada masalah kurangnya perhatian dan pendukung di fase grup.
Tapi bisa lolos sampai final tetap membuat suporter Jepang histeris. Selain warga Jepang di Eropa, banyak suporter dari Jepang sendiri yang berbondong-bondong terbang ke London untuk mendukung negaranya.
Jadi meskipun Stadion Wembley tidak penuh sesak, atmosfer di lokasi sama sekali tidak masalah.
……
"Baik, kedua tim sudah memasuki lapangan!" teriak He Ping, komentator siaran langsung, dengan suara menggelegar.
Pertama yang muncul adalah bendera nasional kedua negara, bendera merah lima bintang China dan bendera matahari merah Jepang. Bagi kedua tim dan negara ini, ini adalah momen bersejarah. Karena ini adalah pertama kalinya bendera nasional masing-masing negara muncul di lapangan final sepak bola putra Olimpiade.
Di belakang bendera, diikuti oleh para pemain kedua tim.
Di sisi Tim China, kapten Zhou Yi yang memimpin. Sedangkan kapten Tim Jepang adalah pemain berusia di atas batas, bek berusia 24 tahun Maya Yoshida.
Di belakang mereka, para pemain kedua tim keluar secara berurutan.
Kemunculan setiap pemain disambut sorakan dukungan dari suporter masing-masing. Saat ini tidak ada yang mencaci lawan, semua sibuk menyemangati tim sendiri.
Setelah keluar, Zhou Yi sebagai kapten dan Maya Yoshida menjalankan tugas kapten mereka.
Dalam undian memilih lapangan, Zhou Yi kalah dari Maya Yoshida, sehingga Yoshida mendapatkan hak memilih lapangan.
Ketua wasit memberi isyarat pada Maya Yoshida untuk memilih sisi, Yoshida sepertinya sudah mempertimbangkan matang. Ia menunjuk lapangan di belakang Zhou Yi: "Kami pilih sisi ini."
Itu adalah separuh lapangan timur Stadion Wembley, yang sebelumnya merupakan area pemanasan Tim China.
Secara umum, jika tidak ada alasan khusus, tim biasanya memilih separuh lapangan tempat mereka melakukan pemanasan. Pertama untuk menghindari keributan, kedua karena lebih familiar.
Tapi Maya Yoshida justru memilih untuk membuat keributan.
Zhou Yi menoleh mengikuti arah jarinya, area penalti Tim China hampir seluruhnya terpapar sinar matahari dengan penglihatan yang jelas. Semuanya tampak normal, tidak ada yang aneh, atau patut diperhatikan.
Namun, Zhou Yi sedikit mengerutkan keningnya.
Saat di Borussia Dortmund, Zhou Yi bukan kapten dan tidak pernah ikut memilih sisi lapangan. Di Tim Olimpiade Tiongkok sebagai kapten, beberapa pertandingan sebelumnya ia selalu ikut memilih, meski sebenarnya ia tidak terlalu memperhatikan hal ini. Ia lebih mementingkan penguasaan bola awal karena gaya bermainnya yang suka mengontrol alur permainan.
Tapi di pertandingan ini, sebenarnya ia sangat menginginkan hak memilih lapangan.
Ia menengadahkan kepala, memandang langit di atasnya.
Saat ini pukul 14.55 waktu setempat London (GMT). Matahari masih tinggi di barat langit, sedikit lebih condong ke barat dibanding tengah hari, tapi masih bisa dibilang berada di atas kepala.
Lima puluh menit kemudian, pukul 15.45 saat babak pertama berakhir, matahari akan semakin condong ke barat. Setelah jeda 15 menit, pukul 16.00 nanti jika tak ada halangan, matahari akan tepat berada di atas tribun barat Stadion Wembley. Bahkan tanpa sengaja menengadah, silau cahaya yang menembus atap stadion akan langsung menyambar mata.
Di babak kedua nanti, Tim Jepang akan pindah ke sisi lapangan ini, sementara Tim China harus menyerang di bawah sorotan matahari yang miring.
Inilah alasan Zhou Yi ingin hak memilih lapangan - agar Tim China bisa berada di sisi ini di babak kedua!
Sayangnya, kesempatan itu sudah direbut Yoshida Maya lebih dulu.
Pasukan Delapan Rute licik sekali... Tidak, setan kecil itu yang licik!
