Meski wartawan China sangat puas dengan pengaturan starting line-up Gao Hongbo ini, memujinya, dan penuh kepercayaan diri pada timnas.
Tapi kondisi setelah pertandingan dimulai justru tidak berkembang sesuai harapan wartawan China.
Tim China yang bermain di kandang lawan memang sempat mencoba berhadapan langsung dengan Tim Jepang. Di bawah inisiatif Zhou Yi, Tim China meluncurkan beberapa serangan ke area penalti Jepang, namun tidak benar-benar mengancam gawang yang dijaga kiper Jepang Kawashima Eiji.
Serangan Tim Jepang justru lebih berbahaya, memaksa kiper China Zeng Cheng melakukan dua penyelamatan yang membuat suporter China di tribun berteriak histeris.
Selanjutnya inisiatif pertandingan jatuh ke tangan Tim Jepang.
Tim China lebih banyak bertahan, sementara Jepang meningkatkan intensitas serangan. Untuk sementara waktu, area depan gawang China dipenuhi situasi berbahaya.
Bahkan komentator Liu Hong berkomentar: "Area depan gawang China sangat kritis saat ini! Serangan Jepang sangat ganas! Tendangan Shinji Kagawa... Hati-hati!"
Untungnya tendangan itu akhirnya melenceng dari gawang.
Namun dari bola ini terlihat jelas posisi terjepit Tim China.
Adegan ini membuat banyak suporter China bingung - tim yang sama di final Piala Asia dulu, meski tanpa pemain inti Zhou Yi, bisa bermain sangat tangguh melawan Jepang. Mengapa sekarang Tim China justru terlihat limbek menghadapi Jepang?
Siaran TV menampilkan close-up pelatih kepala China Gao Hongbo di bangku cadangan. Ia duduk diam dengan ekspresi serius, tidak terburu-buru berdiri untuk memberi instruksi meski timnya terus tertekan.
Sebenarnya banyak orang mempertanyakan satu hal.
Secara logika, Tim China meraih juara dua di Piala Asia yang merupakan performa sangat bagus dan di luar perkiraan semua orang, mengingat sebelumnya mereka hanya datang untuk "uji coba". Selanjutnya di babak 10 besar juga meraih dua kemenangan beruntun. Bagi Timnas Tiongkok, ini semua adalah pencapaian yang sangat baik. Setelah pengalaman di Piala Asia, timnas ini seharusnya sudah cukup terkoordinasi dan sedang dalam masa perlu menunjukkan hasil. Tapi mengapa Gao Hongbo tiba-tiba memanggil lima pemain yang belum pernah masuk timnas sama sekali?
Perlu diingat ini adalah pertandingan babak 10 besar melawan Jepang, bukan pertandingan persahabatan yang bisa digunakan untuk mengevaluasi pemain baru. Tidak pernah ada pelatih yang melakukan perekrutan besar-besaran atau menguji pemain baru tepat sebelum pertandingan seperti ini.
Inilah alasan media China menganggap tindakan Gao Hongbo bermasalah, dan tidak memahami mengapa Gao Hongbo melakukan hal ini.
Namun sebenarnya, Gao Hongbo sudah serius mempertimbangkan regenerasi skuat setelah pertandingan kandang melawan Oman. Dia khusus terbang ke London untuk menonton enam pertandingan lengkap Tim Olimpiade Tiongkok.
Perspektifnya berbeda dengan media dan suporter.
Dia tidak menganggap formasi timnas juara dua Piala Asia sudah mapan, dan merasa masih bisa disesuaikan. Kualifikasi Piala Dunia adalah proses panjang dari Juni 2012 hingga Juni 2013 - satu tahun penuh. Jika harus melalui play-off zona Asia, masih ada dua pertandingan lagi pada September mendatang.
Dalam proses ini, kondisi pemain yang kurang baik dan dikeluarkan dari formasi timnas adalah hal yang wajar.
Mengapa memanggil lima pemain yang belum pernah masuk timnas sekaligus? Jawabannya sederhana. Dalam pertandingan melawan Oman, Gao Hongbo menyadari "ketergantungan berlebihan pada Zhou Yi" di timnas semakin parah.
Bukan berarti mengandalkan Zhou Yi itu buruk. Sebagai pemain inti tim, Zhou Yi memang harus memikul tanggung jawab lebih. Tapi sepak bola tetaplah olahraga tim, mengandalkan satu orang saja tidak akan bertahan lama. Meski brilian sebagai gelandang playmaker, Zhou Yi tetap membutuhkan rekan untuk menyelesaikan serangan yang diaturinya dan perlindungan dari belakang. Jika performa rekan setimnya kurang maksimal, meski mengerahkan semua kemampuan, pertandingan akan tetap sulit dimenangkan bahkan berisiko kalah.
Pertandingan melawan Oman membuktikan hal ini - di kandang sendiri saja sulit mengalahkan tim terlemah grup, apalagi melawan Jepang dan Australia? Untuk lolos ke Piala Dunia Brasil 2014, Tim China harus meraih dua besar grup. Posisi ketiga berarti harus melalui play-off Asia lalu berhadapan dengan tim dari Amerika Selatan - situasi yang sangat tidak menguntungkan.
Mengapa pertandingan melawan Oman terlihat begitu sederhana? Setelah pertandingan, Gao Hongbo dan anggota tim pelatih melakukan analisis pasca-pertandingan. Mereka mencapai konsensus bahwa tim ini terlalu bergantung pada Zhou Yi, bermain semakin tidak menggunakan otak, dan kurang berusaha keras. Mereka beranggapan bahwa Zhou Yi akan menyelesaikan semua masalah, sehingga saat momen kritis tim tidak bisa menunjukkan semangat bertarung habis-habisan. Begitu semangat itu kendur, akan sulit untuk membangkitkannya kembali.
Sebagian pemain timnas mulai mengendurkan disiplin diri setelah Piala Asia, sikap latihan kurang serius, dan merasa posisi mereka di timnas sudah aman. Beberapa pemain lain semakin jarang tampil karena urusan klub, kondisi pertandingan mereka mengkhawatirkan, dan kondisi fisik tidak sebaik masa Piala Asia. Ada juga yang kesulitan memenuhi tuntutan yang lebih tinggi karena keterbatasan kemampuan...
Bagaimanapun tim berlatih, peningkatan kemampuan tim sulit mencapai level yang dituntut darinya. Inilah yang disebut "bottleneck".
Semua faktor ini menjadi pemicu bagi Gao Hongbo untuk melakukan regenerasi skuat timnas.
Faktor penentu yang membuat Gao Hongbo mengambil keputusan tegas ini adalah performa gemilang Tim Olimpiade Tiongkok di London. Di sana ia melihat tim penuh semangat muda dengan banyak pemain berkemampuan luar biasa.
Seandainya Sun Pan tidak cedera, sebenarnya akan ada enam pemain baru yang direkrut sekaligus ke timnas kali ini.
Kemampuan individu Zhou Yi memang luar biasa, tapi sebagai pengatur lini tengah, sehebat apapun dia tetap membutuhkan rekan setim yang setara untuk berkolaborasi. Jika maksud operannya tidak dipahami, umpan indahnya terbuang percuma... itu juga tidak bisa diterima.
Menurut Gao Hongbo, beberapa anggota timnas saat ini sudah tidak bisa mengikuti ritme permainan Zhou Yi dan tidak memenuhi standarnya. Meski mungkin mereka adalah pemain timnas senior, mempertahankan mereka justru tidak bertanggung jawab bagi tim. Karena itu regenerasi skuat mutlak diperlukan.
Mungkin terlihat kejam, tapi jika kalah di kualifikasi Piala Asia, para pemain tetap bisa kembali ke klub masing-masing dengan nyaman. Sebaliknya Gao Hongbo sebagai pelatih harus mengundurkan diri, dicaci maki, dan menanggung beban utama kegagalan. Jika tidak melakukan ini, berarti dia melakukan kekejaman pada dirinya sendiri.
Jadi meski tindakannya mungkin menyinggung beberapa pihak, demi kepentingan lebih banyak orang, hal ini bisa dimaklumi.
Pengalaman di Changchun Yatai memberi pelajaran berharga: proses regenerasi tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba. Perlu memberi waktu dan kesempatan untuk penerimaan psikologis, serta memanfaatkan momentum yang tepat. Ini adalah strategi wajib bagi orang yang ingin melakukan perubahan besar.
Gao Hongbo tahu pasti ada yang mempertanyakan keputusannya merekrut banyak pemain Tim Olimpiade Tiongkok. Tidak masalah, dia tidak berniat menjelaskan. Sepak bola sendiri yang akan mengajari mereka mengenali realita. Jika penilaiannya tentang seorang pemain diragukan, biarkan lapangan hijau yang menjadi jurinya. Dengan cara ini, langkah selanjutnya akan lebih sedikit hambatan.
……
Zhou Yi bermain dengan fokus penuh di lapangan. Dia tidak memiliki banyak pemikiran seperti pelatih kepala Gao Hongbo. Siapapun rekan setim di sekitarnya, dia tetap bermain sepak bola dengan gayanya sendiri, dengan target membantu tim meraih kemenangan, terlepas dari kemampuan lawan.
Namun dia benar-benar bisa merasakan tekanan yang diberikan tim Jepang terhadap Tim China.
Secara teori, kemampuan timnas seharusnya lebih tinggi daripada tim Olimpiade. Tapi setelah bermain di Olimpiade, Zhou Yi merasakan perbedaan. Dia merasa lebih nyaman bermain di Tim Olimpiade dibanding timnas saat ini. Spekulasinya, ini mungkin terkait banyaknya rekan setim yang sudah dikenalnya di Tim Olimpiade seperti Sun Pan, He Ying, Guo Nu, dan Yang Muge yang sudah lama bermain bersama.
Selama periode ini Tim China terjepit di separuh lapangan sendiri, memberi ruang terbatas bagi Zhou Yi untuk berkontribusi. Dalam serangan, dia hanya bisa membuat peluang melalui umpan silang ke He Ying di depan.
Tapi He Ying sendirian sulit menghadapi lini pertahanan Jepang. Kondisi He Ying sendiri juga tidak optimal - ritme dan feel saat menguasai bola tidak sebagus saat di Tim Olimpiade.
Hal ini bahkan terlihat oleh komentator Liu Hong. Dari tiga umpan silang Zhou Yi ke He Ying, dua diantaranya gagal dikontrol baik pada sentuhan pertama. Penyesuaian berlebihan membuatnya kehilangan waktu dan memberi kesempatan bek Jepang mengepung.
Mengapa ini terjadi?
Liu Hong berpendapat kelelahan dan tekanan debut pertandingan timnas menjadi penyebab penampilan kurang maksimal He Ying.
Tapi sebenarnya argumen ini kurang meyakinkan, setidaknya alasan pertama saja sudah tidak masuk akal. Tim sudah berkumpul sepuluh hari sebelumnya, masa iya kelelahan akibat perjalanan masih terasa setelah sepuluh hari?
Sebenarnya ada satu alasan yang mungkin sengaja diabaikan. He Ying tidak bermain sama sekali untuk Barcelona musim ini, bahkan tidak masuk daftar pemain selama tiga pertandingan berturut-turut. Kurangnya waktu bermain membuatnya sulit menjaga kondisi dan menemukan feeling bertanding. Perlu diingat, pertandingan timnas ini adalah laga resmi pertama He Ying setelah Olimpiade. Wajar saja jika performanya kurang optimal.
Hanya saja, menyalahkan kondisi He Ying pada keputusannya bertahan di Barcelona adalah hal yang sulit diterima. Orang-orang masih berharap melihat He Ying bisa bertahan dan akhirnya bersinar di klub tersebut.
Setiap suporter China memendam mimpi melihat klub besar Eropa. Mereka berharap ada pemain China yang bisa masuk dalam formasi pemain utama klub top Eropa.
