"Serangan Tim Jepang, umpan silang Hiroki Sakai... Sun Pan! Dia menyambar! Cantik! Sepertinya dia sama sekali tidak terpengaruh silau matahari! Apakah ini efek topi itu masih belum jelas, tapi setelah memakai topi bintang merah itu, performanya di depan gawang benar-benar kembali normal... Bola terbang ke luar area penalti tapi tidak terlalu jauh... Hiroshi Kiyotake mendapatkan bola! Dia melakukan penyesuaian... Tendangan jauh! Bahaya - Sun Pan!! Belum selesai, Jepang masih punya... Yuichi Osu... Sun Pan! Sun Pan! Lagi-lagi Sun Pan!! Dia menghalau tembakan Yuichi Osu! Benar-benar tidak masuk akal!! Dewa gawang! Sun Pan adalah dewa gawang Tim China! Saat ini, dia seperti dirasuki dewa! Tiga penyelamatan berturut-turut, terutama dua yang terakhir hampir mustahil dilakukan! Tapi dia berhasil!"
Ini adalah komentar He Ping yang dimulai dari umpan silang Hiroki Sakai. Awalnya seperti semua orang, dia tidak menyangka akan melihat adegan menakjubkan seperti ini.
Triplet penyelamatan luar biasa Sun Pan tidak hanya menyuguhkan pertunjukan visual, tapi juga menjadi suntikan adrenalin bagi Tim China yang menghadapi kondisi buruk silau matahari di awal babak kedua.
"Ketika Sun Pan untuk terakhir kalinya menyambar bola keluar garis lapangan, hanya sedikit suporter China di depan televisi yang masih bisa duduk tenang. Tanpa sadar, mereka semua telah berdiri sambil terpana menatap layar kaca."
"Semakin banyak orang mulai berteriak, bersorak, dan meraung."
"Di dunia nyata, di internet."
"Keren banget!! Sun Pan keren banget!"
"Ganteng banget!"
"Luar biasa sakti! Pantas jadi kiper terbaik Liga Europa!"
"Akhirnya kita punya kiper kelas dunia!"
"Santo Sun Pan!"
"Julukan 'Pintu Anti Maling Panpan' yang diberikan Zhou Yi dulu ternyata sangat pas. Seperti mengunci gawang Tim China, haha! Keren!"
"...Padahal kiper sekelas ini, media Caijing Wang malah mengejek kemampuannya. Lucu sekali. Jangan-jangan mereka sekarang bersembunyi di sudut gelap berharap Tim China kalah? Tapi maaf, kami punya Pintu Anti Maling Panpan, tidak mudah dikalahkan!"
"Sun Pan terlalu ganteng! Aku mau melahirkan anaknya!"
"Ada yang tahu apakah Sun Pan sudah punya pacar sekarang..."
……
"Sun Pan sama sekali tidak tahu bahwa di internet dalam negeri sudah banyak cewek yang ingin melahirkan anaknya. Andai tahu, pasti dia sangat senang - ini target akhir hidupnya..."
Saat ini, di lapangan New Wembley, London, bangku cadangan Tim China bergemuruh, sementara di depan gawang, semua orang bergegas mendekatinya. Cao Yun memeluknya dengan penuh semangat, diikuti tepukan dari yang lain.
Saat Hiroshi Kiyotake melakukan tendangan jauh tadi, banyak pemain Tim Olimpiade Tiongkok merasa putus asa, mengira segalanya akan berakhir. Tapi Sun Pan berhasil menghalau bola itu.
Namun ketika bola jatuh di depan Yuki Otsu, mereka kembali yakin ini pasti gol yang tak terelakkan! Tapi Sun Pan lagi-lagi menyelamatkan...
Di mata mereka, Sun Pan saat ini bagaikan dewa yang turun ke bumi.
"Sun Pan, apa kau kerasukan Tuhan?!" tanya mereka dengan bersemangat.
Sun Pan mendengus: "Kemampuan Tuhan belum tentu sebaik kemampuanku. Ini cuma performa normal!"
Terdengar sombong, tapi justru kesombongan Sun Pan itulah yang mereka sukai. Semua pun tertawa gembira.
Mana mungkin Sun Pan yang tidak percaya diri bisa melakukan tiga penyelamatan beruntun?
Bagaimana mungkin dia yang rendah hati bisa menjadi penyelamat Tim China di momen krusial ini?
Orang yang punya alasan untuk sombong, biarkanlah tetap sombong.
……
Guo Bing berdiri di depan bangku cadangan, menyaksikan seluruh proses tiga penyelamatan beruntun Sun Pan dengan jelas. Di sebelahnya, pelatih senior Brozović yang berpengalaman menyangga kepala dengan kedua tangan, rambut putihnya berantakan tertiup angin, terkejut dengan performa luar biasa Sun Pan yang tidak masuk akal. Apalagi dirinya?
Dengan wajah kosong, bayangan "nasihat" Zhou Yi yang pernah disampaikan padanya kembali muncul di pikirannya.
"Setelah Sun Pan dipecat, apakah anggota Tim Olimpiade Tiongkok menerima? Menurutku tidak! Apakah tim masih punya daya tempur? Menurutku juga tidak! Menyaksikan tim berpotensi meraih medali hancur berantakan begini..."
Saat ini, ia sangat bersyukur telah mendengarkan nasihat Zhou Yi dulu, tidak memaksa Sun Pan untuk minta maaf publik yang bisa memicu konflik.
Kini jelas terlihat, peran Sun Pan bagi Tim Olimpiade sama vitalnya dengan Zhou Yi dan He Ying.
Zhou Yi sebagai komandan tim, He Ying sebagai penyelesai serangan, sementara Sun Pan adalah penghalang akhir untuk menghentikan serangan lawan...
Dengan trio inti ini, Tim Olimpiade bisa menembus final.
Andai saat itu kehilangan Sun Pan, formasi tim pasti tidak akan komplet...
Sebagai ketua tim Olimpiade, tentu ia berharap sepak bola Tiongkok bisa membuat terobosan sejarah di masa jabatannya. Syukurlah... Sun Pan masih ada di tim.
……
Penyelamatan Sun Pan membuat tim Jepang mendapatkan tendangan pojok. Tendangan pojok kali ini diarahkan ke luar oleh Guo Nu yang berhasil membayangi. Setelah beberapa kali membuat Sun Pan menjadi pusat perhatian, kali ini gilirannya bersinar. Meski tinggi badannya tidak mencapai 180 cm, dengan lompatan luar biasa, ia berhasil mendahului semua pemain!
Sundulan kepala mengarahkan bola keluar lapangan.
Kedua tim terus saling serang, terutama Jepang yang memanfaatkan penguasaan permainan untuk mendominasi.
Namun Tim China tidak sepenuhnya tertekan. Di bawah kepemimpinan Zhou Yi, mereka mencari celah untuk melancarkan serangan ke gawang Jepang.
Tak lama kemudian Sun Pan kembali melakukan penyelamatan. Saat menangkap tembakan Otsu Yuki, tangannya sedikit terlepas sehingga bola tidak langsung dikuasai. Untung reaksi keduanya sangat cepat, dengan sigap ia menyambar bola yang memantul dan mengamankannya di bawah tubuh. Gerakan lengan kiri yang lincah itu bagai lidah ular yang menyergap mangsa.
"Gol!" He Ping memuji performa Sun Pan. Di internet dalam negeri, pujian juga terus mengalir.
Tapi Zhou Yi mengerutkan alisnya.
Beberapa saat kemudian, serangan Jepang melalui sundulan Sugimoto Takehisa ditepis Sun Pan dengan satu tangan ke mistar gawang. Tim Jepang kembali mendapatkan tendangan pojok.
Komentator terus memuji performa luar biasa Sun Pan yang menjaga gawang tetap bersih. Suporter China di tribun dan di depan televisi berulang kali bersorak "Sun Pan keren banget!", sementara rekan setim di Tim Olimpiade Tiongkok juga menepuk-nepuk bahu Sun Pan sebagai bentuk pujian.
Hanya Zhou Yi yang mendekat dan bertanya dengan suara direndahkan: "Tangan kananmu cedera?"
Sun Pan yang sedang berlagak keren itu tertegun sejenak.
"Kenapa tadi bola itu tidak kautangkis dengan tangan kanan tapi malah pakai tangan kiri? Gerakan tambahan itu membuatmu terlihat kerepotan," lanjut Zhou Yi.
Di bawah tatapan tajam Zhou Yi yang seperti obor, Sun Pan bingung menjawab.
Melihat reaksinya, Zhou Yi langsung tahu tebakannya benar. "Bagaimana kalau kita panggil fisioterapis?" usulnya.
Sun Pan bereaksi keras: "Jangan!" Dalam panik, dia bahkan menggenggam tangan Zhou Yi.
"Kenapa?" Zhou Yi heran dengan reaksinya.
"Nggak parah. Jari-jari agak sakit tapi masih bisa kutahan. Kalau fisioterapis datang, Jepang kecil pasti tahu aku cedera. Dengan kelicikan mereka, pasti akan fokus serang sisi kananku. Justru jadi masalah," jelas Sun Pan serius. "Saat ini, hanya kamu yang tahu."
Suaranya semakin direndahkan.
"Kau pikir semua orang idiot? Lama-lama pasti ketahuan," bantah Zhou Yi tidak setuju.
“Hei, nanti kita lihat. Sekarang sebisa mungkin sembunyikan dulu, kalau mereka benar-benar tahu, waktu pertandingan juga sudah tidak banyak lagi.” Sun Pan mengibaskan tangan. “Intinya ini bukan cedera yang parah. Tadi waktu kena agak sakit, sekarang sudah jauh membaik. Tapi kalau lawan mengira tangan kananku bermasalah dan terus menyerang, bisa-bisa cedera ringan jadi parah.”
Melihat sikap Sun Pan yang teguh, Zhou Yi tidak bisa memaksanya, lagipula dia memang tidak tahu seberapa parah cedera Sun Pan, hanya tahu bahwa dia cedera.
Dia bertanya: “Cederanya waktu tiga penyelamatan berturut-turut?”
Sun Pan mengangguk: “Yang terakhir, jari langsung terbentur. Tendangan si Jepang itu cukup kuat.”
Nada bicaranya santai.
Pada tendangan pojok berikutnya, Sun Pan melompat dan memukul bola keluar dengan tangan kanan. Bola terbang jauh keluar garis lapangan.
Setelah mendarat, Sun Pan bahkan memperlihatkan pose otot ke Zhou Yi, menandakan tubuhnya baik-baik saja. Pemilihan tangan kanan jelas ingin membuktikan ke Zhou Yi bahwa tangannya normal dan bisa melakukan penyelamatan.
Menghadapi Sun Pan seperti ini, Zhou Yi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Tapi di hatinya masih khawatir, kalau Jepang terus memberi pressing ke Sun Pan seperti ini, cepat atau lambat akan bermasalah. Dia juga berpendapat bagian yang cedera sebaiknya tidak dibebani terlalu berat.
Jadi dia perlu membantu Sun Pan.
Tapi dia seorang gelandang, dan pertahanan bukan tugas utamanya, bagaimana cara membantu Sun Pan?
Dia tidak mungkin mundur ke garis gawang dan menggunakan tubuhnya untuk menghadang tembakan, bukan?
Sebenarnya, alasan utama tim Jepang menyerang begitu gencar adalah karena mereka merasa punya harapan dan kesempatan untuk memenangkan pertandingan dan meraih medali emas.
Solusi untuk masalah ini sederhana: jangan biarkan tim Jepang merasa punya harapan untuk menang.
Memikirkan ini, Zhou Yi mengangkat kepala memandang ke atas. Mentari masih tergantung di langit barat tepat di hadapannya, tetap menyilaukan.
Zhou Yi menyipitkan matanya.
Tapi sebenarnya, bagi yang menyerang ke arah matahari, sinarnya tidak sesilau yang dibayangkan orang.
