Sementara suporter China berkhayal tentang masa depan indah, pertandingan sudah lama dilanjutkan.
Australia yang tertinggal dua gol tidak rela menerima kekalahan, mereka berharap bisa menyamakan skor dalam sisa dua puluh menit.
Mereka melancarkan serangan membabi buta ke gawang Tim China.
Menghadapi serangan gencar Australia, Tim China memilih bertahan total. Memanfaatkan garis pertahanan Zhou Yi, Yang Muge, Guo Nu, dan Sun Pan untuk menahan serangan Australia.
Gao Hongbo juga melakukan penyesuaian pergantian pemain, menarik keluar penyerang Gao Lin dan memasukkan gelandang bertahan Yang Hao untuk memperkuat pertahanan lini tengah. Hanya menyisakan He Ying di depan.
He Ying dengan kemampuan teknis komprehensif dan kecepatan superior memang kandidat paling cocok untuk strategi bertahan-balik ini. Kemampuan bermain mandirinya sangat kuat, tidak perlu dukungan rekan setim, bisa membawa bola langsung menyerang jantung pertahanan lawan. Meski tidak bisa mencetak gol, dia bisa menguasai bola selama mungkin untuk menguras waktu pertandingan dan melemahkan semangat lawan.
Tentu saja semua ini syaratnya He Ying dalam kondisi prima. Jika tidak, bola akan mudah direbut dan strategi ini menjadi tidak efektif.
Untungnya, hari ini He Ying tidak tahu kenapa kondisinya sangat prima.
Dengan dua gol yang dicetaknya, dia benar-benar bisa mengoper, menggiring, menyerang, dan menembak. Jika tidak memungkinkan, dia bahkan bisa mempertahankan bola hampir 10 detik. Di area depan, dia seperti pembuat masalah yang terus mengganggu pertahanan Australia, membuat mereka tidak bisa menyerang maksimal.
Dalam kondisi ini, Australia hanya bisa memilih metode serangan paling sederhana: umpan silang dari sayap.
Tapi taktik ini tidak terlalu mengancam pertahanan Tim China.
Selain Guo Nu, Tim China juga memiliki kiper Sun Pan dengan area pergerakan luas. Kekurangan tinggi badan Guo Nu ditutupi oleh lompatan tinggi dan jangkauan tangan Sun Pan.
Beberapa kali umpan silang Australia yang agak mendekati gawang langsung direbut oleh Sun Pan dengan teriakan khasnya "Aku yang ambil!"...
Jika mencoba menyerang melalui area tengah, Australia akan menghadapi garis pertahanan Zhou Yi, Yang Muge, dan Yang Hao.
Menembus pertahanan ini sangat sulit dan tidak efisien.
Begitupun jika penguasaan bola jatuh ke Tim China, itu menjadi mimpi buruk Australia. Di bawah pimpinan Zhou Yi, seluruh tim termasuk kiper Sun Pan akan terlibat dalam "mengoper bola bolak-balik" yang sangat dibenci lawan.
Taktik mengoper bola bolak-balik dalam pandangan suporter China sebenarnya tidak pernah mendapat citra baik, dianggap sebagai bukti ketidakmajuan pemain dan tidak adanya strategi serangan. Namun sejak kesuksesan Barcelona, penerimaan terhadap sirkulasi bola di lini tengah-belakang ini kini jauh meningkat.
Tapi yang paling krusial adalah kondisi Tim China saat ini. Mengoper bola bolak-balik menjadi taktik mereka untuk mengulur waktu saat sedang mendominasi. Dari perspektif suporter China, mereka tidak peduli apakah ini terkesan pasif, asal bisa membantu memenangkan pertandingan.
Maka ketika Tim China melakukan operan bolak-balik, sorakan bergema serempak dari tribun Stadion. Setiap operan sukses Tim China disambut sorakan, berlanjut hingga mereka mengakhiri sirkulasi bola atau kehilangan penguasaan bola.
Sejujurnya, dari sudut pandang netral, permainan Tim China terkesa licik - memanfaatkan keunggulan kemampuan operan untuk mengulur waktu.
Tapi Tim China adalah representasi sepak bola nasional, hanya bertanggung jawab pada suporter China. Berapa banyak suporter China yang benar-benar netral saat timnas bertanding? Jadi mempertimbangkan reaksi pihak netral sia-sia belaka.
Mau bagaimana lagi? Lawan memang tidak selevel kemampuan penguasaan bola melalui operannya dibanding Tim China.
Australia yang kemampuan operannya kalah dari Tim China akhirnya kehilangan kesabaran, melakukan pressing dengan tackling semakin kasar.
Dalam lima menit, dua pemain Australia mendapatkan kartu kuning: satu karena melanggar Zhou Yi, satunya lagi menjatuhkan He Ying.
Melanggar Zhou Yi wajar saja, karena dialah inti dari gaya penguasaan bola melalui operan Tim China.
Sedangkan kartu kuning yang diterima He Ying adalah karena dia membawa bola ke separuh lapangan Australia, jauh dari area penalti China. Tanpa kesempatan langsung mengancam gawang Australia dan tidak ada rekan setim yang datang membantu, dia akhirnya membawa bola ke bendera sudut lalu dengan terang-terangan mempertahankan bola sambil mengulur waktu.
Tindakan ini sepenuhnya sesuai aturan. Jika dia bisa mempertahankan bola di kakinya hingga pertandingan berakhir, wasit utama pun tidak mungkin meniup pelanggaran. Sepak bola berbeda dengan basket yang memiliki aturan 24 detik untuk menyerang, larangan berada di bawah ring lawan lebih dari 3 detik, serta kewajiban pemain penyerang untuk mengoper, menembak, atau menggiring bola dalam 5 detik ketika dijaga ketat.
Singkatnya, pemain basket tidak boleh diam memeluk bola sambil melindunginya di lapangan.
Tapi sepak bola tidak memiliki aturan seperti itu.
Jadi saat perlu mengulur waktu, sering terlihat pemain penyerang membawa bola ke area bendera sudut lawan lalu diam mempertahankan bola.
Sementara tim bertahan, jika tidak bisa merebut bola dengan cara normal, tentu tidak akan membiarkan pemain penyerang terus "bermain curang". Mereka biasanya melakukan pelanggaran untuk melanjutkan pertandingan.
Karena tindakan inilah He Ying membuat seorang pemain Australia menerima kartu kuning.
Pada menit ke-80 pertandingan, Tim China sudah mulai mengulur waktu. Bisa dibilang mereka bermain pasif, tapi ini taktik normal untuk meraih kemenangan. Dari sudut pandang pendukung Tim China, tak ada yang akan menyalahkan mereka. Hanya komentator Australia yang terus protes keras: "Tim China tidak punya etika olahraga! Permainan pasif seperti ini membuat pertandingan jadi tidak menarik sama sekali!"
Omong kosong. Sebagai orang Australia, tentu mereka ingin Tim China bermain terbuka dan menyerang balik, bahkan sampai bek tengah maju melewati garis tengah, kiper keluar area penalti, biar Australia bisa mencetak gol ke gawang kosong. Tapi kalau Tim China benar-benar menyerang, mereka tidak akan dapat pujian "berani" atau "gentleman", malahan akan dicaci "otaknya masuk air".
Saat ini bukan waktu untuk membahas semangat Olimpiade. Yang penting bisa menang dan meraih tiga poin.
Menghadapi permainan agresif pemain Australia, pemain China sering jatuh. Peluit Wasit utama Hassan terus berbunyi, pertandingan sering terhenti. Bagian ini sama sekali tidak menarik, tapi suporter China tidak peduli. Bagus atau tidak tidak penting, yang penting menang.
Suporter di Xi'an juga tidak peduli dengan jalannya pertandingan. Setiap kali ada kontak fisik antara pemain China dan Australia lalu jatuh, tribun langsung bergema dengan teriakan "maling bangsat!". Pemandangan itu benar-benar spektakuler.
Zhou Yi adalah yang paling sering terjatuh. Di satu sisi, karena dia menerima paling banyak pelanggaran dari pemain Australia, di sisi lain fisiknya memang tidak cukup kuat, sehingga mudah kehilangan keseimbangan saat tabrakan sengaja dari lawan lalu terjatuh.
Meskipun gerakan jatuhnya terlihat berlebihan dan membuat deg-degan, sebenarnya cedera yang dialaminya tidak parah karena dia sangat pandai melindungi diri.
Tindakan perlindungan diri ini, di mata pemain dan pendukung Australia, jelas-jelas merupakan "diving" yang terang-terangan.
Komentator stasiun TV Australia hampir selalu mengutuk Zhou Yi sebagai "badut diving yang hina" dan perwakilan kerusakan etika olahraga setiap kali dia terjatuh.
Namun seberapa marah pun tuduhannya, hal itu tidak mengubah realitas bahwa pemain Australia tidak unggul di lapangan.
Sebelum pertandingan ini, banyak suporter Australia mungkin masih berpegang pada kesan lama tentang sepak bola Tiongkok yang lemah dalam sejarah kelam. Atas pencapaian Tim China sebagai juara dua di Piala Asia, mereka lebih memilih percaya itu hanya keberuntungan sampah. Soal medali emas Tim Olimpiade Tiongkok di Olimpiade, mereka yakin itu hasil pertandingan sampah yang tidak dianggap penting negara sepak bola kuat, plus dugaan penggunaan obat terlarang oleh orang China.
Mereka menolak menerima fakta bahwa Tim China semakin kuat. Akibatnya, orang Australia yang keras kepala, sombong, dan arogan ini mengalami kehancuran keyakinan selama pertandingan.
Tentu saja kaum kolot tidak akan mengakui hal ini hanya karena satu pertandingan.
Mereka masih akan beranggapan bahwa alasan Tim China bisa menang di kandang sendiri semata-mata karena bantuan wasit utama. Jika tidak, sudah seharusnya beberapa pemain diusir keluar lapangan akibat banyaknya diving. Lihatlah keputusan wasit Hassan dalam pertandingan ini, jelas-jelas memihak Tim China. Bukankah China sekarang kaya? Pasti mereka menyuap habis-habisan seluruh kelompok wasit agar terus membuat keputusan yang memihak Tim China selama pertandingan.
Spekulasi ini membuat para suporter Australia sangat kesal. Sebenarnya sejak kebangkitan China yang berhasil melampaui Jepang dalam total ekonomi menjadi nomor dua dunia, banyak negara maju termasuk Australia telah membenci China. Di dalam negeri Australia, terdapat dasar dukungan populer untuk mendiskreditkan dan mendiskriminasi China.
Sepak bola adalah perang tanpa asap mesiu yang seringkali memperbesar permusuhan emosional di tingkat akar rumput.
Akhirnya, ketika wasit utama Hassan meniup peluit penutup pertandingan, Tim China berhasil mengalahkan Australia 2-0 di kandang sendiri, meraih tiga poin sekaligus menendang Australia ke neraka.
Stadion Zhuque yang sebelumnya seperti kawah gunung berapi berubah menjadi lautan sukacita.
Sementara para suporter Australia menggemeretakkan gigi menanti pertandingan balasan di kandang mereka nanti. Mereka pasti akan mengajari orang China cara "menjadi manusia" di tanah sendiri. Saat itu, tidak akan ada wasit hitam Asia Barat yang membantu Tim China!
