Saat gol kedua kebobolan, Klopp di pinggir lapangan terlihat sangat murka. Ia melesat keluar dari bangku cadangan – tentu bukan untuk merayakan – lalu menyambar sebuah botol air dari tanah dan melemparkannya keras-keras ke lantai. Botol itu terpental, tutupnya terlepas, dan air menyembur keluar.
Meski begitu, Klopp masih merasa belum puas. Ia menyepak botol yang berputar di udara itu. Tendangannya meleset, hanya punggung kaki luar yang menyentuh botol sehingga melayang miring ke arah lain, nyaris menghantam ofisial keempat yang berdiri di sampingnya.
Namun Klopp sama sekali tak menunjukkan sikap menyesal. Ia terus mencaci: "Sampah! Bermain seperti sampah!"
Matanya sama sekali tak menoleh ke arah ofisial keempat.
Ofisial keempat yang kaget itu menengok dan melihat ekspresi Klopp. Ia paham bahwa tendangan itu tak disengaja, dan bisa mengerti perasaan frustrasi pelatih itu. Alih-alih menegur, ia hanya menggeleng sambil tersenyum.
Unggul dua gol hanya dalam sepuluh menit pertama – situasi sempurna yang justru dihancurkan Dortmund sendiri. Seandainya ia berada di posisi Klopp, pasti juga akan murka tak terkendali.
……
“Klopp terlihat sangat murka, lihat tendangan 'cantik' bola melengkung ini. Sepertinya dia ingin sekali bisa turun langsung ke lapangan...” Marcel Leif mengolok-olok Klopp.
Pelatih eksentrik ini selalu menunjukkan aksi mengejutkan di pinggir lapangan, menjadi objek favorit kamera siaran langsung.
Kali ini, Klopp tidak mengecewakan. Aksi-aksinya setelah timnya kebobolan bahkan menyedot perhatian yang seharusnya diterima pemain Bayer Leverkusen yang sedang merayakan gol.
Sebelum Champions Eropa dimulai, setiap pertandingan liga domestik mendapat perhatian khusus dari Klopp. Kini selisih dengan Bayern München hanya dua poin - inilah kesempatan terbaik untuk mengumpulkan poin dan menyalip mereka.
Ketika babak penyisihan Champions Eropa dimulai nanti, intensitas pertandingan akan meningkat drastis. Sulit memprediksi kondisi saat itu. Jika Dortmund justru tertinggal lebih jauh dari Bayern München sebelum periode tersebut, akan sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan.
Karena itu, Klopp sama sekali tidak bisa menerima pemainnya kehilangan poin karena kesalahan bodoh mereka sendiri.
……
Setelah menyamakan skor, Bayer Leverkusen kini bermain dengan semangat tinggi - seolah setiap serangan mereka berpotensi mencetak gol.
Kebobolan dua gol dalam empat menit membuat para pemain Borussia Dortmund panik. Situasi yang terjadi sembilan menit setelah babak pertama dimulai terulang, hanya saja posisi kedua tim bertukar.
Saat kebobolan gol pertama, beberapa pemain Dortmund masih bisa tetap tenang dan tidak menganggap serius kebobolan ini.
Gol kedua ini menghancurkan kepercayaan diri mereka. Seketika membuat mereka jatuh dari awan ke kubangan, perbedaan psikologis yang besar serta kecemasan akan masa depan membuat kaki para pemain Dortmund terasa seperti diisi timah, menjadi sangat berat.
Sebaliknya, pemain Bayer Leverkusen yang berhasil menyamakan skor penuh keyakinan, merasa jika dua gol tertinggal bisa dikejar, apa lagi di dunia ini yang tidak bisa mereka atasi?
Di saat seperti ini, dengan sisa waktu 30 menit, tentu mereka tidak akan puas hanya dengan menyamakan skor, tapi ingin membalikkan keadaan untuk menang!
Mereka ingin mempertunjukkan aksi balikkan keadaan yang spektakuler di kandang sendiri!
……
Setelah baru saja disamakan skornya, Dortmund benar-benar bermain buruk, pasif, dan seluruh tim kacau balau.
Banyak yang yakin Leverkusen benar-benar akan menaklukkan Dortmund di kandang sendiri.
Jika terus begini, kekalahan Dortmund hanyalah masalah waktu.
Marcel Leif berkomentar: "Sekarang yang paling senang pasti Heynckes ya? Jika Leverkusen berhasil mengalahkan Borussia Dortmund, tekanan di Bayern München juga akan berkurang..."
Borussia Dortmund bagaikan perahu nelayan kecil yang berjuang di tengah badai dan ombak besar, setiap saat bisa terbalik.
Tapi orang-orang di kapal tentu tak mungkin berharap kapal benar-benar terbalik, hanya dalam kepanikan, sulit ada yang bisa berpikir jernih untuk menyelesaikan masalah.
Saat seperti ini, kapal butuh tulang punggung, butuh nakhoda yang bisa tampil sebagai penyelamat tim.
Zhou Yi adalah nakhoda kapal ini, dia sedang berusaha mengendalikan kapal yang hampir tak terkontrol ini.
Dia berlari lebih giat, berusaha muncul di setiap pemain Borussia Dortmund yang membutuhkan bantuan, memberikan dukungan, muncul di depan mereka saat panik dan bingung bermain, setidaknya mereka masih bisa mengoper bola padanya.
Saat menerima bola, dia akan mengoper lagi. Jika tidak ada kesempatan serangan balik yang bagus, dia oper ke pemain yang tidak terlalu mendapat tekanan, memberi mereka waktu untuk menguasai bola dan menyesuaikan posisi, agar tidak kehilangan akal di bawah pressing pemain Bayer Leverkusen dan hanya mengandalkan insting tubuh.
Jika tidak ada target operan yang baik?
Zhou Yi akan menahan bola lebih lama di kakinya - mungkin satu detik, mungkin dua detik. Memancing pemain Leverkusen mendekat, sehingga tekanan pertahanan di posisi lain berkurang, baru dia operkan bola.
Saat baru memulai karir, Zhou Yi tidak berani bermain seperti ini. Jika dia berani menahan bola di kakinya satu detik lebih lama, bisa saja dia ditubruk lawan hingga terjatuh dan kehilangan penguasaan bola.
Karena tubuhnya terlalu kurus, sama sekali tidak bisa mempertahankan bola. Saat itu kemampuan mengontrol bolanya juga belum tinggi, bola mudah lepas dari kakinya, jadi dia selalu cepat-cepat mengoper. Meski operan tanpa hentinya membuat orang kagum, sebenarnya itu juga kelemahannya.
Setelah ditempa bertahun-tahun di Bundesliga dan Champions Eropa, tubuhnya kini lebih kekar dan kuat. Tidak mudah ditubruk lawan hingga jatuh. Jika lawan berhasil menjatuhkannya, hampir pasti itu adalah pelanggaran.
Selain itu teknik penguasaan bolanya juga berkembang pesat. Bahkan saat di-pressing dua pemain, selama lawan tidak melanggar, dia percaya diri bisa mengontrol bola untuk memberi waktu 1-2 detik bagi rekan setim.
Di babak kedua pertandingan ini, dia terus-menerus melakukan hal tersebut.
Setelah menerima operan rekan, dia mengangkat kepala mengamati situasi. Ketika pemain Bayer Leverkusen menyambar, dia berpura-pura akan mengoper ke kiri untuk menarik perhatian lawan, lalu menarik bola ke kanan menghindari intercept.
Kemudian menggunakan tubuhnya untuk memblok lawan di belakang, baru mengoper bola.
Di ruang sempit, Zhou Yi berpindah-pindah posisi sambil berusaha mengendalikan ritme permainan.
Karena serangan balik Bayer Leverkusen sangat ganas dengan ritme yang sangat cepat, jika Zhou Yi menguasai bola, ia berusaha memperlambat kecepatan dan ritme permainan. Meski ada kesempatan serangan balik, ia tidak langsung mengirim bola ke depan karena peluang tersebut kurang baik. Jika dipaksakan mengoper, itu hanya akan mengembalikan penguasaan bola ke Bayer Leverkusen, sementara formasi bertahan Dortmund yang kacau justru memberi peluang lebih baik bagi lawan.
Daripada terburu-buru, lebih baik memperlambat permainan, mempertahankan bola lebih lama di pihak sendiri. Biarkan Bayer Leverkusen frustrasi mencoba merebut bola yang tak kunjuang mereka dapatkan.
Jika terus berlanjut seperti ini, Bayer Leverkusen yang awalnya agresif lambat laun akan kehilangan momentum. Saat semangat mereka mulai menurun, barulah itu menjadi kesempatan emas Borussia Dortmund.
Zhou Yi tetap berpikir jernih. Situasi seperti ini sudah sering ia hadapi dalam permainan virtual, bukan hanya melawan Bayer Leverkusen. Ia paham, semakin terburu-buru ingin cepat mencetak gol di momentum seperti ini justru berbahaya. "Terburu-buru justru tidak mencapai tujuan" - saat lawan mendominasi di segala aspek, konfrontasi langsung bukan keberanian tapi kebodohan.
Namun tidak semua pemain Dortmund bisa berpikir sejernih Zhou Yi. Pemain lain yang mendapatkan bola langsung ingin melepasnya dari area pertahanan, bahkan nekat menyerang saat Bayer Leverkusen sedang di puncak performa - sebuah tindakan bunuh diri yang berujung pada serangan balik mematikan!
Jika Borussia Dortmund sendiri tidak panik, mungkin taktik ini masih bisa dijalankan. Tapi saat mereka sendiri sudah mulai gugup, menerapkan strategi seperti ini menjadi tidak realistis. Efisiensi terlalu rendah, ditambah jumlah kesalahan yang banyak, praktis hanya memberikan assist ke orang itu.
Singkatnya, periode ini adalah momen paling berbahaya bagi Borussia Dortmund.
Dua orang tersibuk di tim Dortmund: Zhou Yi yang berlari ke seluruh lapangan, dan kiper Weidenfeller yang berjaga di depan gawang.
Bayer Leverkusen terus-menerus melancarkan tembakan, sebagian besar masuk dalam bingkai gawang. Hanya berkat penyelamatan brilian Weidenfeller, gawang Dortmund tetap tak tertembus.
Suporter Dortmund di tribun BayArena seperti kehabisan nyali, terlalu tegang sampai tak ada tenaga untuk bersorak.
Padahal di awal babak pertama, mereka adalah orang-orang paling bahagia yang bernyanyi dan menari di tribun layaknya mengadakan pesta di BayArena.
Dari terlalu santai ke terlalu tegang, Dortmund dan suporter mereka bersama-sama bergerak dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya.
