Saat Shinji Kagawa sedang berbincang privat dengan Klopp, Zhou Yi jongkok di tanah sambil mencoret-coret bola dengan spidol permanen.
"Hei, Zhou Yi, sedang apa kau?" Götze yang memperhatikan tingkah Zhou Yi di sudut ruangan mendekati penasaran.
"Menyiapkan salam untuk Manchester City lebih awal," jawab Zhou Yi.
"Salam bagaimana?" Götze heran.
“Bukankah katanya dua basis pelatihan Carrington ini berdekatan? Konon dengan satu tendangan jauh bisa sampai ke seberang.”
Götze mendengar ucapan Zhou Yi, lalu duduk tegak dan memandang ke luar lapangan latihan - deretan pepohonan rimbun itu...
“Jangan bercanda, Zhou Yi. Pasti ini cuma rumor! Meski kau tendang sekuat apapun, mustahil bisa sampai ke area Manchester City!”
“Meski cuma rumor, aku harus membuktikannya sendiri.”
Sambil berbicara, Zhou Yi sudah selesai menulis. Ia menyimpan pena lalu berdiri memperkirakan jarak, melempar bola ke udara seperti kiper melakukan tendangan jauh, dan menendangnya sekuat tenaga.
Suara "Braak!" bahkan membuat orang-orang di lapangan latihan menoleh, tapi saat mereka mencari sumber suara, tak terlihat apa-apa. Hanya Zhou Yi dan Götze yang terlihat berdiri di ujung lain, menatap ke arah pepohonan di tepi lapangan.
“Sama sekali tidak kelihatan, kan kubilang mustahil bisa sampai.” Götze mengangkat bahu.
“Goblok, ternyata memang cuma rumor!” Zhou Yi mengerutkan alisnya.
“Kau juga sudah menyia-nyiakan satu bola.”
“Gak apa-apa, lagian ini milik Manchester United.” Zhou Yi melambaikan tangan. Setelah menepuk-nepuk celananya, ia berbalik menuju kelompok utama. “Ayo pergi. Jangan bilang siapa-siapa tentang ini ya.”
“Rupanya kau juga malu ya...”
“Apaan sih, aku cuma takut klub Manchester United nuntut ganti rugi bolanya!”
……
Pertandingan semakin dekat, kedua klub telah bersiap. Kedua tim memiliki pemain yang absen karena cedera. Di pihak Borussia Dortmund, Owomoyela yang sudah melewatkan empat pertandingan liga.
Di sisi Manchester City, Richards masih cedera dan belum bermain sama sekali musim ini.
Maicon baru saja mengalami cedera di laga liga sebelumnya sehingga tak bisa turun.
Selama ini Mancini terus menganalisis Borussia Dortmund, terutama fokus pada pemain inti mereka Zhou Yi.
Mencari cara untuk membatasi pengaruh Zhou Yi dalam pertandingan.
Di pertandingan grup Liga Champions sebelumnya, Ajax menggunakan strategi "membangun tembok di kandang sendiri" untuk menahan serangan Dortmund. Mereka tidak menerapkan taktik khusus untuk menyasar Zhou Yi, bahkan menyerahkan penguasaan bola di luar area penalti. Pendekatan mereka adalah mengamankan ruang di dalam kotak penalti, membatasi ruang gerak Lewandowski, Reus, dan Götze baik di dalam maupun luar area, sehingga Zhou Yi kehilangan target operan.
Taktik Ajax memberi Mancini inspirasi. Tentu saja dia tak mungkin memerintahkan Manchester City memarkir bus di kandang sendiri, itu bukan gaya dia maupun tim ini.
Namun daripada berusaha membatasi Zhou Yi, lebih baik fokus pada target operannya. Ini memang sebuah konsep yang layak dipertimbangkan.
"Pergerakan posisi Zhou Yi sangat lincah. Menghentikannya memang tidak mudah, karena dia bisa muncul di sudut manapun lapangan. Mengirim pemain khusus untuk mengawalnya justru mengacaukan formasi tim sendiri. Jika menggunakan sistem pertahanan zona untuknya, fokus di satu area akan mengurangi intensitas pertahanan terhadap pemain Dortmund lainnya."
"Kedua opsi itu sama-sama kurang ideal."
"Karena itu, Mancini berpikir mungkin bisa mengadopsi sebagian taktik Ajax. Jika Zhou Yi berada di lini belakang, biarkan saja. Begitu dia mendekati zona 30 meter Manchester City, kirim pemain untuk melakukan marking ketat sambil menjaga integritas pertahanan. Pemain penjaga bertugas mengganggu Zhou Yi agar tidak bisa mengontrol bola atau mengamati situasi dengan tenang."
"Sehari sebelum pertandingan, Mancini tiba di basis pelatihan Carrington. Tim Manchester City akan melakukan sesi latihan terakhir dengan intensitas ringan, fokus pada strategi set-piece baik serangan maupun pertahanan."
"Baru saja duduk di kantornya hari ini, asisten pelatih Brian Kidd sudah mengetuk pintu."
"Mancio, admin peralatan ingin menemui Anda."
Mancini heran: "Ada masalah dengan fasilitas latihan?"
"Bukan, sebenarnya... lebih baik dia yang jelaskan langsung. Dia sudah menunggu di luar." Kidd merasa lebih baik menyerahkan penjelasan ke admin tersebut.
“Suruh dia masuk.”
Admin peralatan dari basis pelatihan sepak bola Carrington masuk sambil membawa sebuah bola sepak.
"Staf saya menemukan ini saat mengumpulkan bola di hutan kecil, Pak. Saya pikir harus menunjukkan pada Bapak..."
Karena di sebelah basis pelatihan terdapat hutan lebat, dan sering terjadi pemain yang menendang bola ke dalam hutan selama latihan, setiap hari setelah sesi latihan admin peralatan selalu mengirim orang untuk mengumpulkan bola-bola tersebut.
Mancini langsung menyadari logo Nike besar di bola yang dipegang admin.
"Bola Manchester United?"
Nike adalah sponsor Manchester United, jadi bola latihan mereka pasti bermerek Nike. Sedangkan sponsor Manchester City adalah Umbro, sehingga mustahil ada bola Nike di basis pelatihan Carrington milik Manchester City.
Mengingat basis latihan kedua klub ini berdampingan, memang ada kemungkinan tak sengaja mengambil bola klub tetangga meskipun probabilitasnya kecil.
Biasanya ketika menemukan bola klub lawan, mereka akan menyimpannya sementara hingga terkumpul jumlah tertentu sebelum dikembalikan. Meskipun rivalitas di lapangan sengit, hubungan kerja sehari-hari tidak sampai bermusuhan.
"Benar, Pak. Ini milik Manchester United."
"Langsung kembalikan saja bukan?" Mancini tak paham mengapa admin sengaja membawa bola Manchester United kepadanya. Apa mereka tidak tahu waktunya sangat berharga, apalagi jelang pertandingan Champions Eropa...
“Hmm, tapi ini agak spesial, jadi mungkin harus saya tunjukkan kepada Anda, Pak.” Sebenarnya admin juga ragu apakah harus membawa bola sepak ini ke pelatih tim utama, jangan-jangan mereka sama sekali tidak peduli?
Namun Mancini tetap mengambil bola itu, memutarnya di tangan. Tulisan bahasa Inggris merah muda pudar yang coret-coretan langsung terlihat.
“Hello, Bulan Biru, ini salam dari Lebah Besar.”
Tanda tangan "Zhou Yi" disertai gambar wajah tersenyum dan isyarat tangan V.
Melihat ini, Mancini tertegun. Menyadari reaksi anek pelatih, Kidd mendekat untuk melihat. Alisnya berkerut: "Ini... maksudnya apa?"
“Tidak tahu.” Mancini menggeleng.
“Mungkin ulah iseng Zhou Yi?”
“Apa dia segitu isengnya?” Mancini tak yakin. Menurutnya Zhou Yi pasti punya maksud tersembunyi, tapi apa tepatnya belum terpikir.
Tentang Zhou Yi, dia dengar kabar pemain muda ini punya otak paling cemerlang. Kalau pemain lain mengandalkan tubuh, dia bermain dengan otak. Mancini percaya karena prestasi Zhou Yi justru datang dari otak, bukan fisik yang biasa saja.
Ada kabar angin bahwa Zhou Yi dijuluki "penyihir timur" di Jerman, konon dia menguasai ilmu sihir timur yang mistis. Saat Barrios terjebak puasa gol dan dianggap pemain gagal oleh media, dialah yang "menyembuhkan" Barrios dengan kekuatan gaibnya. Di bawah pengaruh sihirnya, Barrios terus mencetak gol hingga akhirnya memenangkan piala berbentuk meriam sebagai top skor musim itu.
Saat itu banyak orang sengaja menunggu Zhou Yi di luar basis pelatihan sepak bola Borussia Dortmund hanya untuk mendapat berkah darinya. Katanya cukup manjur.
Mancini pernah dengar bahwa pengobatan tradisional China sangat ajaib. Akupunktur sudah bukan hal aneh lagi. Dokter menusukkan jarum ke tubuh pasien dan bisa menyembuhkan penyakit. Dia juga pernah melihat terapi bekam, di mana dokter memanaskan gelas kaca dengan api lalu menekannya ke kulit. Saat dilepas, muncul bekas lingkaran gelap di tubuh. Menurut dokter, "qi" buruk dalam tubuh telah tersedot keluar, dan bekas itu buktinya.
Dan yang penting, sepertinya metode ini benar-benar efektif.
Mancini merasa ini sangat tidak masuk akal. Di matanya, ini hampir sama dengan ilmu sihir.
Sekarang sambil memegang bola sepak, dia menghubungkan julukan Zhou Yi dengan "ilmu sihir" timur yang pernah dilihatnya. Semakin yakin bahwa aksi Zhou Yi sengaja menendang bola ini bukan sekadar iseng.
Jangan-jangan Zhou Yi sedang menggunakan bola ini untuk ritual sihir?
Setelah memikirkan itu, dia menyerahkan bola sepak kepada admin: "Segera kembalikan bola ini ke sana."
Admin heran: "Tapi kami hanya menemukan satu ini..."
"Kalau begitu kembalikan yang ini." Suara Mancini tegas dan tak terbantahkan.
Admin juga tak paham mengapa pelatih kepala tiba-tiba serius, tapi dia patuh. Mengambil bola lalu berbalik pamit.
Begitu admin pergi, Kidd bertanya pada Mancini: "Apa yang terjadi, Mancio?"
"Tidak ada, hanya sedikit kekhawatiran." Gumam Mancini.
"Khawatir tentang apa?"
"Hmm... spekulasi tanpa dasar saja. Sudahlah, mari bahas materi latihan hari ini..." Mancini menyadari ucapannya yang tak sengaja, lalu cepat mengalihkan topik.
……
Latihan terakhir sebelum pertandingan usai. Seluruh tim Borussia Dortmund berkumpul bersiap kembali ke hotel.
Klopp menghampiri mereka sambil membawa sebuah bola.
Dengan satu tangan memutar bola, dia memanggil Zhou Yi keluar dari barisan.
"Apakah tulisan ini karyamu, Zhou Yi?" tanyanya.
Zhou Yi tidak langsung menjawab, melainkan menatap Götze.
Götze di barisan membuka tangan: "Aku bersumpah tak berkata apa-apa."
"Orang Manchester United yang memberikannya padaku," kata Klopp.
"Benar, aku yang menulis." Jawab Zhou Yi jujur.
"Untuk apa kau menulis ini?" Klopp terus bertanya.
"Ingin menyapa Manchester City sebelum pertandingan, sekaligus memastikan apakah basis pelatihan kedua klub benar-benar berdekatan." Zhou Yi menjelaskan maksudnya.
“Kamu benar-benar tidak ada kerjaan.” Klopp juga bingung dengan imajinasi aneh Zhou Yi ini, melemparkan bola ke arahnya. “Simpan sendiri.”
Zhou Yi menerima bola dengan cemas: “Apa Manchester United mau minta ganti rugi?”
“Manchester United bilang, ini hadiah untukmu sebagai kenang-kenangan.” Klopp melambaikan tangan menyuruh Zhou Yi kembali ke tim, lalu mulai merangkum hasil latihan.
Götze berbisik ke Zhou Yi: “Sudah kubilang kamu pasti tidak bisa menendang sejauh itu, lihat kan? Bola malah diambil kembali orang United.”
“Kalau tidak dicoba mana tahu, Mario.”
“Terus setelah dicoba?”
“Ternyata benar-benar tidak bisa.”
“Cih...”
“Tapi setidaknya sekarang aku tahu jarak antara basis pelatihan dua klub ini tidak cukup dekat untuk bisa mencapai dengan satu tendangan jauh. Kalau tidak mencoba, mungkin selamanya aku hanya ikut omongan orang. Mario, tahu apa itu semangat ilmiah? Berani berasumsi, hati-hati membuktikan!”
Zhou Yi membungkus tindakan nekatnya dengan penjelasan muluk-muluk, membuat Götze sampai kehabisan kata.
Saat tim kembali ke ruang ganti untuk berganti pakaian naik mobil, semua berkerumun menanyai Zhou Yi apakah ini provokasi ke Manchester City seperti panah pembawa surat tantangan.
Tapi Zhou Yi geleng-geleng kepala: “Nggak kok, ini benar-benar arti harfiah. Cuma mau menyapa saja.”
“Beneran?”
“Tentu saja benar. Aku tidak punya dendam dengan Manchester City, untuk apa memprovokasi mereka? Membuat mereka marah hingga menyikutku dalam pertandingan? Apa aku sebodoh itu? Jadi ini cuma sapaan ramah yang gagal.” Zhou Yi menjelaskan dengan serius.
“Cih, Zhou Yi, kamu benar-benar membosankan…” Semua orang pun bubar satu per satu.
Melihat respons mereka, Zhou Yi menunjuk dirinya sendiri dan bertanya ke Götze: “Membosankan?”
Götze menggeleng: “Tidak, ini sangat membosankan.”
