Meskipun media pendukung Manchester United menggunakan kata-kata yang keterlaluan dengan nada mengejek, sebenarnya mereka tidak salah. Setelah kalah tipis 2:3 di kandang lawan Real Madrid, pihak Manchester City memang terlihat optimis.
Saat itu bukan hanya tim, di kalangan suporter dan media juga ada emosi optimisme.
Mereka menganggap Manchester City yang telah mengumpulkan cukup pengalaman di Champions Eropa musim lalu, meski masuk grup kematian musim ini tidak perlu takut. Mereka adalah juara Liga Premier yang bergengsi, sementara Liga Premier adalah liga nomor satu di Eropa, sehingga kualitas juara Liga Premier jelas lebih tinggi daripada Bundesliga, Serie A dan La Liga. Manchester City yang dipenuhi bintang lapangan dengan kemampuan tim yang kuat, lolos dari grup kematian bukan masalah. Satu-satunya pertimbangan hanya apakah akan menjadi juara grup atau runner-up grup. Siapa yang akan lolos bersama sama sekali tidak penting.
Optimisme buta seperti ini mempengaruhi tim.
Namun sebenarnya, kemampuan Manchester City masih jauh tertinggal, Champions Eropa dan Liga Premier memang sangat berbeda.
Tim-tim Liga Premier yang memiliki gaya permainan "aliran kontinental" dianggap memiliki teknik yang baik di Inggris. Namun saat bertanding di Liga Champions, terlihat bahwa teknik mereka masih kasar. Dalam menghadapi pertandingan dengan ritme lebih cepat dan duel fisik lebih intensif, kelemahan teknis sering kali terlihat jelas. Misalnya, kontrol bola yang sedikit kurang rapi di Liga Premier mungkin tidak menjadi masalah karena banyak pemain yang melakukan kesalahan lebih parah. Tapi di Liga Champions, kontrol bola yang sedikit kurang presisi bisa mengakibatkan kehilangan penguasaan bola.
Jika kurang pengalaman di Liga Champions, performa tim pasti akan terpengaruh.
Borussia Dortmund yang baru pertama kali lolos ke Liga Champions setelah tujuh tahun masih perlu proses adaptasi, apalagi Manchester City.
Kondisi Manchester City tidak menjadi perhatian Dortmund. Apakah City lolos atau tidak juga bukan urusan mereka.
Saat pesawat mereka lepas landas dari Bandara Manchester meninggalkan kota itu, pertandingan tersebut sudah menjadi kenangan lalu.
Pertemuan berikutnya dengan Manchester City baru akan terjadi di pertandingan terakhir fase grup Liga Champions, saat Dortmund menjamu City di kandang sendiri. Saat itu, siapa yang tahu situasinya? Mungkin hasil pertandingan itu sudah tidak relevan lagi.
……
Kembali ke Jerman, keesokan harinya Zhou Yi langsung dirujuk ke tim medis untuk perawatan.
Menurut rekomendasi Dr. Markus Braun, sebaiknya Zhou Yi tidak bermain di laga tandang melawan Hannover 96 akhir pekan ini untuk mencegah cedera memburuk. Cedera yang sebenarnya ringan bisa berkembang menjadi serius jika dipaksakan bermain. Lebih baik berhati-hati.
Sedangkan Zhou Yi tidak akan mengikuti pertandingan ini, juga tidak ada pertandingan klub lagi. Selanjutnya dia harus pulang ke China untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia dimana Tim China menjamu Australia di kandang sendiri.
Pertandingan itulah yang paling krusial, dan jaraknya sekarang hanya 12 hari. Jika Zhou Yi cedera dalam pertandingan melawan Hannover, praktis dia harus berpamitan dengan babak 10 besar. Nantinya Asosiasi Sepak Bola Tiongkok (AST) dan klub Borussia Dortmund pasti akan berperang mulut. Padahal hubungan kedua belah pihak sebelumnya cukup baik, tidak perlu mengorbankan hubungan hanya demi pertandingan yang tidak terlalu penting.
Untuk memastikan cedera Zhou Yi tidak mempengaruhi pertandingan timnas, klub Borussia Dortmund bahkan menyiapkan dokter khusus yang hanya merawatnya selama dua hari ini.
Zhou Yi yang tidak memakai alas kaki duduk bersila di tempat tidur fisioterapi, sedikit mendongak melihat Kottane yang sedang mengenakan sarung tangan di sebelahnya: "Jadi kamu dokter khususku?"
Kottane tidak menjawab pertanyaannya.
Zhou Yi melirik ke sekeliling, di ruangan ini hanya ada mereka berdua, pintu ruang fisioterapi juga tertutup.
Tampaknya privasi cukup terjaga.
Lalu dia merendahkan suaranya dan bertanya: "Apakah hubungan kita tidak akan ketahuan orang?"
Kali ini Kottane menoleh dan melototi Zhou Yi: "Ngomong sembarangan apa? Hubungan apa? Ada hubungan apa antara kita?"
"Hidup bersama..." Rentetan pertanyaan balik Kottane membuat Zhou Yi terkejut, dia tidak menyangka reaksinya sekeras ini...
Kottane membentak: "Jelasin! Siapa yang hidup bersama denganmu?"
“Tinggal bersama juga disebut kohabitasi kan……” Zhou Yi terlihat kesal. “Apa klub tahu aku tinggal serumah denganmu, makanya menyuruhmu merawatku?”
“……” Awalnya Kottane ingin menyangkal mentah-mentah, tapi melihat keyakinan dalam ucapan Zhou Yi, ia sendiri mulai ragu – jangan-jangan hubungan kohabitasi mereka memang sudah ketahuan... Bagaimanapun juga kebenaran pasti akan terbongkar, mustahil tidak ada yang tahu setelah sekian lama?
Tapi kemudian ia berpikir lagi – kalau memang sudah ketahuan, mengapa hanya berdampak pada penunjukan dokter untuk perawatannya ini? Jika benar terungkap ke media, pasti sudah jadi bahan pemberitaan di mana-mana.
Setelah merenung seksama, ia menyimpulkan dirinya terlalu paranoid.
Ia mendengus: “Banyak mikir. Duduk yang bener.”
Zhou Yi menuruti dengan mengubah posisi, menyandar di tempat tidur fisioterapi sambil menepuk dadanya lega: “Syukurlah, syukurlah...”
“Kenapa? Takut ketahuan orang? Malu ya?” Kottane mendekat, menjepit pergelangan kaki kiri Zhou Yi.
Zhou Yi menarik napas tajam "Hiiiss".
“Sakit banget?” Kottane meliriknya.
“Enggak, cuma gerakanmu tiba-tiba aja...” Zhou Yi geleng-geleng kepala, “Aku cuma khawatir kalau sampai ketahuan, malah merepotkanmu... Kamu kan tahu cara kerja media.”
“Apa yang terlalu besar masalahnya? Kita tidak melakukan apa-apa, masih takut dibicarakan orang?” Kottane mengangkat bahu.
“Benar, benar! Kalau diri lurus tak takut bayangan miring, tak melakukan hal buruk tak takut wartawan ketuk pintu bertanya...” Zhou Yi buru-buru mengangguk menyetujui. “Ngomong-ngomong, apakah kamu masih akan terus tinggal di rumahmu?”
“Sebenarnya, minggu depan aku akan pindah kembali.” Kottane berkata sambil melakukan terapi fisik untuk Zhou Yi.
“Itu bagus sekali!” Zhou Yi sangat gembira.
Kottane mengangkat kepala, memandang curiga ke Zhou Yi: “Kenapa kamu begitu senang?”
Zhou Yi berkata dengan serius: “Kamu tidak perlu terus tinggal di rumah, berarti cedera Markus seharusnya sudah tidak masalah. Dia bisa ikut pertandingan kapan saja, benar?”
Kottane memiringkan kepala sambil berpikir, sepertinya memang begitu. Lalu dia mengangguk: “Ya.”
“Jadi.”
“Jadi kamu senang karena ini?” Kottane bertanya.
“Tentu saja. Markus adalah teman baikku!”
Kottane menunduk, tangannya terus bekerja: “Hmm, teman yang sangat-sangat baik, Markus juga bilang begitu.”
“Sss——” Zhou Yi berteriak, “Sakit, sakit, sakit...”
“Sakit itu wajar.”
“Wahai pendekar perempuan, kasihanilah!”
“Kasihan? Masih mau ikut pertandingan timnas tidak?”
Begitu mendengar timnas, Zhou Yi langsung berhenti merintih dan mulai menahan sakit sambil menggigit gigi.
Kottane hanya asal bicara, tak menyangka efeknya begitu manjur. Hal ini malah memicu rasa ingin tahunya.
“Bagimu, membela negara adalah hal yang sangat penting?”
“Bagiku, iya.”
“Mengapa?”
“Ini masih perlu ditanyakan?” Zhou Yi terheran-heran. “Aku orang China, sama seperti Mark orang Jerman. Jadi wajar saja kalau dia bermain untuk timnas Jerman, kan?”
“Memang begitu, tapi timnas Jerman punya kemampuan kuat. Bermain untuk mereka adalah kehormatan. Tapi sepengetahuanku, sepak bola Tiongkok tidak kuat, dan citranya di media juga buruk?”
“Lho, kamu juga paham sepak bola Tiongkok?” Zhou Yi semakin terkejut.
“Di Olimpiade London yang baru saja berakhir, kalian kan dapat medali emas. Media Jerman memberitakannya sebagai terobosan bersejarah sepak bola Tiongkok, sekilas membahas kondisi aktualnya.” Kottane menjawab tenang.
“Ya, citra sepak bola Tiongkok memang buruk dengan banyak skandal. Dua tahun lalu banyak pejabat korup Asosiasi Sepak Bola yang ditangkap... Tapi itu tetap sepak bola negara kami. Sebagai pemain, tentu aku ingin jadi Pemain timnas. Ini tidak ada hubungannya dengan kemampuan tim. Lihat saja Eropa, banyak tim divisi rendah bahkan amatir yang puluhan/tahun tak punya prestasi berarti, tapi tetap punya banyak suporter...”
“Perbandinganmu kurang tepat. Meski tim-tim itu tak terkenal, mereka tidak punya skandal seperti yang kau sebut. Makanya suporter tetap mendukung.” Kottane menggelengkan kepala.
"Benar. Memang banyak skandal. Tapi izinkan saya memberikan analogi yang kurang tepat: Seorang anak melakukan kesalahan dan menyakiti hati orangtuanya. Apakah reaksi normal orang adalah mencaci lalu berharap dia mati? Tidak mungkin, kan? Bukankah seharusnya setelah mencaci dan memarahi, kita tetap berharap dia bisa memperbaiki kesalahan dan kembali ke jalan yang benar? Tidak ada orangtua sejati yang mau meninggalkan anaknya. Saya rasa banyak suporter China termasuk saya, selalu punya harapan seperti ini terhadap sepak bola nasional kita - berharap ia bisa membaik dan kembali ke jalur yang benar. Dulu saya hanya suporter biasa, siswa sekolah yang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi sekarang sebagai pemain yang bisa mengenakan seragam timnas dan membela negara, saya ingin berusaha mengubah masa depan sepak bola China, mendorongnya sedikit lebih dekat ke jalur yang benar. Saya punya kesempatan dan kemampuan, jadi ini tanggung jawab saya."
Saat bercerita, Zhou Yi teringat kenangan masa kecilnya yang terkait dengan sepak bola Tiongkok.
Ketika berusia tiga tahun, China baru saja membentuk liga sepakbola profesional. Kota kelahirannya juga memiliki tim sepak bola profesional. Saat itu ayahnya adalah suporter fanatik yang sering membawanya yang masih balita menonton langsung ke stadion, sampai sempat dimarahi ibu karena suara bising dianggap tidak baik untuk anak kecil.
Namun pada tahun berikutnya, di saat genting pertarungan lolos dari degradasi tim kampung halamannya, ayahnya tetap berbohong pada ibu dan diam-diam membawanya menonton pertandingan krusial tersebut. Tiketnya diperoleh ayahnya setelah begadang semalaman mengantri dengan membawa mantel tebal dan kursi lipat. Saat itu usianya empat tahun, menyaksikan langsung tim kampung halamannya mengalahkan lawan di momen kritis dan bertahan di divisi utama. Gelombang kerumunan penonton yang bergemuruh, sorakan memekakkan telinga, serta air mata ayahnya yang mengalir deras selamanya terpatri dalam ingatannya.
Sepak bola Tiongkok dan sepak bola sendiri memberikan pencerahan yang begitu mendalam padanya, membuatnya mungkin takkan pernah bisa melupakannya seumur hidup.
Kemudian di usia sepuluh tahun, ayahnya berhasil membujuk ibu dan membawanya naik tribun Shenyang Wulihe Stadium pada tanggal 7 Oktober 2001. Kala itu ia mengenakan seragam Timnas Tiongkok yang agak kebesaran, ikat kepala merah bertuliskan "Bisheng" di dahi, serta syal bermotif bendera merah lima bintang di leher. Bersama ayahnya, mereka menyaksikan momen paling gemilang dalam sejarah sepak bola Tiongkok.
Sebagai orang China yang bermain sepak bola, sejak jatuh cinta pada olahraga ini, "sepak bola Tiongkok" telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya - baik sebagai suporter maupun pemain.
Zhou Yi berbicara dengan nada misterius, Kottane juga terhanyut mendengarkan hingga lupa gerakan di tangannya. Ia benar-benar pertama kali melihat Zhou Yi yang sesaksama ini - sebelumnya ia pernah melihat Zhou Yi yang serius, tapi semua "keseriusan" itu di hadapan "keseriusan" kali ini masih mengandung unsur akting. Dengan kata lain, ia menggunakan "keseriusan" itu untuk KAMUFLASE sesuatu, mungkin rencana sebenarnya dalam hatinya.
Tapi kali ini, Kottane bisa merasakan dengan jelas, Zhou Yi sama sekali tidak menyamarkan apapun. Ia menelanjangkan hatinya di hadapannya, ketulusannya adalah kejujuran sejati.
Tapi ketulusan dan kejujuran semacam ini justru membuatnya merasa tidak masuk akal.
Ia benar-benar tidak punya pengetahuan tentang sepak bola Tiongkok. Satu-satunya informasi berasal dari laporan media Jerman selama Olimpiade. Jika bukan karena Zhou Yi dan Yang Muge - dua pemain Timnas Olimpiade Tiongkok yang bermain di Jerman - mungkin media Jerman pun akan meremehkan untuk menyebutkan penjelasan ilmiah ini.
Seluruh pengetahuannya tentang sepak bola Tiongkok berasal dari pemberitaan media, yang sebenarnya hanya memberikan beberapa label dan kesan dangkal.
Jadi sangat sulit baginya memahami mengapa sepak bola Tiongkok bisa membuat seorang pemuda 21 tahun tiba-tiba berubah begitu misterius, seolah menjadi pria tua yang telah melewati banyak pengalaman hidup.
Tapi Zhou Yi tidak terus-terusan bersikap misterius. Setelah selesai bicara, ia menyadari Kottane tampak tertegun. Dengan senyum ia berkata: "Siapa tahu di Brasil, Tim China mungkin masih bisa bertemu Timnas Jerman?"
“Akan ditempatkan dalam satu grup?”
“Mungkin babak penyisihan!”
“Jalan kalian sudah sampai di ujung.” Kottane mendengus, Zhou Yi ini imajinasinya juga cukup luas.
“Belum tentu, nanti lihat saja, sepak bola itu bulat lho!”
Kottane menepuk kaki Zhou Yi: "Sudah selesai!"
Sesi fisioterapi berakhir, obrolan pun berakhir di sini.
Babak 93 Timnas Berkumpul
Selama tiga hari ini, Zhou Yi menjalani latihan intensitas rendah sambil menikmati pijat fisioterapi eksklusif dari fisioterapis khususnya Kottane. Di ruang yang relatif privat, ia setengah berbaring di tempat tidur fisioterapi, dilayani gadis cantik sambil mengobrol dengan Kottane.
Kehidupan sehari-hari yang cukup menyenangkan.
Tapi masa-masa indah itu cepat berlalu.
Liga matchday ke-7, Borussia Dortmund bertandang ke Hannover. Zhou Yi sama sekali tidak masuk daftar pemain untuk pertandingan ini.
Saat rekan setimnya berangkat ke kandang lawan, Zhou Yi juga menaiki pesawat untuk pulang lebih awal ke China guna mempersiapkan babak 10 besar melawan Australia.
Karena cedera yang dialaminya saat melawan Manchester City, ia tidak perlu bermain melawan Hannover 96 dan tentu saja tidak perlu tinggal lebih lama di Jerman.
Sebelum berangkat, Zhou Yi bertanya pada Kottane apakah pergelangan kakinya bermasalah.
"...Selama lawan tidak sengaja melakukan tackle ke pergelangan kakimu, pertandingan normal tidak akan ada masalah." Jawaban Kottane membuatnya bingung apakah harus merasa lega atau khawatir.
Melihat ekspresi Zhou Yi, Kottane tersenyum: "Bodoh, jika orang itu sengaja ingin tackle kakimu, bahkan jika pergelanganmu sehat, pasti akan patah."
Zhou Yi baru lega, artinya pergelangan kakinya sudah pulih hingga bisa tampil di pertandingan.
Jadi di Bandara Internasional Ibu Kota, saat muncul di depan wartawan, menghadapi wartawan China yang khawatir akan cederanya, dia bisa tersenyum santai: "Saya merasa kondisi tubuh saya sangat baik, tidak ada masalah."
Jawaban ini membuat wartawan dan suporter China menghela nafas lega - Zhou Yi sama sekali tidak boleh cedera.
Dalam pertandingan melawan Manchester City, melihat Zhou Yi pincang turun lapangan, banyak orang mencaci Manchester City, sekaligus khawatir akan Zhou Yi.
Kemudian melihat Zhou Yi berjalan cepat menuju pelatih kepala Klopp, sempat dikira sebelumnya pura-pura cedera untuk mengulur waktu. Tapi ketika lensa beralih, pergelangan kaki Zhou Yi ternyata dibalut es!
Itu membuktikan cedera sungguhan...
Saat itu tak ada yang tahu berapa lama Zhou Yi akan cedera, semua suporter China merasa resah.
Karena lawan selanjutnya Timnas China di babak 10 besar adalah Australia.
Ini bukan tim yang bisa dikalahkan dengan mudah.
Jika lawannya Oman mungkin tidak masalah, tidak perlu memanggil Zhou Yi, biarkan dia beristirahat di Eropa, pemain timnas lain pun bisa mengalahkan tim terlemah di grup ini di kandang sendiri.
Tapi Australia bukan lawan level seperti itu.
Meskipun sudah tiga pertandingan fase grup berlalu, Tim China dengan dua kemenangan dan satu hasil imbang mengumpulkan 7 poin, hanya tertinggal di posisi kedua dari Jepang yang sudah bermain satu pertandingan lebih banyak.
Namun situasi sebenarnya tidak seoptimistis yang dibayangkan banyak orang.
Hingga saat ini, empat pertandingan babak 10 besar Grup B telah dimainkan. Karena ada lima tim, pasti ada tim yang bermain lebih sedikit satu pertandingan.
Jepang dengan dua kemenangan dan dua hasil imbang (8 poin) di puncak klasemen, China dua kemenangan satu imbang (7 poin) di posisi kedua, Qatar satu menang dua kalah (3 poin) ketiga, Australia dua imbang satu kalah (2 poin) keempat, Oman satu imbang dua kalah (1 poin) di dasar klasemen.
Secara sekilas China unggul 4 poin dari Qatar di posisi ketiga, dan hanya terpaut 1 poin dari Jepang di puncak. Namun faktanya Qatar memiliki jumlah pertandingan yang sama (3 laga), sehingga selisih 4 poin ini tidak sebesar yang dikira orang.
Performa Australia memang mengejutkan. Tiga pertandingan babak 10 besar belum meraih kemenangan, terutama hasil imbang di kandang lawan Oman yang menjadi kemenangan tak terduga, serta kekalahan dari Qatar yang mengacaukan strategi mereka.
Namun kinerja buruk Australia saat ini tidak menjamin kelanjutan tren ini. Sebaliknya, dengan poin awal babak 10 besar yang minim, mereka akan semakin agresif merebut poin. Pertandingan melawan mereka akan semakin sulit karena peningkatan agresivitas dan determinasi mereka untuk menang.
Tim China justru berada tepat di moncong senjata mereka.
Meskipun bertanding di kandang lawan, Australia sama sekali tidak akan menyerah dalam pertandingan ini. Tanpa Zhou Yi, bahkan di kandang sendiri, Tim China akan kesulitan mengalahkan Australia.
Walau menjadi tuan rumah, dengan status sepak bola Tiongkok di Konfederasi Sepak Bola Asia, jangan berharap ada "keuntungan kandang" yang berarti.
Kehadiran Zhou Yi mungkin tidak menjamin kemenangan di kandang sendiri, setidaknya memberi banyak suporter China dasar untuk berharap meraih kemenangan.
……
Setiba di Beijing, Zhou Yi tidak menetap di ibukota, melainkan beristirahat di bandara sebelum langsung transit ke Xi'an - lokasi kedua kandang Tim China di babak 10 besar.
Di sana dia akan bergabung dengan timnas yang telah memulai pelatihan konsentrasi sejak awal Oktober, mempersiapkan pertandingan babak 10 besar pada 16 Oktober.
Sesampainya di Xi'an, hal pertama yang dilakukan Zhou Yi setelah bergabung dengan timnas adalah menjalani pemeriksaan menyeluruh oleh tim medis untuk mengevaluasi pemulihan cederanya.
Kesimpulan akhir dari fisioterapis: dia sudah bisa ikut latihan bersama tim.
Ini berarti kondisi fisiknya telah memenuhi syarat untuk tampil dalam pertandingan.
Kottane tidak membohonginya.
Hasil ini membuat Zhou Yi dan Gao Hongbo sama-sama bersukacita.
Dalam pertandingan krusial seperti ini, kehadiran Zhou Yi mutlak tidak boleh absen.
Saat Zhou Yi tiba di Xi'an, liga Eropa justru sedang memanas.
Borussia Dortmund tidak hanya kehilangan Zhou Yi tapi juga melakukan rotasi pemain, membuat skuad yang bertandang ke kandang lawan bukan formasi terkuat. Ditambah lagi, pertandingan melawan Manchester City telah menguras stamina dan energi berlebihan.
Pada akhirnya, Borussia Dortmund yang sempat unggul lebih dulu di kandang lawan, harus puas dengan hasil imbang 1-1 melawan Hannover 96.
Setelah tujuh pertandingan dengan empat kemenangan, dua imbang, dan satu kekalahan, mereka mengumpulkan 14 poin dan berada di peringkat ketiga.
Tim lain yang juga mengantongi 14 poin adalah Schalke 04. Di laga ini, mereka mengalahkan Wolfsburg 3-0 di kandang sendiri, memiliki poin dan jumlah gol yang sama dengan Dortmund (17 gol), namun tertinggal di selisih gol sehingga berada di bawah Dortmund.
Yang Muge bermain penuh selama 90 menit dan tampil gemilang, menjadi pahlawan kemenangan Schalke 04. Performanya yang konsisten sejauh musim ini turut mengantar Schalke 04 ke posisi keempat klasemen. Setelah pengalaman musim lalu, peran pemain asal China ini semakin vital di skuat Schalke 04 musim ini. Sebagai benteng kokoh di lini tengah, performanya tak hanya dipuji pelatih Stevens, tapi juga diakui suporter dan media. Kini ia bukan lagi "hantu tak kasat mata" di Gelsenkirchen - berjalan di jalan pun bisa langsung dikenali fans Schalke 04. Media kerap memujinya, menyebut Schalke 04 kini memiliki pemain China kebanggaan layaknya Zhou Yi di Dortmund.
Karakter Yang Muge yang rendah hati dan sederhana juga sangat disukai. Dia selalu diam melakukan tugasnya, tak pernah terlibat masalah di luar lapangan. Di dalam ruang ganti tim, dia bisa bergaul baik dengan semua orang tanpa konflik kepentingan atau sifat yang mengganggu. Kesederhanaannya justru tidak menjadi hambatan untuk berintegrasi dengan tim. Bagaimanapun, dia berasal dari Akademi Schalke 04, bukan orang asing yang sama sekali tak dikenal. Dia memiliki senioritas di klub dan sudah memiliki hubungan baik dengan banyak pemain tim. Jadi beradaptasi dengan tim bukan hal sulit baginya. Sifatnya yang tidak suka bersaing juga menghindarkannya dari konflik, membuatnya semakin disukai.
Guo Nu juga tampil bagus di Cesena. Pada laga liga kali ini, Cesena menjamu Varese di kandang sendiri.
Akhirnya mereka menang 2:0 di kandang. Guo Nu tampil sangat mengesankan dalam pertandingan sebagai kunci tim tidak kebobolan.
Dia mengompensasi kekurangan tinggi badannya dengan kondisi fisik yang luar biasa. Gerakan tiba-tiba menyergap ke depan membuat para penyerang Varese kewalahan.
Guo Nu juga masuk dalam daftar pemain Tim China untuk menghadapi Australia. Setelah pertandingan melawan Varese, dia langsung bergegas pulang ke China.
Pada saat yang sama, di laga ke-7 La Liga, Atletico Madrid mengalahkan Malaga dengan skor 2:1. Sun Pan masuk dalam starting lineup. Sebenarnya dia sudah pulih dari cedera dua pertandingan sebelumnya di laga ke-5 liga, tampil sebagai starter Atletico Madrid dan membantu tim mengalahkan Valladolid 2:1 di kandang sendiri, menunjukkan performa yang bagus.
Pemulihannya dari cedera merupakan kabar baik bagi Atletico Madrid maupun Timnas China. Timnas China sebenarnya sudah lama menunggu kiper kelas dunia yang stabil, dimana Sun Pan adalah kiper China yang paling potensial mencapai level dunia. Kepulangannya ke tim pasti akan meningkatkan stabilitas pertahanan Timnas China, menambah faktor pendukung penting untuk mengalahkan Australia di kandang sendiri.
Bagaimanapun juga performa gemilangnya di Olimpiade masih melekat di ingatan semua orang. Dari tim Olimpiade Tiongkok yang akhirnya menjadi juara itu, tiga pemain dianggap sebagai pahlawan utama: Zhou Yi, Sun Pan, dan He Ying. Ketiganya membentuk poros tengah Tim Olimpiade Tiongkok - Zhou Yi sebagai pengatur permainan di lini tengah, He Ying sebagai penyerang andalan di depan, sementara Sun Pan menjadi pertahanan terakhir yang tak tertembus di gawang.
Jadi meskipun pemain lain di Tim Olimpiade juga tampil baik, tiga pemain inilah yang paling menonjol dan menarik perhatian.
Kini Sun Pan akan menghadapi pertandingan timnas pertamanya sepanjang karier. Ekspektasi publik sangat tinggi, berharap dia bisa menyelesaikan masalah pertahanan Timnas China yang paling dekat dengan gawang.
Sedangkan berbicara tentang tiga pahlawan Tim Olimpiade, Zhou Yi dan Sun Pan tetap mempertahankan performa bagus mereka di Olimpiade. He Ying justru sebaliknya, performa baiknya di Olimpiade sama sekali tidak berlanjut karena jarang dimainkan di klub.
Pada pertandingan sebelumnya melawan Jepang di kandang lawan, Tim China hanya bisa meraih hasil imbang berkat gol Zhou Yi di akhir pertandingan. He Ying yang tampil buruk dengan menyia-nyiakan beberapa peluang dianggap sebagai penyebab utama kegagalan kemenangan tandang.
Setelah pertandingan itu, He Ying juga mendapat kritikan. Namun dirinya sendiri tidak memberikan respon apapun terhadap kritikan tersebut.
Setelah kembali ke Barcelona, dia sempat masuk dalam daftar pemain Barcelona. Saat itu media dalam negeri dan suporter sempat heboh, menanti-nanti penampilan perdana nya di Barcelona.
Tapi sampai pertandingan berakhir, dia sama sekali tidak dimainkan, hanya duduk di bangku cadangan selama 90 menit.
Masalah He Ying sekarang bukan tentang bisa atau tidaknya memanfaatkan peluang, melainkan sama sekali tidak ada peluang yang bisa dimanfaatkan...
Meski jarang dimainkan di Barcelona, He Ying tetap masuk dalam skuad timnas kali ini.
Sama seperti Zhou Yi, karena tidak perlu mengikuti laga ke-7 La Liga, dia datang lebih awal ke Xi'an untuk persiapan. Gao Hongbo berharap bisa memulihkan performa He Ying melalui latihan timnas dan pertandingan internal.
Laga ke-7 Barcelona adalah pertarungan epik yang ditunggu dunia - Derby Nasional Spanyol antara Barcelona vs Real Madrid di Camp Nou, pertarungan abad!
Tapi ini tidak ada hubungannya dengan He Ying, He Ying sama sekali tidak masuk ke dalam daftar pemain. Untuk mempersiapkan pertandingan timnas, dia mengajukan permohonan kembali ke China lebih awal ke klubnya, permintaannya disetujui.
Dia bahkan kembali lebih awal daripada Zhou Yi, karena tidak perlu tinggal di klub untuk pemulihan cedera.
Jadi setelah Zhou Yi tiba di Xi'an, dia langsung bertemu dengan He Ying.
