Setelah latihan usai, para pemain Borussia Dortmund kembali ke ruang ganti, buru-buru mandi dan berganti pakaian. Perbedaan suhu dalam dan luar ruangan yang besar membuat mereka harus berhati-hati agar tidak masuk angin.
Mark berkata pada Zhou Yi: "Hei Zhou Yi, malam Natal tahun ini juga dirayakan di rumah kami ya?"
Selama ini, hampir setiap kali ada kesempatan saat Natal, Zhou Yi selalu menghabiskannya bersama keluarga Mark. Rumah Mark merupakan tempat pertama yang ditinggali Zhou Yi di Dortmund, menyimpan kenangan mendalam. Orang tua Mark yang baik hati sengaja membuat keputusan ini untuk meredakan perasaan rindu kampung halaman Zhou Yi yang merantau sendirian di negeri asing.
Tapi kali ini, jawaban Zhou Yi membuat Mark terkejut: "Tidak kali ini, Mark."
"Hah?" Mark heran. "Kenapa? Ada urusan apa?"
"Ya, aku ada janji makan malam di malam Natal dengan seseorang."
"Begitu dengar Zhou Yi janjian makan di malam Natal, Mark langsung semangat. Dia mendekat dan bertanya, 'Siapa? Cowok atau cewek? Cantik nggak?'"
Zhou Yi melirik ke atas: "Temen sekelas waktu SMP di dalam negeri, jangan ngasal nebak."
Mark cuma cekikikan: "Oke, aku takkan ganggu kalian. Nikmatilah dunia berdua kalian!"
"Apaan sih! Makan bareng temen sekelas itu normal-normal aja," kata Zhou Yi.
"Aku juga bilang nggak normal?" Mark pergi sambil tertawa.
……
Babak 16 besar Piala Jerman, Borussia Dortmund menjamu Hannover 96 di kandang sendiri. Sebagai juara bertahan Piala Jerman, sejauh mana Dortmund bisa bertahan di kompetisi ini musim ini sepenuhnya tergantung keseriusan mereka mempertahankan gelar.
Dalam kondisi sudah pernah menjuarai sebelumnya, sementara liga domestik dan Champions Eropa sama-sama persaingan ketat, sulit memastikan apakah mereka akan berkomitmen penuh di Piala Jerman sampai final.
Tapi keputusan itu masih terlalu dini untuk diambil. Dengan memakai formasi rotasi, Dortmund menghajar Hannover 96 5-1 di kandang, dimana mereka sudah unggul tiga gol di babak pertama. Kemenangan ini sama sekali tanpa ketegangan.
Kemenangan gemilang ini menjadi hadiah Natal terbaik dari Dortmund untuk para suporter mereka.
Zhou Yi juga mencetak satu gol dan memberikan satu assist dalam pertandingan ini, menunjukkan performansi yang gemilang.
Setelah pertandingan Piala Jerman, tim tidak langsung libur. Klopp khusus mengatur latihan pemulihan selama dua hari untuk memberi kesempatan pemain memulihkan kondisi fisik yang lelah sebelum berangkat liburan.
Sebelum pemberangkatan liburan, dia mengingatkan semua pemain bahwa persaingan di babak kedua musim akan sangat keras. Dia meminta setiap pemain menjaga kondisi fisik selama liburan: tidak boleh makan berlebihan, jadwal tidur harus teratur. Jika berat badan mereka naik signifikan setelah masa istirahat musim dingin, selain kehilangan posisimu di tim, mereka akan menghadapi latihan fisik berat sebagai hukuman.
……
Dua hari latihan pemulihan cepat berlalu. Tim resmi dibubarkan dan semua anggota berpisah.
Zhou Yi tidak buru-buru pergi. Dia masih ada janji.
Tanggal 24, Zhou Yi bangun kesiangan. Saat bangun jam sudah menunjukkan pukul 10 lewat. Setelah mandi, dia tidak sarapan tapi langsung membereskan bagasi.
Besok malam tanggal 25, dia akan terbang ke China bersama Yang Muge. Dia mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa, terutama oleh-oleh untuk keluarga. Barang pribadinya sendiri sedikit, bahkan tidak membawa baju ganti - ini pulang kampung, bukan liburan, baju ganti di rumah sudah banyak.
Setelah selesai membereskan barang, dia membuka pintu dan keluar kamar. Ternyata Kottane sedang menyiapkan makan siang. Zhou Yi menatapnya dengan ekspresi terkejut.
"Apa itu tatapanmu? Seperti melihat hantu?" Kottane melotot ke Zhou Yi setelah melihatnya.
Zhou Yi bahkan menggosok matanya dengan sengaja: "Aku memang mengira melihat hantu."
"Makan siangmu hangus." Kottane berkata dingin.
"Jangan, jangan..." Zhou Yi buru-buru minta ampun. "Aku hanya heran, kenapa kamu tidak pulang merayakan bersama keluarga? Hari ini kan hari penting di budaya Barat."
"Malam nanti aku akan pulang."
Setelah makan siang bersama, Zhou Yi membantu Kottane memasukkan peralatan makan ke mesin cuci piring. Kemudian mereka masing-masing kembali ke kamar untuk istirahat.
Kottane ingin tidur siang sebentar, sementara Zhou Yi menyalakan televisi dan konsol game untuk bermain video game.
……
Di dalam kereta yang melaju dari Heidelberg ke Dortmund, kepala Zheng Lulu bersandar pada jendela. Kaca yang dingin itu tidak dia hiraukan.
Dia sedang membayangkan perjalanan Dortmund kali ini.
Empat tahun di Jerman, akhirnya dia memberanikan diri menghubungi Zhou Yi untuk pertama kalinya.
Zhou Yi menyetujui dengan cepat. Meski hari ini malam Natal, kereta ini sepi. Menurut pengumuman, kereta akan tiba tepat waktu di Dortmund. Masih ada waktu untuk merapikan diri di kamar hotel.
Semuanya terlalu mulus. Terlalu mulus sampai terasa seperti ilusi. Pasti ada kesialan yang menunggu di depan, bukan?
"Tepat sebelum berangkat, teman serumah Katherine masih berusaha mengoper beberapa kondom padanya, bilang berharap malam ini langsung bisa 'menaklukkan' orang itu," Zheng Lulu menunduk sambil menahan malu, pipinya memerah.
Akhirnya dia menolak kondom-kondom itu. Meski merasa diri sudah banyak berubah selama empat tahun terakhir, tetap saja tak bisa seberani itu.
Ngomong-ngomong soal Perubahan... Nanti saat Zhou Yi melihatnya, masihkah dia bisa mengenali?
Hanya dengan membayangkan itu saja, Zheng Lulu sudah ingin tertawa.
……
Saat asyik bermain game di kamar, ketukan terdengar dari balik pintu terkunci. Zhou Yi melemparkan stik game-nya, buru-buru membuka pintu. Di luar ternyata Kottane berdiri dengan ekspresi datar.
"Ada apa?" tanyanya bingung.
"Kamu masih main game?" Kottane menyipitkan mata, melihat stik game yang tergeletak di tempat tidur.
"Iya. Kenapa?"
"Kamu nggak persiapan-persiapan?"
"Persiapan apa?"
"Mau ketemu cewek pakai baju begitu?" Kottane menunjuk jaket tebal bergaya biasa yang teronggok di kasur.
"Lah kenapa... Eh, tapi darimana kamu tahu aku mau ketemu cewek?"
"Waktu itu Mark teriak-teriak di rumah bilang 'musim semi Zhou Yi akhirnya tiba'." Kottane mengangkat alis.
"Dasar Mark mulut ember!" gerutu Zhou Yi kesal.
"Dia cuma senang sahabatnya akhirnya bisa merasakan cinta." Kottane mengangkat bahu.
“Apa hubungannya!” Zhou Yi melakukan lirik ke atas. "Dia cuma teman sekelas SMA-ku, sudah beberapa tahun tidak bertemu. Tak kusangka dia ternyata ada di Jerman." Dia menjelaskan pada Kottane. "Ketemu teman aja harus berdandan?"
"Tentu." Kottane mengangguk. "Meski cuma ketemu perempuan biasa, jangan sembarangan. Ini soal menghormati orang. Ganti jaket tebalmu itu... Lebih baik mandi dulu sebelum pergi, lalu styling rambut..."
Zhou Yi langsung pusing mendengarnya: "Tidak perlu seribet itu kan? Cuma makan bersama! Saat bertanding pun aku tidak styling rambut."
Ini memang benar. Beberapa pemain sangat telaten merawat rambut, bahkan di lapangan pun gaya rambut mereka harus tetap rapi dengan menggunakan hair gel. Tapi Zhou Yi tidak. Rambutnya agak panjang dan sedikit ikal, dibiarkan berantakan di atas kepala.
Main bolanya tidak mengandalkan gaya rambit.
Kottane mengangkat bahu: "Aku cuma menyarankan. Mau dengar atau tidak terserah kamu."
Usai berkata demikian, dia berbalik dan kembali ke kamarnya.
Zhou Yi sendirian berdiri di depan pintu, menatap pintu kamar sebelam yang sudah tertutup dengan bingung - Untuk apa dia segininya ngurusin urusanku ketemu teman perempuan?!
Tapi akhirnya Zhou Yi tetap mandi dan ganti baju, setidaknya agar penampilannya tidak terlalu asal-asalan.
Setelah semuanya siap, dia mengirim alamat restoran dan nomor kontak ke Zheng Lulu lewat QQ di ponsel, lalu pergi.
Saat dia keluar, kebetulan Kottane juga hendak pulang.
Kottane memandangi Zhou Yi dari atas ke bawah, lalu melambaikan tangan: “Sampai jumpa, cowok ganteng.”
Zhou Yi mengernyitkan bibir. Ia merasa Kottane hari ini aneh, tapi tak tahu kenapa bisa seaneh ini.
……
Zheng Lulu baru saja check-in di hotel yang sudah dipesannya. Langsung mandi cepat, lalu menghabiskan sisa waktu untuk menata gaya rambut dan dandan.
Terakhir ia menatap gadis yang tersenyum di cermin, membuka mulut sedikit hingga gigi putih bersih terlihat, tanpa jejak kawat gigi sama sekali.
Bebek buruk rupa yang dulu diejek dan diabaikan, kini telah tumbuh menjadi gadis cantik yang anggun.
Riasan terbaik, pakaian terbaik, penampilan terbaik, kondisi terbaik... diri terbaik untuk menghadiri kencan ini.
Setelah puas memeriksa penampilannya di cermin, Zheng Lulu mengeluarkan ponsel dan melihat info restoran yang dikirim Zhou Yi.
Lalu ia menggendong tas, mengenakan sepatu bot, dan keluar melalui pintu kamar hotel.
