Di pertandingan ke-17 Bundesliga (pertandingan terakhir sebelum istirahat musim dingin), Bayern München yang sudah mengamankan gelar juara musim dingin tampak kehilangan motivasi dan hanya bermain imbang di kandang sendiri melawan Borussia Mönchengladbach.
Sehari kemudian, Borussia Dortmund mengalahkan Hoffenheim dengan skor 3-1 di tandang.
Hal ini membuat selisih poin mereka dengan Bayern München menjadi dua poin.
Keunggulan dua poin bagi musim babak kedua yang panjang, hampir sama dengan tidak unggul sama sekali.
Hasil ini membuat Borussia Dortmund bersukacita.
Sekarang mereka menunggu setelah masa istirahat musim dingin untuk bersiap-siap berkonfrontasi langsung dengan Bayern München.
Selanjutnya, setelah bermain satu pertandingan Piala Jerman lagi, tim akan sementara dibubarkan. Para pemain bisa berlibur dan beristirahat dengan tenang. Di babak kedua musim ini, selain persaingan sengit di liga, babak knockout Champions Eropa juga akan segera dimulai.
Meskipun masih ada satu pertandingan yang belum dimainkan, semua orang sudah mulai menantikan liburan yang akan datang.
Di antara pemain lokal Jerman, sebagian besar sudah memesan tiket pesawat dan hotel sejak dini untuk berlibur di tempat yang hangat.
Bagi orang Jerman, Spanyol adalah tujuan liburan yang sangat cocok, terutama Pulau Mallorca yang seperti surga liburan bagi seluruh Eropa.
Sebenarnya sebagian besar wilayah Eropa memiliki garis lintang yang cukup tinggi, misalnya garis lintang Jerman setara dengan Tiongkok Timur Laut, sehingga musim dingin di Jerman sangat dingin, apalagi Dortmund yang terletak di barat laut Jerman.
Sedangkan wilayah seperti Spanyol dan Italia memiliki garis lintang setara dengan Jiangnan di Tiongkok. Berkat pengaruh iklim Mediterania, musim dingin di sini sejuk dan hujan, tidak terlalu dingin, sehingga menjadi tujuan liburan favorit bagi banyak orang Jerman dan Inggris.
Sedangkan pemain dari negara lain, sebagian besar akan kembali ke negara asal mereka, pulang ke kampung halaman.
Zhou Yi juga termasuk di dalamnya.
Pada masa istirahat musim dingin ini, dia juga berencana pulang untuk beristirahat beberapa waktu.
Meskipun kampung halamannya di musim dingin sama sekali tidak bisa dibilang hangat, dia tidak peduli. Baginya, berlibur ke daerah wisata atau tempat wisata terkenal tidak lebih membantu pemulihannya daripada tidur larut di rumah.
Zhou Yi sudah membuat janji dengan Yang Muge, setelah liburan mereka akan pulang ke China bersama-sama.
Tapi tepat setelah dia menentukan jadwalnya, terjadi suatu insiden tak terduga yang mengacaukan rencananya.
……
Malam itu, Zhou Yi yang sedang tidak ada pekerjaan membuka komputer dan login QQ, bersiap mengobrol santai dengan teman-teman di grup untuk menghibur diri.
Malam hari bagi banyak orang yang memiliki kehidupan malam berwarna adalah waktu yang panjang dan menarik, tapi tidak bagi Zhou Yi.
Sebagai pemain profesional yang sangat disiplin, dia pasti akan tidur tepat waktu di malam hari. Dia juga tidak terlalu tertarik dengan tempat-tempat seperti bar atau klub malam. Jika ada waktu luang, dia lebih memilih bermain permainan video di rumah, mengobrol dengan teman online, atau sekadar browsing hal-hal random di internet.
Bisa dibilang dia adalah pria rumahan.
Tapi Zhou Yi juga tidak merasa ada yang salah menjadi pria rumahan. Setiap orang punya gaya hidup favorit dan kebiasaan masing-masing, selama tidak mengganggu orang lain, tidak ada yang bisa disalahkan.
Saat masih sekolah, selain bermain sepak bola, kegiatan favoritnya adalah nongkrong di internet.
Di grup "Mengisolasi Lao Guo", Sun Pan tidak muncul. Zhou Yi dan Yang Muge mulai mengolok-olok teman serumahnya: "...Pasti dia lagi mendekati cewek. Nanti kalau sampai terikat sama perempuan dan memilih tinggal di Atletico Madrid, itu bakal lucu banget."
"Nggak mungkin, Zhou Yi." Kata Yang Muge. "Kurasa tidak ada perempuan di belahan dunia mana pun yang bisa mengikat Pan-Pan."
"Pfft, pantaslah teman serumah, memang paling paham sifatnya!"
Sedang asyik mengobrol, ikon QQ Zhou Yi tiba-tiba berkedip lagi. Dia melirik dan melihat foto profil seorang cewek yang berkedip-kedip.
Ini sangat mengejutkannya.
QQ-nya selalu dalam mode siluman. Hampir tidak ada yang menghubunginya via QQ, apalagi cewek - itu barang langka.
Kursor mouse digerakkannya ke ikon tersebut dan melihat sebuah nama asing: "" (Lembah Sunyi Anggrek)
Sama sekali tidak ada ingatan tentang ID ini di memoranya. Tapi pasti bukan orang asing, karena pengaturan QQ-nya mengharuskan verifikasi teman. Dia tidak pernah menyetujui permintaan pertemanan dari orang tak dikenal. Semua kontak di QQ-nya adalah kenalan bertahun-tahun.
Dengan perasaan penasaran dan curiga, Zhou Yi mengklik ikon "". Sebuah jendela obrolan muncul.
"Hai, teman lama. Masih ingat aku?" Pesan itu disertai emoji menjulurkan lidah bawaan QQ.
Zhou Yi mengerutkan alisnya, mencoba mengingat-ingat siapa "teman lama" ini. Grup QQ alumni SMA mereka memang cukup aktif. Meski banyak yang sudah di tahun keempat kuliah - masa sibuk mencari kerja, persiapan ujian pascasarjana, magang...
Tapi persahabatan antar teman sekelas tidak terlalu terpengaruh. Meski Zhou Yi tidak sering muncul di grup, setiap kali muncul pasti jadi pusat perhatian. Memang bagaimana lagi, dia sekarang yang paling sukses di kelas? Semua merasa bangga bisa sekelas dengan Zhou Yi.
Terutama selama Olimpiade, setiap kali Zhou Yi mendarat di QQ, catatan obrolan grup sudah melebihi 1000 pesan - karena terlalu aktif, dia terpaksa memblokir grup, hanya menampilkan jumlah pesan tanpa notifikasi bunyi.
Kalau ada waktu, Zhou Yi diam-diam melihat topik obrolan teman-teman, menerima pujian dan sanjungan mereka dengan senang hati.
Tapi dalam ingatan Zhou Yi, tidak pernah ada anggota grup bernama "Lili Lembah Sunyi" yang berkomentar.
Tapi di situasi seperti ini, tidak mungkin langsung bertanya: "Siapa kamu?"
Itu terlalu menyakiti hati. Nanti orang akan bilang Zhou Yi setelah jadi bintang besar malah menjauhi teman lama, sok eksklusif.
Zhou Yi masih sangat menghargai persahabatan antar teman sekelas.
Jadi dia berpikir keras, menatap kalimat sederhana dan emoji ini seperti Sherlock Holmes sedang menyelidiki kasus, berharap menemukan petunjuk.
Gaya bicara kuno ini, emoji jadul ini...
Sebuah sosok tiba-tiba muncul di benaknya.
Lalu dia membalas: "Zheng Lulu!"
"Pesan ini baru saja dikirim, pihak seberang langsung merespons: 'Senang kamu masih ingat aku, kukira setelah jadi bintang besar kamu akan lupa!'" Setelah itu, dia mengirim emoticon default QQ yang menunjukkan tertawa sembunyi-sembunyi sambil menutup mulut.
"Apa maksudmu? Mana mungkin aku melupakan teman sekelas?" Zhou Yi menarik napas panjang di depan komputer - tebakannya benar! Kalau sampai salah, pasti sangat memalukan.
Memikirkan hal ini, untuk menghindari kejadian memalukan lagi, dia buru-buru mengklik avatar Zheng Lulu dan mengisi nama Zheng Lulu di kolom catatan.
"Tapi kenapa kamu ganti nama?" tanyanya. "Aku hampir tidak mengenalimu!"
"Ganti nama itu wajar, seperti ganti baju saja." Zheng Lulu benar-benar selalu menambahkan emoticon default QQ di setiap kalimat, kali ini emoticon bersiul nyaring.
Zhou Yi bisa menebaknya justru berdasarkan petunjuk ini. Nama bisa diubah, tapi kebiasaan tidak mudah diubah.
Zhou Yi bukan tipe yang pandai mengobrol dengan wanita. Sampai di sini, dia sudah tidak tahu harus berkata apa. Tidak mungkin langsung bertanya: "Kamu perlu sesuatu?", nanti pasti dijawab: "Tidak ada urusan tidak boleh mengobrol denganmu?"
Jadi Zhou Yi hanya bisa mengirim sebuah emoji, berbeda dengan emoji default QQ Zheng Lulu, koleksi emoji Zhou Yi berisi banyak gambar yang dia kumpulkan dari internet. Kali ini dia mengirim emoji karakter kartun dengan mata tertutup sedang berlari. Sebenarnya sangat sulit menjelaskan makna spesifik emoji seperti ini, bisa dibilang tidak bermakna, tapi juga bisa menampung semua makna yang ingin disampaikan. Fungsi utama mengirim emoji adalah mengoper "bola" ke pihak lain - jika lawan bicara punya sesuatu untuk dibahas, pasti akan mengungkapkannya. Jika tidak, maka tanggung jawab atas keheningan yang terjadi bukan lagi miliknya.
Setelah emoji ini terkirim, Zheng Lulu mungkin menyadari sudah waktunya membahas urusan resmi, "Teman lama, ada waktu tanggal 24?"
Melihat kalimat ini, Zhou Yi tertegun sejenak. Dia tidak memahami maksud Zheng Lulu. Untungnya Zheng Lulu segera menjelaskan, "Tanggal 24 aku kebetulan ada di Borussia Dortmund, bisa makan bersama?"
Zhou Yi kaget, "Kamu sudah di Jerman?"
"Hmm."
"Liburan?"
"Bukan, sudah empat tahun." Diikuti emoji default senyuman.
Di depan komputer, mulut Zhou Yi membulat. Selama ini dia mengira dirinya terpisah ribuan kilometer dari teman SMA, tak menyangka ada teman sekelas yang sedekat ini!
"Kok diam?" Zheng Lulu mengirim emoji default dengan tanda tanya di atas kepala.
“Tidak... agak kaget, kupikir semua orang masih di dalam negeri. Tak menyangka ada yang di Jerman, Hah!” Setelah sadar, Zhou Yi juga merasa senang. Dia punya beberapa teman di Jerman, tetapi teman SMA memiliki makna berbeda. Memikirkan bisa bertemu teman lama di Jerman yang berjarak ribuan mil dari kampung halaman, dia cukup bersemangat. “Oke, tanggal 24 aku free. Mau makan apa? Aku yang pesan!”
“Bebas, aku tidak kenal Dortmund. Kamu saja yang putuskan.”
“Baik, kalau begitu aku tentukan. Ada pantangan makanan?”
“Tidak ada.”
“Oke, coba pikir... Bagaimana dengan tempat ini?” Zhou Yi mengirim screenshot halaman web restoran, “Daging panggang di sini enak, dan lingkungannya bagus... Ah, tapi perempuan makan banyak daging tidak baik? Atau makan yang lebih eksklusif?”
……
Zheng Lulu memegang ponsel, ibu jari kirinya mengetik cepat di keyboard 9-kotak layar. Mengirim: “Makan eksklusif seperti apa?”
Tak lama, ponsel berbunyi *dingdong*. Di layar muncul balasan Zhou Yi: “Hei, maksudnya piring besar tapi isinya cuma sebesar kuku kelingking. Intinya tidak bikin kenyang, tapi juga tidak bikin gemuk...”
Zheng Lulu yang memegang ponsel tertawa, menarik perhatian teman serumah: “Ada apa?”
Zheng Lulu cepat-cepat membalas Zhou Yi: “Tidak usah, makan BBQ saja. Aku tidak diet.”
Setelah membalas, dia menoleh ke teman serumah: “Katharina, kita tidak bisa merayakan malam Natal bersama.”
“Hm? Ada apa ini?”
“Aku sudah janjian dengannya, tepat di malam Natal.”
“Objek rahasia yang kamu sukai itu?”
Zheng Lulu mengangguk: "Iya."
Teman serumahnya yang bermata biru dan berambut pirang itu membelalakkan mata, terlihat sangat gembira: "Benarkah?! Wah, selamat ya, Lulu! Semangat! Aku mendukungmu secara moral! Jangan pedulikan aku, nikmati saja momenmu!"
Menghadapi teman serumah yang tampak lebih bersemangat darinya, Zheng Lulu hanya bisa tersenyum memandanginya.
