Setelah kembali ke dalam negeri, Zhou Yi dan rekan setim di timnas berkumpul di basis pelatihan sepak bola Pulau Chongming Shanghai. Seminggu kemudian, mereka akan berangkat dari sini ke Tokyo Jepang untuk menantang timnas Jepang.
Setelah kembali ke timnas, Zhou Yi disambut hangat oleh rekan setim. Di tim ini, meski masih muda, dia memiliki wibawa yang sangat tinggi. Wibawa ini tidak diperoleh dengan cara menjilat manajer tim atau pelatih, membentuk klik, atau bermain politik, tapi diraih melalui performanya selama latihan dan pertandingan.
Performa latihan dan pertandingan yang dimaksud juga bukan penampilannya di Borussia Dortmund. Sejujurnya, Zhou Yi di Dortmund masih jauh dari level pemain timnas. Performanya di klub luar negeri tidak otomatis berkorelasi dengan posisinya di timnas.
Jika seorang pemain tampil bak dewa di klub, tapi berubah jadi pengecut saat di timnas, tak bisa diandalkan saat dibutuhkan - mana mungkin pemain seperti ini dipercaya rekan setim? Sekalipun pelatih kepala mendukungnya, bisa memicu penolakan dari pemain lain.
Karena itu Zhou Yi benar-benar memenangkan kepercayaan semua orang melalui performa nyata di timnas.
Semua tahu meski masih muda, dia adalah sosok yang selalu bisa diandalkan kapan pun.
Pada Piala Asia tahun lalu, jika bukan karena dia, Tim China bahkan tidak mungkin lolos grup, apalagi mencapai final.
Di Olimpiade tahun ini, sekali lagi tanpa kontribusinya, Tim China pasti tidak akan meraih medali emas berharga itu.
Pemain muda Tim Olimpiade lainnya yang baru bergabung dengan timnas tidak mendapat perlakuan istimewa seperti Zhou Yi. Meski para senior di timnas menyambut kedatangan mereka dengan sopan, sambutan tersebut berbeda dengan rasa suka tulus yang mereka berikan kepada Zhou Yi.
Meski pemain muda Tim Olimpiade meraih emas di Olimpiade yang menjadi kebanggaan sepak bola Tiongkok, rekam jejak mereka di timnas masih nol. Mereka perlu membuktikan diri layak bergabung. Sebelum berlatih dan bertanding bersama, banyak anggota timnas mungkin masih memandang mereka dengan skeptis walau tak diungkapkan terang-terangan.
Apalagi para pendatang baru ini bisa merebut posisi para senior. Sungguh teladan moral jika ada yang benar-benar menerima mereka dengan lapang dada tanpa syarat.
Namun ini bukan berarti timnas menganut sistem senioritas. Yang berlaku adalah sistem meritokrasi. Jika para pemain baru menunjukkan performa luar biasa baik dalam latihan maupun pertandingan, para pemain timnas akan menerima mereka seperti saat menerima Zhou Yi dulu. Ketika Zhou Yi pertama kali bergabung, banyak yang mengamatinya dengan rasa ingin tahu dan keraguan. Namun Zhou Yi hanya butuh satu sesi latihan untuk menaklukkan semua orang...
Di basis pelatihan sepak bola Pulau Chongming, semua orang tengah fokus mempersiapkan pertandingan melawan Jepang. Selain latihan di lapangan, tim pelatih juga memutarkan rekaman pertandingan terakhir Jepang kepada para pemain untuk mempelajari dan menganalisis lawan.
Jumlah wartawan yang meliput latihan Tim China sangat banyak. Ini merupakan pertama kalinya Tim China berpartisipasi dalam babak 10 besar Kualifikasi Piala Dunia setelah absen selama dua edisi sebelumnya. Setelah menjadi penonton selama delapan tahun, kini mereka turun langsung sebagai peserta, tentu menyita perhatian seluruh suporter China.
Media yang meliput latihan Tim China berharap dapat melihat jejak taktik dan formasi yang akan digunakan melawan Jepang selama sesi latihan.
Sayangnya, setiap sesi latihan hanya dibuka untuk wartawan media selama 15 menit. Durasi tersebut umumnya hanya berisi pemanasan atau latihan tembakan yang tidak menyentuh aspek taktis sama sekali.
Bahkan pertandingan uji coba internal pun sepenuhnya tertutup. Untuk mencegah penyusupan informasi, Gao Hongbo sampai meminta staf basis pelatihan memasang tirai di sekeliling lapangan latihan agar wartawan tidak bisa mengintip.
Dengan pengamanan ketat seperti ini, informasi yang didapat wartawan sangat minim. Wajar jika media di China tidak terlalu bersimpati pada Gao Hongbo - sikapnya yang tidak ramah pada wartawan lebih mirip mengantisipasi maling daripada sekadar mencegah kebocoran strategi.
Namun karena pertahanan yang begitu ketat, wartawan China-Jepang pun tidak bisa mendapatkan informasi lebih banyak tentang Tim China. Dalam tim China yang akan bertandang ke Jepang, apakah formasi pemain utama akan berbeda jauh dibanding dua pertandingan sebelumnya? Apakah pemain muda Tim Olimpiade yang baru dipanggil akan semua tampil sebagai starter?
……
Setelah menyelesaikan pelatihan konsentrasi di Shanghai, Tim China berangkat ke Jepang. Di bandara, banyak suporter datang untuk melepas mereka.
Sebenarnya di grup ini, situasi Tim China yang menang dua dari dua pertandingan masih baik dengan enam poin di peringkat kedua. Posisi pertama dipegang Jepang dengan dua kemenangan dan satu seri (tujuh poin), tapi kunci utamanya adalah Jepang sudah bermain lebih satu pertandingan dan hanya unggul satu poin.
Asalkan Tim China tidak kalah saat bertandang ke Jepang, itu sudah dianggap menyelesaikan misi.
Setelah berpamitan dengan suporter di Bandara Internasional Shanghai Pudong, seluruh tim China terbang menuju Bandara Internasional Narita Tokyo.
Dari sini mereka naik bus menuju hotel penginapan untuk mempersiapkan pertandingan dua hari kemudian.
Di matchday kali ini, Tim China hanya punya satu pertandingan sehingga punya waktu lebih memadai untuk persiapan. Latihan konsentrasi di dalam negeri saja sudah satu minggu - hal yang langka mengingat jadwal liga Eropa yang padat dengan matchday timnas.
Kedatangan Tim China di Jepang juga menjadi berita yang sangat mendapat perhatian di negeri Sakura.
Di Bandara Narita dan depan hotel penginapan, para pemain China justru lebih banyak bertemu wartawan Jepang daripada... wartawan China!
Ini menunjukkan betapa besar perhatian masyarakat Jepang terhadap pertandingan ini.
Di Olimpiade yang baru saja berakhir, Tim Olimpiade Tiongkok berhasil meraih medali emas setelah mengalahkan Jepang di final. Euforia ini masih belum mereda.
Di dalam negeri China, beberapa media mengklaim ingin membalas dendam atas kekalahan di final Piala Asia tahun lalu. Sementara di Jepang, ada juga media yang berteriak ingin membalas kekalahan di final Olimpiade.
Kedua belah pihak saling menganggap lawan sebagai musuh yang harus dibalas. Bagaimana pertandingan seperti ini tidak menarik perhatian?
Di Jepang, pemain China paling populer adalah Zhou Yi karena pernah bermain bersama Shinji Kagawa di Borussia Dortmund selama dua tahun. Hubungan mereka di dalam dan luar lapangan sangat akrab, hal ini diketahui wartawan Jepang. Saat di Dortmund, Zhou Yi juga sering menerima wawancara dari wartawan Jepang sehingga beberapa di antaranya sudah menjadi kenalan lamanya.
Di mata media dan suporter Jepang, Zhou Yi adalah pemain China paling familiar. Di area wawancara, kerumunan di sekitarnya selalu paling padat.
Tentu saja, wartawan Jepang selalu menggunakan bahasa hormat saat menghadapi Zhou Yi - perlakuan yang tidak didapat pemain lain dari Tim China.
Meskipun ketegangan sudah memanas sebelum pertandingan, Zhou Yi tetap bersikap sopan terhadap lawan dari Jepang ini.
“Tim Jepang adalah tim kelas atas di Asia, masih ada kesenjangan antara kami dan mereka. Kali ini kami harus bermain di kandang lawan... Kondisi tidak menguntungkan bagi kami. Tapi kami akan berusaha sekuat tenaga.” Zhou Yi berbicara dengan sangat rendah hati. Jika bukan karena dia baru saja memimpin Tim Olimpiade Tiongkok mengalahkan Jepang di final Olimpiade, mungkin banyak yang benar-benar percaya bahwa Tim China akan kesulitan di kandang lawan.
Tapi sekarang, orang tidak percaya bahwa Zhou Yi dan Tim China benar-benar sejinak yang terlihat.
Shinji Kagawa adalah nama yang paling sering disebut oleh Jepang terkait Zhou Yi.
“Pertandingan ini akan menjadi pertama kalimu dan Kagawa saling berhadapan di lapangan. Zhou-san, apa harapanmu terhadap duel ini?”
“Semua pemain menampilkan kondisi terbaik mereka.” Jawab Zhou Yi.
“Apakah kalian pernah berkomunikasi secara pribadi tentang pertandingan ini?”
“Tidak. Dia sekarang di Manchester United, kami tidak punya banyak kesempatan untuk berkomunikasi.”
“Kagawa mengatakan dia sangat menantikan pertandingan dengan Zhou-san.”
“Saya juga menantikan pertandingan dengannya. Bagaimanapun, kami belum pernah bertemu sebagai lawan.”
“Bisakah memprediksi hasil pertandingan ini?”
Zhou Yi menggelengkan kepala: “Sepak bola itu bulat. Memprediksi hasil adalah hal yang tidak berarti. Yang bisa kami lakukan adalah bermain sekuat tenaga di lapangan. Hasil akhir, jangan terlalu dipikirkan sebelum pertandingan.”
Terkait penampilan Zhou Yi di hadapan wartawan Jepang, media Jepang memberikan penilaian bagus - tidak rendah diri maupun sombong. Kepercayaan diri yang terpancar alami, bukan pura-pura, membuktikan bahwa dia adalah orang yang benar-benar berpengalaman di panggung besar.
Media Jepang juga berpendapat bahwa setelah Hidetoshi Nakata, Asia kembali melahirkan bintang sepak bola yang benar-benar memiliki standar kelas dunia - mereka tidak menganggap Park Ji-sung sebagai bintang kelas dunia, mungkin ini berasal dari permusuhan dan prasangka sepak bola Jepang terhadap sepak bola Korea.
Sedangkan apakah penilaian mereka terhadap Hidetoshi Nakata terlalu tinggi, juga perlu dipertanyakan.
Namun pujian media Jepang terhadap Zhou Yi terdengar sangat memuaskan bagi media dan suporter China - mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari musuh justru membuktikan kemampuan dan karisma Zhou Yi yang luar biasa.
