"Serangan balik Tim China!" teriak komentator Jepang saat Yang Muge merebut bola dan mengoper ke Zhou Yi. "Zhou Yi mengoper ke Hao Junmin! Hao Junmin menggiring bola maju... He Ying! Ia menerima bola di area penalti, bagus... Operan?! Zhou Yi--!!"
Akhirnya, diiringi teriakan kaget komentator Jepang, Zhou Yi menendang bola masuk ke gawang Jepang.
"Gol kebobolan!!" Komentator Jepang berteriak dengan emosi meluap. Bukan kegembiraan, melainkan kekecewaan yang mendalam.
"Keunggulan kami sirna! Kini kedua tim kembali ke titik awal! Sungguh sulit dipercaya, kami yang mendominasi sepanjang pertandingan justru disamakan skor oleh Tim China!"
“He Ying memberikan assist ke Zhou Yi! Kali ini dia tidak menembak, tapi membuat keputusan tepat!” Liu Hong memuji He Ying dengan antusias. “Setelah menarik bek Jepang, dia mengoper bola ke area tengah, menciptakan kesempatan tembakan tanpa kawalan untuk Zhou Yi yang datang dari belakang! Bagus, perhitungannya sangat jitu!”
……
Usai mencetak gol, Zhou Yi berlari merayakan kemudian memberi isyarat pada He Ying untuk bergabung dalam perayaan.
Meski gol tersebut dicetak Zhou Yi, dia menganggap He Ying sebagai pahlawan utama.
Karena bagian paling krusial dalam serangan ini justru adalah gerakan maju He Ying dan operannya setelah menguasai bola.
Ruang kosong yang ditinggalkan Maya Yoshida yang maju menekan, hanya He Ying yang memanfaatkannya. Mengapa? Karena sejak awal dia sudah mengincar area itu, mampu memprediksi kemungkinan terbukanya ruang. Ketika area tengah di depan lini pertahanan Jepang kosong, pasti ada pemain yang maju menutup. Tapi mengapa Yoshida bukan Masahiko Inoha? Karena Inoha harus menjaga Gao Lin, hanya Yoshida yang seharusnya menjaga He Ying yang bisa maju. He Ying tidak langsung menyerbu ke depan saat serangan balik, tapi bergerak mengintai di sisi luar mencari celah.
Kesempatan itu akhirnya dia dapatkan.
Gerakan maju yang sangat tepat waktu itu membuat Maya Yoshida dan seluruh lini belakang Jepang kelabakan.
Setelah itu, dia menyelinap ke ruang kosong dan menguasai bola. Menyadari bahwa tembakan hari ini tidak tepat, dia tidak gegabah menembak yang bisa menghamburkan peluang serangan. Alih-alih, dia berhenti menunggu. Saat bek Jepang mengepungnya, dia mengoper bola ke Zhou Yi yang datang dari belakang tanpa gangguan untuk melakukan tembakan.
Dalam serangan ini, He Ying menunjukkan kelebihan dan menghindari kelemahannya dengan kepala dingin. Ini mencerminkan indra tajamnya dalam membaca permainan, pergerakan posisi yang brilian, serta ketenangan di depan gawang - semua ini merupakan keunggulan konsisten yang dimiliki He Ying.
Jika dia bersikeras membuktikan kondisi fisiknya baik-baik saja dengan mencetak gol, sekaligus membenarkan pilihannya tetap di Barcelona, mungkin 90% gol ini tidak akan tercipta.
He Ying berlari mendekat dan memeluk Zhou Yi. Senyum akhirnya mengembang di wajahnya.
"Bagus sekali, He Ying!" kata Zhou Yi sambil memeluknya.
He Ying tersenyum membalas, "Kamu yang lebih hebat!"
"Kita berdua sama-sama hebat, hahaha!" Zhou Yi tidak mau merendah.
Rekan setim lainnya berduyun-duyun memeluk keduanya, bersama-sama merayakan gol dengan penuh semangat.
Mampu menyamakan skor di kandang lawan melawan Jepang sungguh membahagiakan. Terutama setelah sebelumnya menyia-nyiakan peluang serangan balik melewati offside. Beberapa orang sempat mengira kekalahan sudah tak terhindarkan...
……
Saat Tim Jepang kebobolan, Shinji Kagawa masih berada di area depan dan tidak kembali bertahan. Saat itu dia berbaring cukup lama di lapangan, berharap wasit utama memperhatikan. Tapi wasit langsung berbalik dan sama sekali mengabaikannya. Ketika dia bangun dengan kesal, He Ying sudah menerima bola di area penalti Jepang.
Selanjutnya adalah momen kebobolan itu.
Sumber kebobolan ini berasal darinya - saat serangan, Yang Muge berhasil tackle bola darinya, lalu Tim China langsung melancarkan serangan balik. Tim Jepang yang sedang dalam mode serangan tidak sempat mundur, membuat China menyerang secara tak terduga.
Jadi tanggung jawab kebobolan ini ada padanya.
Dia menoleh ke arah Yang Muge, gelandang bertahan Tim China yang sedang berlari ke Zhou Yi dan He Ying untuk merayakan gol.
Karena membelakangi, Shinji Kagawa tidak bisa melihat ekspresi wajah Yang Muge - entah saat ini apakah dia tersenyum...
Dia teringat perkataan Kagawa di lorong pemain sebelumnya.
"Jangan pernah meremehkannya, atau kau akan menyesal."
Sekarang dia mulai menyesal kenapa tidak mendengarkan nasihat Shinji Kagawa...
Tapi apa gunanya penyesalan sekarang? Di dunia ini tidak ada obat penyesal.
……
"Zhou Yi! Keren banget! Skor menjadi imbang!"
"Momen krusial memang harus mengandalkan Zhou Yi! Clutch player-nya Tim China! Luar biasa!"
"Tapi umpan He Ying tadi juga cukup cantik..."
“He Ying akhirnya sudah sadar, tahu apa yang harus dilakukan. Untung dia tidak langsung menembak, kalau tidak pasti kesempatan itu terbuang lagi!”
“Tapi kalau tadi bolanya masuk, bukankah skor kita sekarang akan unggul 2:1 atas Jepang?”
Meski He Ying memberikan assist untuk gol Zhou Yi, di mata suporter dalam negeri performa He Ying masih kurang bagus. Mereka terus terbebani oleh serangan balik melewati offside yang gagal dimanfaatkan He Ying.
Ini memang tak bisa dihindari, semua orang pasti punya pemikiran seperti itu...
He Ying harus menanggung konsekuensinya setiap kali gagal memanfaatkan serangan balik melewati offside.
Kecuali dia bisa membantu Tim China memenangkan pertandingan dengan gol atau assist berikutnya, kesalahan ini pasti akan melekat padanya.
……
Setelah pertandingan berlanjut, He Ying menyesuaikan gaya bermainnya dengan lebih banyak memberikan operan untuk membuka peluang bagi rekan setim. Hanya saat tidak ada target operan, dia baru memilih untuk menembak.
Dari beberapa tembakannya terlihat, assist ini jelas meningkatkan kepercayaan dirinya dan mengembalikan kondisi permainannya. Dua tembakannya cukup berbahaya meski akhirnya tidak masuk.
Liu Hong juga turut senang melihat pemulihan performa He Ying.
Sayangnya, Tim Jepang lebih fokus pada pertahanan setelah kebobolan. Selain itu, serangan Jepang juga semakin mengancam sejak Honda Keisuke menghindari duel frontal dengan Yang Muge.
Tim China terpaksa mengerahkan lebih banyak tenaga untuk bertahan.
"Lagipula bagi mereka, bisa mengalahkan Jepang di kandang lawan adalah hasil terbaik. Tapi jika tidak bisa menang, bukankah hasil imbang lebih baik daripada kekalahan?"
Hasil imbang di kandang lawan sepenuhnya bisa diterima oleh Tim China, tapi bagi Jepang ini adalah hasil yang sama sekali tak bisa diterima.
Jadi di 10 menit terakhir pertandingan, Jepang melancarkan serangan gencar ke area penalti China, berharap bisa mencetak gol penutup.
Setelah menyamakan skor, moral Tim China naik dan pertahanan mereka solid. Bahkan veteran Li Fengwei tampil sangat menonjol.
Ditambah kontribusi besar Yang Muge dalam pertahanan di lini tengah.
Meskipun terus dibombardir Jepang dan situasi berbahaya di depan gawang, Tim China berhasil menjaga gawang mereka tak kebobolan.
Setelah injury time 4 menit, wasit utama akhirnya meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan!
"Pertandingan berakhir! Tim China yang sempat tertinggal satu gol di kandang lawan, berhasil menyamakan skor lewat Zhou Yi dan dengan gigih meraih hasil imbang melawan Jepang!" ujar Liu Hong.
Pemain China puas dengan hasil imbang ini, sehingga mereka merayakannya di lapangan usai pertandingan. Sebaliknya, pemain Jepang frustasi - ini kandang sendiri mereka, tapi tak bisa mengalahkan Tim China. Apalagi berharap menang di kandang lawan? Setelah pertandingan ini, pemain Jepang mungkin menyadari kemampuan Tim China yang sebenarnya - tak mudah mengalahkan tim ini di kandang lawan...
Zhou Yi yang sedang merayakan hasil imbang bersama rekan setim, didekati Shinji Kagawa.
"Ayo tukar seragam, Zhou Yi." Kagawa menarik seragam Jepang yang dikenakannya.
"Baiklah." Zhou Yi dengan senang hati menyetujui.
Keduanya secara bersamaan melepas seragam yang sudah basah oleh keringat, lalu saling menukarkannya.
Setelah bertukar seragam, mereka berjabat tangan.
Shinji Kagawa berkata pada Zhou Yi: "Hati-hati dengan Australia, terutama saat bermain di kandang mereka. Kau akan menjadi target utama serangan mereka."
Pada pertandingan sebelumnya di kandang Australia melawan Jepang, skor akhir 1-1. Namun Jepang harus membayar mahal. Mereka mendapat lima kartu kuning, satu kartu merah, dan satu penalti.
Pemain Australia memanfaatkan keunggulan fisik mereka untuk mengganggu pemain Jepang di kandang sendiri, sementara wasit utama pura-pura tidak melihat.
Dalam pertandingan itu, Shinji Kagawa terus menerus dihadang lawan hingga tidak bisa bermain maksimal, dan akhirnya harus ditarik keluar di menit ke-74.
Zhou Yi paham maksud Kagawa, ia mengangguk: "Aku mengerti, terima kasih Kagawa."
"Sama-sama, Zhou-san. Kuharap yang lolos dari grup ini adalah China dan Jepang," kata Shinji Kagawa.
Setelah memberi nasihat, ia berbalik pergi sambil mengenakan seragam nomor 23 Tim China milik Zhou Yi.
Sementara Zhou Yi melanjutkan mencari rekan setimnya.
Tentang pertandingan yang sudah berakhir ini, mereka berdua sama sekali tidak membahasnya.
Karena sebenarnya sulit untuk dikomentari - baik hasil maupun proses pertandingan, mungkin kedua belah pihak punya ketidakpuasan masing-masing.
Tapi pertandingan sudah selesai, membahasnya lagi tidak ada gunanya.
Ada penyesalan yang tertinggal, biarlah diperbaiki saat kedua tim bertemu lagi nanti...
Saat itu tiba, itu akan menjadi kandang sendiri Tim China.
