Maya Yoshida menyodok kosong dan tergelincir ke gawang bersama bola. Baru setelah paku sepatunya tersangkut jaring, ia mencari bola.
Menoleh, bola tergeletak tak jauh di sampingnya.
Di dalam gawang!
Jepang kebobolan!
“A——aaaaaaaa！！” Komentator Jepang menjerit putus asa. "Gol kebobolan! Serangan balik Tim China terlalu tajam! Kami benar-benar tidak punya strategi menghadapi ini! Maya Yoshida sudah mengerahkan seluruh tenaga, tapi tetap tak bisa menghentikan tembakan Wu Lei…"
Nada suaranya dipenuhi kekecewaan dan keputusasaan yang mendalam.
Tidak hanya dia, suporter Jepang di tribun maupun di depan televisi saat itu juga seperti tertampar, murung dan putus asa.
Dari terus-menerus menggempur gawang China yang nyaris mencetak gol, tiba-tiba justru ditusuk dari belakang oleh lawan – perbedaan psikologis ini terlalu besar… Tidak semua orang bisa menerimanya dengan lapang dada.
"Gol! Cantik!" He Ping menggebrak meja sambil melompat dari kursi, mengacungkan tinju. "Tim China unggul!! Tembakan kuat Wu Lei sangat brilian! Dia mengejutkan pertahanan Jepang!"
Setelah mencetak gol, Wu Lei tertegun sejenak – tak menyangka bisa mencetak gol di final Olimpiade. Tapi dia segera tersadar, berbalik lalu berlari ke area bendera sudut. Dalam emosi yang meluap, ia bahkan nekat melepas seragamnya meski risiko kartu kuning!
Para pemain China lainnya berhamburan menyambutnya.
Zhou Yi juga ada di antara mereka. Dengan senyum lebar, ia berlari ke arah Wu Lei meninggalkan Yamaguchi Hotaru di belakang – kali ini Yamaguchi tak bisa lagi mengejarnya...
“Gol yang tak terduga! Sebelumnya Jepang terus mendominasi, serangan mereka di babak kedua sangat gencar, berkali-kali mengancam gawang yang dijaga Sun Pan, tapi yang akhirnya mencetak gol justru China!” ujar Mark Lawrenson dengan kagum.
“Wu Lei! Keren-keren-keren!!”
“Luar biasa, Tim China! Serangan baliknya benar-benar memuaskan! Lihatlah penetrasi Wu Lei, sungguh membangkitkan semangat!”
“Menurutku pemain kita selama ini kurang memiliki keberanian pantang mundur seperti ini. Sekarang akhirnya kulihat pada Tim Olimpiade Tiongkok!”
“Hahaha! Kita unggul! Kita yang memimpin!”
“Ternyata kemampuan tim kita memang sedikit lebih unggul! Serangan baliknya lancar seperti air mengalir!”
Di jagat maya dalam negeri China, sorak-sorai juga memenuhi berbagai platform.
……
Zhou Yi berlari mendekati Wu Lei yang sudah berbalik badan. Melihat Zhou Yi, Wu Lei membuka lengannya dan memeluk Zhou Yi yang mendatanginya.
“Terima kasih!”
Ia mengucapkannya dengan tulus kepada Zhou Yi.
Zhou Yi justru tersenyum: “Gol ini kan hasil penetrasimu sendiri, buat apa berterima kasih padaku?”
“Bagaimanapun juga, terima kasih Zhou Yi!” kata Wu Lei dengan serius.
Rekan setim lainnya berkerumun menyelimuti mereka, bersama-sama merayakan gol ini.
Gol ini memiliki makna khusus bagi Tim China yang sempat kewalahan menghadapi tekanan Jepang.
Saat perayaan, Zhou Yi yang berada di tengah kerumunan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjelaskan rencana berikutnya kepada rekan setim, berharap mendapatkan dukungan mereka.
"Meski sekarang kita unggul, tapi hanya satu gol. Ini bukan skor yang aman. Jadi jika ada kesempatan, kita harus mencetak lebih banyak gol!" Zhou Yi berkata pada rekan setimnya. "Hilangkan semua ketegangan dalam pertandingan ini!"
Zhou Yi yang telah mengambil keputusan tidak berniat bermain sabar lagi dengan Jepang.
……
Saat Tim China selesai merayakan dan kembali ke separuh lapangan, pemain Jepang telah menaruh bola di lingkaran tengah, siap untuk memulai kick-off.
Zhou Yi menengadah melihat langit. Matahari mulai condong ke barat, sebagian kecilnya sudah tertutup atap tribun New Wembley Stadium. Seiring waktu, kondisi bermain kontra cahaya China pasti akan membaik.
Nantinya pengaruhnya terhadap pertahanan juga akan jauh berkurang.
Semuanya mulai membaik. Sebenarnya tanpa gol ini pun, dengan berjalannya waktu pertandingan, situasi juga akan membaik.
Tapi cedera Sun Pan membuat Tim China tidak bisa menunggu lebih lama.
Zhou Yi harus mengobarkan pertempuran di depan gawang lawan, menjauhkan ancaman dari Sun Pan.
Wasit utama meniup peluit, Jepang memulai kick-off, pertandingan dilanjutkan.
Jepang yang menguasai bola masih mengandalkan serangan sayap. Dengan target man di area tengah, tentu mereka bermain bola tinggi.
Tapi kali ini umpan mereka tidak berhasil. Setelah Hiroki Sakai menarik diri ke sayap untuk menyambut bola, dia langsung dibayangi Yang Muge.
Dia mencoba melepaskan diri dari Yang Muge untuk mengumpan silang, tapi gagal. Yang Muge tetap kokoh.
Dia berusaha menembus secara paksa, tapi bola justru direbut oleh tendangan tajam Yang Muge.
Kemudian Tim China segera melakukan transisi dari bertahan ke menyerang, melancarkan serangan balik yang membuat Tim Jepang kewalahan.
Orang yang jeli tiba-tiba menyadari bahwa situasi mulai berubah sejak tiga penyelamatan berturut-turut Sun Pan. Saat itu Tim Jepang yang mendominasi, namun sekarang Tim China-lah yang unggul.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di tengah-tengah ini, atau mengapa terjadi perubahan tiba-tiba ini. Orang hanya bisa berspekulasi bahwa mungkin karena 15 menit pertama pertandingan Tim Jepang menyerang terlalu ganas, mereka perlu menyesuaikan ritme permainan sehingga memberi kesempatan bagi Tim China untuk menyerang balik.
Komentator Jepang menganut pandangan ini. Dalam siarannya dia mendorong timnya untuk tidak kehilangan semangat meski kebobolan, sekaligus memberitahu suporter Jepang di depan televisi bahwa kesulitan yang dihadapi tim saat ini bersifat sementara. Meskipun secara permainan terlihat seperti Tim China berhasil menyamakan kedudukan, ini justru baik bagi Tim Jepang karena bisa beristirahat sejenak dan mengambil napas. Begitu tim pulih, mereka akan kembali menggunakan lari gila-gilaan dan pressing untuk mengancam gawang Tim China.
Ide yang bagus, tapi kenyataan tidak selalu mengikuti keinginan sepihak seperti ini...
……
Menit ke-71, Tim China kembali melancarkan serangan. Kali ini bukan serangan balik karena Tim Jepang mundur dengan sangat cepat. Kecuali Yamaguchi Hotaru yang masih berusaha merebut bola dari Zhou Yi di depan, pemain lain semuanya mundur ke zona 30 meter mereka sendiri.
Saat Tim China maju ke area depan dengan operan pendek, Tim Jepang sudah siap siaga di sekitar area penalti mereka sendiri.
Di tengah operan beruntun, Tim China tampaknya tidak memiliki kesempatan yang terlalu baik.
Jepang menyusun pertahanan di depan area penalti yang terdiri dari empat bek dan garis gelandang.
Selain empat bek, Jepang menggunakan formasi dua gelandang bertahan dalam pertandingan ini. Salah satunya, Yamaguchi Hotaru, khusus bertugas menjaga Zhou Yi, sementara gelandang bertahan lainnya, Furahashi Daichi, bertanggung jawab atas pertahanan lini tengah rutin.
Di area tengah, pertahanan mereka sangat rapat.
Menghadapi formasi pertahanan Jepang yang dirancang matang, Tim China hanya melakukan operan menyamping selama dua putaran tanpa maju. Menurut Zhou Yi, operan ke depan berarti risiko kebobolan - dia tidak menemukan celah jelas di pertahanan Jepang.
Namun ketika bola sampai di kaki Zhang Linpeng, bek sayap yang agak impulsif dalam karakter dan temperamen ini tidak bisa menahan diri. Baginya, terus mengoper ke samping tidak akan mengubah situasi - terkadang perlu mengambil risiko.
Menurutnya, inilah saatnya untuk mengambil risiko.
Langsung dia melepaskan umpan silang ke area penalti.
"Tim China melakukan umpan silang!" teriak komentator Jepang.
He Ying melakukan serangan ke depan gawang, tapi bola sudah dipotong oleh Yoshida Maya dengan sundulan sebelum mencapai kepalanya.
Bola meluncur langsung ke luar area penalti.
Serangan Tim China gagal. Penguasaan bola akan beralih.
Melihat kejadian ini, banyak yang pasti langsung terpikir hal yang sama.
Tapi seseorang berhasil menghapus pikiran itu dari benak banyak orang.
……
Saat Zhang Linpeng melakukan umpan silang, Zhou Yi yang sudah berlari ke area penalti tepat berada di jalur terbang bola, tapi bukan di titik jatuhnya. Titik jatuh bola berada di belakangnya, artinya bola akan Hampir Bertemu dengannya namun tak tersentuh.
Tepat saat semua orang berpikir demikian, Zhou Yi yang sedang berlari ke depan secara alami menggerakkan kaki ke belakang, menyentuh bola dengan betis bagian atas. Bola pun membentur sisi luar kakinya, melambat, lalu memantul.
Hal ini membuat Shinohara Takahiro - gelandang bertahan Tim Olimpiade Jepang yang sedang mengejar bola - tidak berhasil menyentuh bola!
Bola dan pemain melintas di sampingnya. Dengan gerakan mengerem mendadak, ia melihat Yamaguchi Hotaru dan sedikit lega - rekan gelandang bertahannya masih setia mendampingi Zhou Yi, membuat Zhou Yi tidak mudah melepaskan diri!
Benar saja, menyaksikan Zhou Yi menyambar bola dengan gerakan tak lazim, Yamaguchi Hotaru langsung bereaksi dengan memfokuskan perhatian pada bola.
Karena Zhou Yi hanya menahan bola tanpa menghentak kuat, bola tidak melambung melewati kepala siapa pun. Bola memantul dan jatuh di belakang Zhou Yi dan Yamaguchi Hotaru.
Yamaguchi Hotaru berhenti mendadak, berbalik, dan mengulurkan kaki untuk menyodok bola.
Bersamaan, Zhou Yi juga berputar setengah badan dan mengulurkan kaki kanannya, mengait bola lebih dulu dari Yamaguchi Hotaru!
Bola pun terbang melampaui kaki Yamaguchi Hotaru!
"Wah! Cantik!" seru He Ping terkagum.
Bola yang melewati Hotaru Yamaguchi menyentuh seragam Zhou Yi dan mendarat di depannya.
Dengan sebuah umpan tipuan yang tampak biasa, Zhou Yi berhasil melakukan giring dan penyesuaian posisi.
Pada saat ini, Zhou Yi bisa memutar tubuhnya menghadap arah serangan!
Zhou Yi mengayunkan kaki untuk akselerasi, menyusul bola sambil berlari, lalu menginjak bola dengan sol kanannya yang terangkat tinggi, menerobos bek tengah Jepang Yuhei Tokuhisa masuk ke area penalti!
"Zhou Yi! Dia masuk!" teriak komentator Jepang panik. "Hentikan dia, blokir dia!!"
Bola yang diinjak paksa Zhou Yi terpantul liar setelah menyentuh tanah, seperti anak nakal yang enggan patuh.
Begitu bola terpantul, sol sepatu Zhou Yi kembali menginjaknya. Tanpa tenaga berlebihan, penyesuaian alami selama berlari membuat bola memantul akibat gaya berlawanan.
Dua kali sentuhan membuat bola lebih terkendali, namun masih terpantul-pantul alih-alih menggelinding di rumput. Terlalu banyak penyesuaian bisa merusak timing terbaik.
Di titik penalti, Zhou Yi dan bolanya telah menembus lini pertahanan Jepang. Penghadang terakhir adalah kiper Shuichi Gonda yang kembali meninggalkan gawang.
Maya Yoshida menyambar dari sisi lain, berusaha menghalangi jalur dalam Zhou Yi untuk mencegah tembakan!
"Ketika dia hampir menempel Zhou Yi, Zhou Yi mengangkat kaki kanannya untuk ketiga kalinya. Kali ini bukan menginjak bola ke bawah, melainkan menyundul bola ke atas dengan ujung kaki!"
Bola yang terangkat itu melampaui kiper Shūichi Gonda yang keluar, membentuk parabola, dan jatuh perlahan ke gawang di belakangnya!
Kecepatannya tidak terlalu tinggi. Maya Yoshida baru sadar dia melakukan kesalahan lagi - seharusnya dia langsung menuju gawang, sehingga punya kesempatan menahan tembakan lambat ini.
Tapi sekarang, mustahil baginya berbalik arah di tengah jalan. Dia hanya bisa menatap bola yang melintasi garis gawang dengan gerakan slow motion... masuk ke sudut belakang gawang!
"Aaaaaaaaaa!!!" Teriakan ini bukan dari komentator Jepang, melainkan He Ping, komentator China!
"3-1! 3-1!!! Zhou Yi! Tim Olimpiade Tiongkok unggul dua gol atas Jepang!!"
Teriakan parau histerisnya bergema di kursi komentator New Wembley Stadium.
