Setelah pertandingan, Zhou Yi juga menjadi pusat perhatian para wartawan media. Pernyataannya sebelum pertandingan yang memicu kontroversi besar, kini hasil pertandingan benar-benar sesuai dengan "prediksi"-nya. Tentu semua orang ingin mendengar penjelasannya.
Di depan mikrofon, Zhou Yi tampak sangat polos: "Aku benar-benar tidak bermaksud provokatif, juga bukan sombong atau angkuh. Aku hanya menyebutkan istilah ilmiah, tak disangka media malah mengartikannya berlebihan. Awalnya kupikir ini hanya slang umum di dunia Barat yang tak perlu dijelaskan panjang lebar. Rupanya aku kurang pertimbangkan. Kalian tanya pendapatku? Hanya satu - beberapa hal memang ada penjelasan ilmiahnya, tak peduli suka atau tidak. Hukum Murphy memang bukan hal baik, tapi nyata adanya. Ini fenomena psikologi biasa, jangan dibesar-besarkan. Pertandingan ini membuktikannya."
Seorang wartawan bertanya: "Apakah ini berarti sekeras apapun usaha pemain Real Madrid, mereka pasti kalah dari Borussia Dortmund?"
Zhou Yi langsung geleng-geleng kepala, menunjuk sang penanya: "Aku tidak bilang begitu! Nanti kalau pemberitaannya salah, kau yang bertanggung jawab."
Ia menunjuk ke arah para wartawan yang hadir: "Banyak rekan media di sini bisa jadi saksi, aku tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu!"
Sekelompok wartawan dalam hati melirik ke atas...
Seorang wartawan China mengalihkan topik: "Setelah mengalahkan Real Madrid di kandang sendiri, apakah ini berarti Dortmund akan menjadi juara grup?"
Zhou Yi menggelengkan tangan: "Ini grup kematian, apapun bisa terjadi normal. Tidak hanya kami tidak bisa bilang juara grup, bahkan kualifikasi kami dari grup saja masih terlalu dini. Siapa tahu apa yang akan terjadi? Manchester City juga tim kuat..."
Sebelum selesai bicara, wartawan China itu tersenyum misterius: "Manchester City baru kalah 1-3 di kandang Ajax."
"Eh..." Zhou Yi tercekat. "Baiklah, sampai di sini. Sampai jumpa semua!"
Sambil melambaikan tangan, dia memaksa mengakhiri konferensi pers.
Melihat punggungnya yang menjauh, beberapa wartawan tertawa.
"Dua musim lalu dia yakin sekali meramalkan Borussia Dortmund pasti lolos fase grup Liga Champions. Kenapa sekarang jadi rendah hati begini?"
"Ini bukan rendah hati, ini licik!" seseorang langsung menyahut. "Aku rasa semua ucapannya sarkastik..."
"Jangan-jangan kita yang overthinking?"
"Tidak. Kita harus analisis mendalam perkataan Zhou Yi. Jangan lihat permukaan, gali makna tersembunyi. Siapa tahu ada pesan subliminal?"
"Tahu siapa yang paling layak dikasihani? Manchester City! Zhou Yi mengutuk Real Madrid masih wajar karena lawan mereka. Tapi Manchester City di liga lain saja kena getahnya..."
"Maksudmu?"
"Setelah pertandingan terakhir Borussia Dortmund melawan Manchester City, bukankah Zhou Yi mengatakan 'semuanya mungkin' saat diwawancarai kita? Bagaimana persisnya kalimat yang dia ucapkan waktu itu..." Si pembicara mengangkat kepala sejenak mengingat, lalu melanjutkan. "'Meski saat ini Ajax berada di peringkat terbawah, tapi jika meremehkan mereka, kita akan menyesal'. Ya, begitu katanya. Lihatlah, Manchester City sekarang jatuh di tangan Ajax? Juara Liga Premier yang terhormat, tiga kekalahan beruntun di fase grup Liga Champions! Benar-benar... memalukan, ck ck."
Sekelompok orang pun teringat, Zhou Yi memang pernah mengatakan hal tersebut sebelumnya. Saat itu mereka tidak terlalu memikirkannya, hanya menganggapnya sebagai ucapan formal biasa.
Tak disangka ramalan Zhou Yi benar-benar menjadi kenyataan.
Kini ketika semua mengingat kembali julukan "Penyihir"-nya yang pernah tersebar luas di seluruh Jerman, mereka tak bisa menahan merinding - mungkin saja julukan itu sebenarnya tidak perlu diberi tanda kutip?
……
Dua pertandingan fase grup Liga Champions yang dimulai bersamaan malam itu telah berakhir. Borussia Dortmund mengalahkan Real Madrid 2:1 di kandang sendiri, memperpanjang rekor buruk Real Madrid yang tidak pernah menang di Jerman selama 14 tahun. Tapi hasil ini tidak terlalu mengejutkan, banyak orang yang mengetahui skor ini - meski sama sekali tidak menonton pertandingan - akan menganggapnya wajar, justru jika Real Madrid menang mereka akan terkejut.
Namun hasil pertandingan yang satunya benar-benar membuat banyak orang terkejut.
Manchester City ternyata kalah di kandang Ajax dalam situasi yang sudah bisa dianggap sebagai pertaruhan mati! Tim yang dianggap terlemah di grup ini, berhasil mengalahkan Manchester City 3-1 di kandang sendiri!
Sebenarnya di babak pertama, Manchester City masih bisa bermain imbang 1-1 dengan Ajax di kandang lawan.
Namun di babak kedua, Ajax mencetak dua gol dalam sepuluh menit, membunuh ketegangan pertandingan.
Tim pelatih Mancini mengalami tiga kekalahan memalukan secara beruntun di fase grup Liga Champions.
Ini sesuatu yang tidak terduga banyak orang sebelum pertandingan. Saat hasil undian baru keluar, semua mengira Ajax akan menjadi sasaran perolehan poin bagi tim-tim di grup ini, sementara perebutan dua kuota lolos kualifikasi diperkirakan terjadi antara Real Madrid, Manchester City dan Borussia Dortmund.
Tak disangka setelah separuh fase grup, Manchester City malah terlebih dulu tertinggal. Setelah tiga pertandingan, Borussia Dortmund dengan tiga kemenangan sempurna memuncaki klasemen dengan 9 poin, disusul Real Madrid di posisi kedua dengan dua kemenangan dan satu kekalahan (6 poin). Yang mengejutkan, Ajax berada di peringkat ketiga dengan satu kemenangan dan dua kekalahan (3 poin). Sementara Manchester City dengan tiga kekalahan berturut-turut masih nihil poin di dasar klasemen.
Masih tersisa tiga pertandingan grup. Jika Manchester City ingin lolos dari grup kematian ini, mereka harus memenangkan semua tiga pertandingan sambil berharap tim-tim di atas mereka tidak meraih kemenangan sama sekali. Jika tidak, probabilitas lolos mereka akan sangat-sangat-sangat kecil...
Tapi bahkan dengan skenario ini, peluang lolos Manchester City hanya tinggal mungkin secara teori...
Setelah pertandingan ini, media di Manchester berkomentar: "Rupanya 'grup kematian' hanya berlaku untuk Manchester City..."
"'Grup kematian' berubah menjadi 'grup kekecewaan', siapa tahu apa yang dialami Manchester City!"
……
Manchester City tentu sangat kecewa, sementara situasi Borussia Dortmund sangat menjanjikan.
Dari tiga pertandingan mereka mengumpulkan 9 poin tanpa pernah kalah, dengan keunggulan 6 poin atas Ajax yang berada di peringkat ketiga. Dalam catatan head-to-head pun mereka unggul. Di tiga pertandingan selanjutnya, Borussia Dortmund hanya perlu memenuhi dua syarat untuk memastikan kuota lolos kualifikasi.
Pertama, menang satu kali saja dari tiga pertandingan tersisa.
Kedua, tidak kalah dengan selisih dua gol atau lebih dari Ajax.
Selama memenuhi kedua poin ini, hak lolos praktis sudah di tangan.
Faktanya situasi aktual jauh lebih optimis daripada perhitungan teoritis.
Karena skenario teoritis ini didasarkan pada Dortmund hanya menang sekali lalu kalah dua kali, sementara Ajax memenangkan semua tiga pertandingan tersisa.
Belum lagi jika melihat kualitas lawan seperti Manchester City dan Borussia Dortmund sendiri, hampir mustahil bagi Ajax untuk mengalahkan Real Madrid di kandang lawan. Jadi skenario ekstrem teoritis ini sangat tidak mungkin terjadi.
Sudah bisa dipastikan Borussia Dortmund lolos dari grup kematian ini tanpa hambatan. Satu-satunya ketegangan hanyalah siapa yang akan jadi juar grup antara mereka dengan Real Madrid.
Setelah kalah dari Borussia Dortmund, Real Madrid turun dari posisi juara grup menjadi runner-up grup. Mereka pasti tidak akan rela hanya bertemu juara grup lain, juga tidak mau menerima kekalahan dari Borussia Dortmund. Oleh karena itu, dalam pertandingan grup Liga Champions berikutnya di kandang sendiri, Real Madrid pasti akan mengerahkan segala upaya untuk mengalahkan Borussia Dortmund.
Pertarungan antara kedua tim inilah yang menjadi sorotan utama di grup ini.
Mengenai istilah "grup kematian"... Kini semua menyadari bahwa Grup D Liga Champions tahun 1999 adalah klasik yang tak tertandingi. Grup D tahun ini hanya terlihat menakutkan seperti 'grup kematian', tapi sebenarnya hanyalah macan kertas. Ketidakmampuan Manchester City membuat grup ini kehilangan banyak ketegangan. Grup dengan selisih poin sebesar ini sulit disebut sebagai 'grup kematian'.
……
Setelah pertandingan melawan Real Madrid, Borussia Dortmund akan bertandang ke SC Freiburg pada pekan kesembilan liga.
Dalam pertandingan ini, Klopp melakukan rotasi besar-besaran. Meskipun seluruh tim Borussia Dortmund menunjukkan stamina yang mengagumkan saat melawan Real Madrid, mereka bukan robot bisu. Dua pertandingan intensif berturut-turut dengan duel fisik keras telah membuat para pemain kelelahan baik secara fisik maupun mental.
Oleh karena itu, usai pertandingan melawan Real Madrid, Klopp memberikan libur satu hari penuh bagi semua pemain yang bermain. Padahal tiga hari kemudian mereka sudah harus menghadapi pertandingan liga melawan SC Freiburg.
Klopp sama sekali tidak berencana untuk memainkan sebagian dari pemain-pemain tersebut dalam pertandingan itu.
Dalam pertandingan tandang melawan SC Freiburg, Zhou Yi tidak ikut, Mark tidak ikut, Robert Lewandowski tidak ikut, Reus tidak ikut, Sven Bender tidak ikut - semua nama tersebut tidak masuk dalam daftar pemain 18 orang.
Namun meski begitu, Borussia Dortmund yang memainkan formasi kedua tetap berhasil mengalahkan Freiburg 2:0 di kandang lawan dengan mudah. Pertandingan ganda di Liga Champions dan liga domestik sama-sama berjalan lancar. Hal ini menunjukkan bahwa setelah bermain di Liga Champions selama dua musim berturut-turut, Dortmund telah mengumpulkan pengalaman dalam menghadapi tantangan kompetisi domestik dan Eropa secara bersamaan.
Kabar baik bagi Dortmund tidak datang sendirian. Di pertandingan liga yang sama, Bayern München secara mengejutkan kalah 1-2 dari Bayer Leverkusen di kandang sendiri, menjadi kekalahan pertama mereka di liga musim ini.
Kekalahan ini membuat poin mereka tertahan di angka 24.
Sementara Dortmund dengan 20 poin mengikuti di belakang, selisih poin antara kedua tim kini menyusut menjadi empat poin.
Dortmund musim ini ternyata berbeda dengan prediksi para analis - mereka sama sekali tidak mempertimbangkan untuk mengorbankan liga domestik sebagai harga demi fokus penuh pada perburuan gelar di Liga Champions.
