"Assist Zhou Yi untuk Reus mencetak gol! Dari assist ini terlihat kondisi Zhou Yi masih sangat baik. Dia aktif berlari di lapangan, fisiknya terlihat kuat... Pengaruh Olimpiade seolah sudah tidak terlihat sama sekali!" Saat Reus mencetak gol, He Ping secara khusus menyoroti performa Zhou Yi.
Suporter China juga paling memperhatikan kondisi Zhou Yi.
Assist ini menunjukkan Zhou Yi dalam kondisi normal.
Borussia Dortmund yang unggul di menit ke-11 terus melancarkan serangan ke gawang Werder Bremen.
Tiga puluh menit kemudian tepatnya di menit ke-41, Dortmund kembali mencetak gol. Kali ini pencetak gol adalah Götze dengan assist dari Robert Lewandowski.
Dortmund mengakhiri babak pertama dengan keunggulan 2-0. Hasil pertandingan ini praktis sudah tidak ada ketegangan lagi.
Setelah bertukar sisi lapangan di babak kedua, Dortmund memperlambat ritme permainan dan kecepatan serangan. Zhou Yi ditarik keluar di menit ke-66, mendapat standing applause dan sorakan dari seluruh penonton.
Namun pergantian Zhou Yi yang terlalu dini memicu spekulasi bahwa stamina pemain mungkin belum sepenuhnya pulih ke kondisi terbaiknya. Hal ini wajar mengingat baru saja menyelesaikan Olimpiade dan langsung menjalani latihan tanpa istirahat, mustahil kondisi fisiknya tetap prima.
Setelah Zhou Yi keluar lapangan, Borussia Dortmund tidak mencetak gol lagi. Akhirnya mereka mengalahkan Werder Bremen 2:0 di kandang sendiri, meski bukan kemenangan telak tapi tetap tergolong mudah.
……
Dua hari kemudian, kompetisi liga-liga top Eropa bergulir. Di matchday pertama Bundesliga, selain Zhou Yi ada satu pemain China lain yang tampil. Yang Muge masuk dalam starting lineup saat Schalke 04 menghadapi Hannover 96. Sayangnya timnya gagal meraih kemenangan, Schalke 04 yang sempat tertinggal di kandang lawan akhirnya bermain imbang 2:2, sementara Yang Muge tampil penuh 90 menit.
Di waktu yang sama, La Liga juga memasuki matchday kedua.
Sun Pan masih belum bisa mewakili Atletico Madrid karena cedera. Atletico Madrid meraih kemenangan besar 4:0 atas Athletic Bilbao di kandang sendiri.
Namun sorotan lebih tertuju pada He Ying.
Pada matchday kedua, Barcelona bertandang ke Osasuna. He Ying tetap tidak masuk dalam daftar pemain untuk pertandingan ini.
Akhirnya Barcelona berhasil membalikkan keadaan dari tertinggal 0-1 di babak pertama menjadi menang 2-1 dengan mencetak dua gol beruntun.
Liga Serie A juga sedang berlangsung, tim Siena tempat Guo Nu bermain bermain imbang 0-0 melawan Torino di kandang sendiri. Sebagai bek tengah utama di lini pertahanan, performa Guo Nu tentu sangat mengesankan dengan membantu timnya menjaga gawang tetap bersih dari lawan.
Setelah babak ligi Eropa ini selesai, acara yang paling dinantikan adalah pengundian grup Champions Eropa.
Champions Eropa selalu menjadi salah satu kompetisi paling ditunggu suporter China, karena ini adalah turnamen sepak bola tingkat tertinggi saat ini.
Namun kali ini, perhatian khusus datang dari suporter dan media China, karena musim ini Champions Eropa akan mencatat sejarah dengan keikutsertaan empat pemain China sekaligus - pertama kalinya dalam sejarah.
Sebelumnya tidak pernah ada dua pemain China yang tampil bersama di Champions Eropa dalam satu musim. Sun Xiang dan Sun Hai pernah mewakili tim mereka di Champions Eropa, tapi tidak pernah dalam musim yang sama.
Bagaimana dengan kali ini? Zhou Yi sudah jelas, ini akan menjadi partisipasi ketiganya secara beruntun di Champions Eropa.
Berkat performa gemilang musim lalu, Schalke 04 lolos ke Champions Eropa musim ini, sehingga Yang Muge sebagai anggota Schalke 04 juga akan berpartisipasi.
Atletico Madrid tempat Sun Pan bermain tidak hanya memenangkan Liga Champions musim lalu, tapi juga finis di posisi ketiga ligi yang mengantarkan mereka langsung ke babak utama Champions Eropa.
He Ying di Barcelona juga telah didaftarkan oleh Vilanova dalam daftar registrasi pemain Champions Eropa.
Di saat yang sama ada empat pemain China yang bisa bermain di Champions Eropa, suporter China untuk pertama kalinya merasa sangat beruntung. Bagi mereka, Champions Eropa bukan lagi panggung megah para bintang lapangan yang tak terjangkau, tapi kini punya lebih banyak alasan untuk diikuti dengan penuh antusiasme...
Pemain China pertama yang diundi adalah Yang Muge. Schalke 04 tempatnya bermain masuk Grup B bersama Arsenal, Olympiakos, dan Montpellier. Secara keseluruhan, kemampuan tim di grup ini sebenarnya tidak terlalu kuat. Jika Schalke 04 tampil maksimal, masih mungkin lolos dari grup ini sebagai runner-up.
Atletico Madrid tempat Sun Pan bermain masuk Grup F bersama Bayern München, Lille, dan BATE Borisov. Di grup ini hanya Bayern yang benar-benar kuat. Jadi Atletico Madrid memiliki tingkat kelolosan yang cukup besar dari fase grup.
Hasil pengundian Barcelona justru lebih menguntungkan. Mereka masuk Grup G bersama Spartak Moskow, Celtic, dan Benfica. Grup ini adalah yang paling tidak ada ketegangan. Dengan kemampuan Barcelona, jika sampai gagal lolos grup, pasti akan menjadi gempa besar...
Nasib terburuk di antara keempat orang itu dialami Zhou Yi. Borussia Dortmund tempatnya bermain masuk Grup D bersama Real Madrid, Manchester City, dan Ajax.
Tim terakhir yang diundi di grup ini adalah Borussia Dortmund dari peringkat ketiga. Ketika tamu undian mengumumkan Dortmund ditempatkan di Grup D, riuh rendah yang ambigu bergemuruh di lokasi. Ada yang tertawa terbahak-bahak, ada yang terkesiap, ada pula yang menggelengkan kepala sambil menghela napas - Frank de Boer, pelatih Ajax.
Karena dalam grup ini, Ajax jelas merupakan tim terlemah yang menjadi sasaran perolehan poin bagi tiga tim lainnya... Perasaan menjadi daging di atas talenan ini sangatlah tidak mengenakkan...
"Grup kematian!" seru komentator He Ping yang menyiarkan langsung upacara undian. "Dortmund jatuh ke grup kematian! Empat juara liga berkumpul dalam satu grup! Tidak ada 'grup kematian' yang lebih mengerikan dari ini!"
Dia tidak salah, grup ini pantas menyandang gelar "grup kematian" sesungguhnya.
Marcel Leif, komentator stasiun TV Jerman yang juga menyiarkan langsung upacara undian, bahkan menyebut ini setara dengan grup kematian musim 1998-1999 dalam sejarah Champions Eropa.
Grup kematian paling mencekam dalam sejarah Champions Eropa yang diakui secara universal lahir pada musim 1998-1999, kebetulan grup itu juga berlabel D.
Saat itu Bayern München, Manchester United, dan Barcelona yang merupakan juara liga masing-masing berada dalam satu grup, ditambah Brøndby IF juara liga Denmark. Konfigurasi ini sangat mirip dengan situasi grup D sekarang yang terdiri dari juara La Liga, Liga Premier, Bundesliga, plus Ajax juara Eredivisie musim lalu. Sejujurnya, Ajax baik dari segi sejarah maupun kemampuan tim jauh lebih kuat dibanding Brøndby IF, bahkan bisa dikatakan "tingkat kematian" grup D saat ini melebihi pendahulunya.
Pada grup D Champions Eropa musim 1998-1999, Bayern München meraih 11 poin dari 6 pertandingan dan lolos sebagai juara grup. Manchester United di posisi kedua dengan 10 poin. Barcelona yang hanya meraih 3 poin harus tersingkir, sungguh memprihatinkan. Bahkan Brøndby IF yang dianggap hanya sebagai peran "pendamping pangeran" dalam grup ini berhasil meraih satu kemenangan.
Hal ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan di grup tersebut.
Final Champions Eropa musim itu pun mempertemukan dua tim yang lolos dari grup ini. Manchester United mengalahkan Bayern München dengan gol penutup di menit-menit terakhir, meraih gelar Champions Eropa pertama mereka sekaligus menyelesaikan treble winner sejarah, menjadikan final tersebut sebagai momen legendaris yang terus dikenang.
Sebenarnya pada musim itu, Grup D Champions Eropa juga memiliki banyak pertandingan klasik. Manchester United dan Barcelona bermain imbang 3-3 dengan gol dari generasi emas Scholes, Giggs, dan David Beckham; Manchester United juga bermain imbang 2-2 dengan Bayern München, dimana gol bunuh diri Sheringham di menit akhir seolah digerakkan oleh tangan tak terlihat... Di Camp Nou, Barcelona dan Manchester United kembali menghadirkan pesta gol 3-3.
Dengan begitu banyak pertandingan legendaris, dua tim final berasal dari grup ini, membuat Grup D musim itu mendapatkan reputasi besar.
Sejak saat itu, Champions Eropa memang memiliki beberapa grup yang dijuluki "grup kematian", namun tidak ada hasil pengundian grup di musim manapun yang bisa menandingi Grup D tahun 1998-1999.
Baru pada musim ini dengan Grup D yang berisi Real Madrid, Manchester City, Borussia Dortmund, dan Ajax, akhirnya muncul grup kematian yang setara baik dari segi reputasi tim, kemampuan tim, maupun konfigurasinya dengan Grup D musim 1998-1999.
Musim lalu, Bayern München, Villarreal, Manchester City, dan Napoli yang mewakili empat liga top berada dalam satu grup, juga disebut grup kematian. Dua musim sebelumnya, juara bertahan Inter Milan, Borussia Dortmund, Valencia, dan Twente dianggap sebagai grup kematian. Namun semua grup kematian ini masih kalah dibandingkan dengan Grup D musim ini...
"Dalam grup ini, Real Madrid musim lalu di bawah kepimpinan Mourinho berhasil merebut gelar liga dari Barcelona. Tim Mourinho telah melewati masa penyesuaian dan memasuki periode kondisi terbaik. Mereka juga pernah memenangkan Champions Eropa sebanyak sembilan kali, menjadi tim dengan gelar terbanyak, memiliki pengalaman sangat kaya di Champions Eropa."
"Meski tidak semenakutkan sepuluh tahun lalu, Ajax tetap memiliki empat kali pengalaman menjuarai Champions Eropa. Musim lalu mereka bahkan mencatatkan rekor 14 kemenangan beruntun di liga domestik, tetap menjadi lawan yang patut diwaspadai."
"Borussia Dortmund selama dua tahun berturut-turut mengalahkan Bayern München di Bundesliga untuk meraih gelar juara. Performa mereka di Champions Eropa juga semakin baik tiap tahun, bahkan musim lalu berhasil mencapai semifinal sebelum akhirnya dikalahkan Chelsea yang kemudian menjadi juara."
"Dengan dukungan finansial besar, Manchester City memiliki skuad penuh bintang dan kemampuan yang sangat kuat. Musim lalu mereka menghancurkan rival sekota Manchester United, mengalahkan Chelsea dan Liverpool, memecahkan dominasi empat besar tradisional Liga Premier, dan kini pasti akan fokus lebih ke Champions Eropa setelah meraih gelar liga."
"Setiap tim di grup ini sulit ditaklukkan. Setiap pertandingan akan sangat berat, setiap poin dan setiap gol mungkin menjadi penentu krusial."
……
"Goblok, Zhou Yi lu baru saja ngapain sih? Nasib lu kok sial banget!" Di grup QQ, Sun Pan mengeluarkan keluhan.
Lima teman tidak ada yang pergi ke lokasi pengundian Champions Eropa. Mereka menonton siaran langsung TV di rumah masing-masing sambil mengobrol di grup.
Setiap kali ada tim yang ditarik, mereka langsung berdiskusi sebentar, menganalisis situasi grup tersebut, tim mana yang perlu diwaspadai...
Baik grup Yang Muge, Sun Pan, maupun He Ying sebenarnya tidak ada yang istimewa. Situasi sudah jelas sejak hasil pengundian keluar. Kecuali ada kejutan besar, tidak akan ada ketegangan.
Hanya saat hasil pengundian grup Zhou Yi diumumkan, grup chat langsung gempar.
"Real Madrid-nya Mourinho sedang dalam kondisi prima, Manchester City-nya Mancini punya banyak bintang, ditambah Ajax yang terlihat lemah tapi bisa bikin kalah memalukan jika diremehkan... Grup ini benar-benar sulit..." Yang Muge juga khawatir dengan takdir Zhou Yi.
Tapi Zhou Yi justru santai: "Ada apa? Lupa bagaimana kita dapat medali emas Olimpiade? Jangan ragu-ragu, langsung serang, hadapi frontal!"
