Setelah acara pengundian grup, dilanjutkan upacara penyerahan medali untuk pemain terbaik klub Eropa musim lalu.
Penghargaan ini didirikan tahun lalu untuk menghidupkan kembali tradisi Ballon d'Or Eropa, bersaing dengan FIFA Ballon d'Or. Ini adalah langkah Presiden UEFA Platini setelah Ballon d'Or Eropa diambil alih FIFA.
Penghargaan Pemain Terbaik Klub Eropa dipilih melalui proses pemungutan suara dua tahap. Pada tahap pertama, 53 wartawan dari negara-negara Eropa memilih tiga finalis, yang kemudian menjalani pemungutan suara langsung saat acara penghargaan untuk menentukan pemenang.
Penghargaan ini terbuka untuk semua pemain yang bermain di klub anggota UEFA, tanpa memandang kewarganegaraan. Pertimbangan mencakup performa pemain di level domestik, internasional, klub, maupun timnas.
Pada pemilihan pertama tahun lalu, Zhou Yi menjadi satu-satunya pemain China yang masuk nominasi. Ia menempati peringkat ke-27, masih jauh dari tiga besar.
Kali ini, Zhou tidak sendirian. Kiper Atletico Madrid, Sun Pan, juga masuk nominasi berkat performa gemilangnya di La Liga dan Liga Europa.
Namun keduanya tetap belum bisa bersaing di level tertinggi.
Zhou bahkan tidak perlu hadir ke acara tersebut karena tidak masuk tiga besar. Meski tampil luar biasa untuk Borussia Dortmund, performanya masih dianggap kurang meyakinkan dibanding tiga finalis.
Tiga finalis tersebut adalah Iniesta dan Messi dari Barcelona, serta Cristiano Ronaldo dari Real Madrid.
Ketiganya merupakan trio terbaik dunia sepakbola saat ini, suatu fakta yang tak terbantahkan.
Zhou Yi masih memiliki jalan panjang untuk menjadi salah satu dari tiga bintang sepak bola terhebat di dunia. Tentu saja, dia masih muda...
Meski Chelsea adalah juara Champions Eropa musim lalu, tidak ada pemain mereka yang masuk dalam daftar tiga kandidat. Karena ini bukan penilaian pemain Champions Eropa saja, melainkan pemain terbaik di semua kompetisi sepanjang musim.
Walau Barcelona dieliminasi oleh Borussia Dortmund dan Real Madrid tersingkir oleh Bayern München, kilau Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo terlalu gemilang sehingga masuk dalam daftar akhir sangat wajar.
Iniesta juga mendapat perhatian wartawan berkat peran penting yang tak tergantikan di Barcelona.
Sebelum pengumuman hasil akhir, tiga kandidat secara bergiliran dipanggil ke panggung. Presenter melakukan wawancara singkat dengan Iniesta, Messi, dan Cristiano Ronaldo.
Saat mewawancarai sang Portugal, presenter mengajukan pertanyaan yang memicu gelak tawa penonton: "Cristiano, bagaimana pendapatmu tentang hasil pengundian grup Real Madrid di Champions Eropa musim ini?"
Pertanyaan seperti ini biasanya diajukan wartawan kepada pemain setelah acara pengundian dan penghargaan selesai. Tak disangka presenter langsung berperan sebagai wartawan dan menanyakan hal ini di depan umum.
Jelas, semua orang tertarik dengan grup kematian yang dianggap salah satu yang paling mengerikan sepanjang sejarah ini.
Di tengah tawa semua orang, pria Portugal itu menggelengkan kepala dengan senyum pasrah. Kemudian menghadap mikrofon presenter, ia mengangkat bahu dan berkata: "Grup ini memang sangat sulit, setiap lawan sangat kuat. Tapi sebagai juara La Liga musim lalu, kami memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi tantangan dari musuh kuat mana pun."
Jawaban ini sekilas terdengar biasa-biasa saja, tapi jika direnungkan lebih dalam, sebenarnya menyiratkan ambisi dan kepercayaan diri si Portugal. Karena dia menggunakan kata "tantangan" - biasanya siapa yang akan ditantang? Tentu saja tim dengan kemampuan terkuat dan posisi tertinggi yang akan menghadapi tantangan, artinya menurutnya di grup ini Real Madrid adalah yang terkuat.
Presenter cantik hari ini sepertinya sengaja ingin menjebak. Setelah bertanya ke Cristiano Ronaldo, dia memutar mikrofon ke Lionel Messi yang berada di samping si Portugal. Namun pertanyaannya untuk Messi tidak terkait Barcelona, malah tentang Real Madrid: "Jadi Leo, sebagai pemain Barcelona, bagaimana pendapatmu tentang Real Madrid yang masuk ke grup kematian?"
Kecantikan selalu mendapat hak istimewa. Pertanyaan seperti ini jika diajukan pria paruh baya berbadan gemak dengan kepala botak, mungkin sudah lama ditolak Messi dengan diam. Tapi ketika presenter cantik itu mengajukan pertanyaan dengan senyum licik di wajahnya, Messi tak enak hati untuk menolak.
Setelah tawa hadirin mereda, dia menjawab sambil tersenyum: "Di grup kematian segalanya mungkin terjadi. Menurut saya dalam kompetisi level ini, kemampuan tim dan keberuntungan sama pentingnya."
Jawaban ini terkesan menghindar, menunjukkan keengganan untuk menjawab langsung pertanyaan tersebut.
Presenter cantik itu tahu harus berhenti di titik yang tepat, tidak melanjutkan pertanyaan lebih lanjut.
Dengan demikian melewati dua orang tersebut, mengakhiri sesi wawancara.
Terakhir adalah pemungutan suara langsung untuk mengumumkan pemenang penghargaan.
Di atas panggung, Messi dan Cristiano Ronaldo yang terlihat seperti pemeran utama justru tak ada yang memenangkannya. Pemenang akhirnya adalah Iniesta yang rendah hati di samping mereka.
Hasil ini seolah membuktikan bahwa penghargaan Pemain Terbaik Klub Eropa lebih profesional dibanding Ballon d'Or FIFA.
Saat Messi dan Cristiano Ronaldo mendominasi Ballon d'Or FIFA dan pendahulunya Pemain Terbaik Dunia, banyak yang merasa kasihan pada Xavi, Iniesta, Sneijder dkk. Para pakar berpendapat kontribusi pemain-pemain ini tidak kalah penting, namun dua nama terakhir lebih unggul dalam pemungutan suara karena popularitas global yang lebih tinggi.
Contohnya pada tahun 2010, penghargaan Pemain Terbaik Dunia akhirnya diberikan kepada Messi, namun hasil ini menuai banyak kontroversi.
Pemilihan Pemain Terbaik FIFA tahun 2010 adalah edisi pertama setelah penggabungan Penghargaan Pemain Terbaik Dunia FIFA dan Ballon d'Or Eropa. Hak suara terbagi menjadi tiga bagian: Pelatih timnas, kapten timnas, dan wartawan media masing-masing memiliki hak suara sepertiga. Hal ini menyebabkan suara media yang lebih profesional hanya menjadi minoritas. Akhirnya Lionel Messi yang lebih populer memenangkan FIFA Ballon d'Or tahun itu, yang merupakan gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA.
Pada tahun 2010, Messi tidak meraih gelar apa pun bersama klub Barcelona maupun timnas Argentina. Menurut banyak pakar, dalam penilaian pemain terbaik tahunan, posisinya hampir tidak relevan. Xavi yang menjadi inti gelandang ganda untuk timnas Spanyol dan Barcelona, serta Wesley Sneijder yang menjadi inti gelandang ganda untuk timnas Belanda dan Inter Milan, dinilai lebih layak memenangkan Ballon d'Or FIFA.
Xavi memimpin timnas Spanyol meraih gelar juara Piala Dunia Afrika Selatan yang bersejarah. Sementara Sneijder tidak hanya membawa timnas Belanda lolos ke final Piala Dunia untuk ketiga kalinya dalam sejarah, tetapi juga memimpin Inter Milan meraih treble winner di Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions.
Hasil akhirnya, Messi yang tidak menunjukkan performa meyakinkan justru memenangkan Ballon d'Or berkat popularitas yang lebih besar.
Hasil ini memicu banyak protes dan melahirkan ide Platini untuk menghidupkan kembali pemilihan Ballon d'Or Eropa. Karena nama "Ballon d'Or" sudah menjadi milik FIFA, UEFA kemudian menciptakan nama baru yaitu "Pemain Terbaik Klub Eropa". Trofi pun tidak lagi menggunakan desain klasik bola emas, melainkan berbentuk seragam pemain yang mengangkat tangan.
Tahun 2011 menjadi penyelenggaraan pertama. Lionel Messi terpilih dengan 39 suara. Musim 2010-2011 Barcelona meraih gelar Champions Eropa, Messi menjadi top skor. Prestasi ini membuat kemenangannya jauh lebih meyakinkan dibanding setahun sebelumnya. Dalam pemilihan ini, ada insiden menarik. Cristiano Ronaldo, bintang Real Madrid yang terkenal percaya diri namun terlalu arogan, hanya mendapat 3 suara dalam voting akhir. Setelah angka ini terbongkar, banyak ejekan mengarah padanya. Di China, pemain Portugal ini bahkan dijuluki "Luo Sanpiao" (Tiga Suara)... Sungguh memalukan.
……
Setelah upacara penghargaan, media segera merilis peringkat 10 besar finalis Pemain Terbaik Klub Eropa di internet.
Yang mengejutkan banyak suporter dan wartawan China - mereka menemukan nama familiar di 10 besar: Zhou Yi.
Ya, dibandingkan dengan peringkat ke-27 setahun lalu, kemajuan Zhou Yi dalam setahun ini sangat pesat, bagai meluncur seperti roket, pantas disebut sebagai pemain dengan perkembangan tercepat di peta sepakbola Eropa. Peringkat akhirnya tepat di posisi kesepuluh.
Di atasnya berturut-turut adalah Falcao di peringkat kesembilan, Cech kedelapan, Drogba ketujuh, Casillas keenam, Xavi kelima, Pirlo keempat, Messi dan Cristiano Ronaldo yang berbagi posisi runner-up, serta Iniesta yang terpilih sebagai Man of the Match.
Sepuluh nama ini dipilih oleh wartawan media paling otoritatif di Eropa, dengan kata lain, mereka diakui secara resmi sebagai sepuluh pesepakbola terkuat di dunia saat ini.
Dan Zhou Yi adalah salah satu dari sepuluh orang terkuat itu!
Ini benar-benar mengejutkan suporter dan wartawan China. Mereka tahu Zhou Yi hebat, tapi banyak yang khawatir penilaian terhadapnya mengandung pertimbangan subjektif karena kesamaan kebangsaan. Ternyata... apresiasi orang Eropa terhadap Zhou Yi bahkan melebihi ekspektasi banyak orang di tanah air!
