Setelah pertandingan, gelar Man of the Match bukan diberikan kepada Zhou Yi yang menyamakan skor untuk Dortmund, bukan pula kepada pencetak gol Bayern Toni Kroos, melainkan kepada kiper Borussia Dortmund Weidenfeller.
Hasil ini tentu tanpa kontroversi, Weidenfeller pantas menerima penghargaan tersebut.
Bahkan Zhou Yi dalam wawancara pasca-pertandingan memuji habis-habisan Weidenfeller: "Beberapa menit terakhir itu jantungku hampir copot, Roman bagaikan obat jantung daruratku!"
Andai bukan karena performa heroik Weidenfeller di menit akhir, bisa saja Bayern München benar-benar mencetak gol penutup untuk mengalahkan Dortmund.
Kini, dengan membawa pulang satu poin, Borussia Dortmund meninggalkan Allianz Arena dengan puas.
Seperti yang dikatakan Marcel Leif dalam komentar setelah pertandingan, Bayern München gagal mengalahkan Borussia Dortmund di kandang sendiri, mungkin ini menjadi awal persaingan sengit antara kedua raksasa untuk memperebutkan gelar liga di masa depan, meninggalkan ketegangan.
Setelah 15 pertandingan liga, Bayern München mencatat 12 kemenangan, 2 seri, dan 1 kekalahan dengan total 38 poin, tetap bertengger di puncak klasemen.
Sementara Borussia Dortmund dengan 10 kemenangan, 4 seri, dan 1 kekalahan mengumpulkan 34 poin, menempati posisi kedua.
Bayer Leverkusen berada di peringkat ketiga dengan 9 kemenangan, 3 seri, dan 3 kekalahan (30 poin), tertinggal 4 poin dari Dortmund dan 8 poin dari Bayern München.
Secara umum, musim ini tampaknya akan mengulang pola dua musim sebelumnya dimana perebutan gelar liga terutama terjadi antara Bayern München dan Borussia Dortmund. Kunci utamanya adalah stabilitas performa selama maraton kompetisi yang panjang. Berbeda dengan sistem gugur di piala, liga adalah lomba ketahanan dimana keunggulan di awal atau tengah musim belum menjamin gelar juara. Konsistensi yang terus-menerus lebih penting daripada momentum sesaat.
Selain liga, ada juga kompetisi piala dalam negeri dan Eropa yang bisa mempengaruhi performa tim di liga.
Dalam menghadapi multiturnamen, Bayern München memang menunjukkan pengalaman matang. Terlepas dari ejekan Großkreutz, keyakinan Bastian Schweinsteiger didukung fakta nyata.
Jika Borussia Dortmund ingin bersaing memperebutkan gelar liga dengan Bayern München sekaligus ingin melangkah lebih jauh di Liga Champions musim ini, mereka akan menghadapi ujian yang sangat berat.
Lihatlah performa Schalke 04 musim ini. Sebagai juara ketiga liga musim lalu, penampilan mereka di fase grup Liga Champions musim ini sangat mengesankan, terutama saat menghadapi tim unggulan Arsenal - menang di kandang lawan dan bertahan untuk hasil imbang di kandang sendiri. Performa seperti ini benar-benar membuat orang melihat mereka dengan pandangan baru.
Dalam situasi masih menyisakan satu pertandingan fase grup Liga Champions, mereka sudah memastikan lolos dari grup ini lebih cepat.
Namun meski tampil gemilang di Liga Champions, performa di liga domestik terlihat redup jika dibandingkan.
Setelah 15 pertandingan liga, mereka meraih 7 kemenangan, 4 imbang, dan 4 kekalahan dengan total 25 poin, berada di peringkat keempat.
Meski peringkat terlihat cukup baik, selisih 13 poin dengan Bayern München yang memimpin klasemen liga menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak fokus ke liga musim ini, melainkan berkonsentrasi penuh untuk mencapai terobosan di Liga Champions.
Tentu saja, langkah Schalke 04 ini bukan berarti mereka punya Ambisi tertentu di Liga Champions. Akar penyebab kerja keras mereka di kompetisi Eropa hanya satu - uang.
Setiap pertandingan di Liga Champions menyediakan hadiah uang.
Menurut skema hadiah uang Champions Eropa yang dikeluarkan UEFA musim ini, setiap tim yang berhasil tampil di babak utama pertandingan grup Liga Champions akan langsung menerima hadiah uang 2 juta euro. Selanjutnya, biaya penampilan setiap pertandingan fase grup adalah 400.000 euro. Jika memenangkan pertandingan grup, tim akan mendapatkan tambahan 600.000 euro per kemenangan, sementara hasil imbang memberi 300.000 euro. Kekalahan tidak memberikan imbalan apapun.
Selain itu, jika tim berhasil lolos ke babak 16 besar, mereka akan menerima honorarium tambahan sebesar 2,2 juta euro.
Inilah mengapa banyak tim dengan kemampuan tinggi berambisi untuk lolos dari fase grup - hadiah uang setelah kualifikasi jauh lebih besar. Ada perbedaan ekonomi signifikan antara lolos atau tidaknya sebuah tim.
Schalke 04 jelas tidak menganggap kemampuan mereka hanya sebatas "berwisata" di fase grup. Belum lagi honorarium babak 16 besar, performansi bagus di fase grup saja (seperti kemenangan berturut-turut) sudah memberikan honorarium yang lumayan. Tentu mereka harus berjuang keras meraih kemenangan sebanyak mungkin di fase grup.
Namun dengan kemampuan Schalke 04 dan ketebalan bangku cadangan yang dimiliki, fokus untuk meraih hasil bagus di Champions Eropa mungkin akan mengorbankan perform mereka di liga domestik, bahkan mungkin harus sengaja mengorbankan kompetisi liga.
Performa Schalke 04 musim ini cukup jelas. Saat bermain di liga, kondisi tim tidak stabil - kadang bagus kadang buruk. Dari 15 pertandingan, 4 seri dan 4 kalah, tingkat ketidakmenangan melebihi 50%. Namun di Liga Champions mereka sangat bersemangat, seluruh tim seperti disuntik adrenalin. Menang 2-1 di kandang Olympiakos, imbang 2-2 di kandang Montpellier, menang 2-0 di markas Arsenal, imbang 2-2 di kandang sendiri melawan Arsenal, dan menang 1-0 atas Olympiakos di rumah. Hanya tersisa satu pertandingan terakhir di fase grup, sebelumnya mereka belum terkalahkan dalam lima pertandingan, dan selalu mendapatkan bonus di setiap laga. Tidak termasuk biaya penampilan fase grup sebesar 4,4 juta euro, hanya dari bonus kemenangan dan hasil imbang saja Schalke 04 sudah meraup 2,4 juta euro.
Bagi klub Bundesliga yang sangat memperhatikan kesehatan finansial, bonus Liga Champions merupakan subsidi penting. Mereka tidak bisa selalu mengandalkan penjualan pemain untuk mendapatkan pendapatan transfer besar. Bahkan jika ingin melakukannya, tidak ada cukup pemain yang bisa dijual. Bonus Liga Champions menjadi titik pertumbuhan penting untuk menjaga profitabilitas.
Kini, setelah lolos grup satu babak lebih awal, Schalke 04 telah mengamankan bonus babak 16 besar sebesar 2,2 juta euro lebih dulu. Mungkin yang sedang mereka pertimbangkan sekarang adalah bonus 2,5 juta euro untuk babak perempat final.
……
Setelah menyelesaikan "Derby Nasional" ini, Borussia Dortmund dan Bayern München juga akan menghadapi pertandingan terakhir mereka di fase grup Liga Champions.
Pada musim ini, tiga tim Bundesliga berhasil lolos ke babak utama Champions Eropa. Setelah melalui fase grup yang sengit, ketiga tim tersebut berhasil melaju ke babak penyisihan. Performansi mereka akan mengumpulkan poin kompetisi Eropa untuk Bundesliga, yang akan memperkuat posisi tawar tim Jerman dalam alokasi slot Champions Eropa di masa depan.
Ini merupakan kabar gembira bagi seluruh komunitas sepak bola Jerman.
Media juga berharap tim-tim Jerman bisa melangkah lebih jauh di Champions Eropa, seperti musim lalu ketika Bayern München lolos ke final dan Borussia Dortmund mencapai semifinal.
Dari tiga tim Bundesliga, Schalke 04 dan Borussia Dortmund menjadi yang pertama tampil. Pada 4 Desember di fase grup, mereka masing-masing bertandang ke Montpellier dan menjamu Manchester City di kandang sendiri.
Hasil akhirnya, Schalke 04 bermain imbang 1-1 dengan Montpellier. Namun karena Arsenal secara mengejutkan kalah 1-2 dari Olympiakos di kandang lawan, Schalke 04 akhirnya menempati posisi juara grup dengan 12 poin, menggeser tim unggulan Arsenal!
Ini bisa disebut kejutan besar bagi Schalke 04. Setelah gagal mengalahkan Montpellier di tandang, mereka mengira posisi juara grup pasti diraih Arsenal. Sebenarnya lolos grup saja ke babak 16 besar sudah cukup membahagiakan, tak peduli sebagai juara atau runner-up grup. Tapi tak disangka beberapa menit kemudian, mereka justru menjadi juara grup.
Pada pertandingan terakhir Grup D yang berlangsung bersamaan, Borussia Dortmund melakukan rotasi di kandang sendiri. Meski begitu, mereka tetap berhasil mengalahkan Manchester City 1-0 di kandang sendiri, sementara Real Madrid menang 4-1 atas Ajax di kandang lawan.
Sebenarnya hasil dua pertandingan ini tidak memiliki arti khusus bagi Borussia Dortmund dan Real Madrid.
Bagaimanapun juga posisi juara grup dan runner-up sudah pasti. Tapi mungkin masih ada makna bagi Ajax - jika mereka bisa meraih peringkat ketiga grup, mereka masih bisa lolos ke Liga Champions. Namun kunci untuk meraih peringkat ketiga grup tidak terletak pada pertandingan melawan Real Madrid ini. Sekalipun mereka mengerahkan seluruh tenaga, belum tentu bisa mengalahkan Real Madrid. Kuncinya justru terletak pada pertandingan tandang Manchester City melawan Borussia Dortmund. Jika Dortmund yang sudah pasti lolos sebagai juara grup sengaja melemahkan permainan dan kalah dari Manchester City, maka City akan menggeser Ajax dengan 5 poin untuk menjadi peringkat ketiga grup dan lolos ke babak penyisihan Liga Champions.
Oleh karena itu Ajax harus berharap Borussia Dortmund memegang etika olahraga, tidak kalah dari Manchester City di kandang sendiri. Bahkan hasil seri pun masih bisa diterima. Hasil akhirnya memuaskan Ajax, karena Dortmund tidak mengabaikan etika olahraga meski sudah pasti lolos.
Adapun Manchester City... Kesebelasan pendatang baru Liga Premier yang ambisius ingin menulis babak baru di Champions Eropa sama sekali tidak mempedulikan Liga Champions. Entah meraih peringkat ketiga grup atau tidak, ikut serta dalam Liga Champions atau tidak, bagi Manchester City benar-benar tidak berarti. Mereka terlalu sibuk untuk memikirkannya.
Di akhir grup kematian ini, klasemen poin terlihat jelas. Borussia Dortmund dengan lima kemenangan dan satu seri mengumpulkan 16 poin, menduduki puncak klasemen. Real Madrid dengan tiga kemenangan, dua seri, dan satu kekalahan mengumpulkan 11 poin, berada di peringkat kedua. Ajax dengan satu kemenangan, satu seri, dan empat kekalahan mengumpulkan empat poin di peringkat ketiga. Manchester City tanpa kemenangan, dua seri, dan empat kekalahan hanya meraih dua poin di posisi juru kunci.
Grup kematian yang semula diramalkan akan memiliki selisih poin tipis ternyata menunjukkan kontras yang mengejutkan. Banyak yang tidak menyangka sebelumnya. Tampaknya dunia masih harus menunggu lebih lama untuk menyaksikan grup kematian klasik seperti Grup D Liga Champions 1999 yang legendaris.
……
Sehari kemudian, Bayern München menyambut lawan terakhir mereka di fase grup Liga Champions di kandang sendiri - BATE Borisov.
Sebelum pertandingan, mereka dan Atletico Madrid memiliki poin yang sama, namun catatan head-to-head lebih menguntungkan mereka.
Jadi selama bisa menyamai poin Atletico Madrid, mereka pasti akan menjadi juara grup.
Tapi bagaimana cara paling aman untuk mencapainya?
Tentu saja kemenangan tetap yang utama. Jika Bayern München tidak hati-hati di kandang sendiri, terpeleset di kubangan dan kalah dari BATE Borisov, atau bermain imbang dengan BATE Borisov, sementara Atletico Madrid berhasil mengalahkan Lille di kandang lawan, maka Bayern München akan terpaksa puas sebagai runner-up grup. Situasi ini tidak menguntungkan untuk pengundian babak 16 besar.
Jadi yang penting menang.
Bayern München akhirnya tidak mengecewakan, mengalahkan BATE Borisov 4-1 di kandang sendiri. Di sisi lain, Atletico Madrid sukses mengalahkan Lille 1-0 di tandang.
Kedua tim mengumpulkan 13 poin. Berdasarkan catatan head-to-head (kemenangan 2-1 di kandang dan hasil imbang 1-1 di tandang), Bayern München akhirnya menjadi juara grup.
Tiga tim Bundesliga lolos sebagai juara grup di tiga grup berbeda. Bagi sepak bola Jerman, ini benar-benar "prestasi gemilang"...
