Selain media Munich, media daerah lain juga terkejut dengan performa mengerikan Bayern München. Mereka sepakat bahwa dengan kondisi tim seperti ini, meskipun Dortmund terus mengejar ketat, kemungkinan besar hanya akan menyaksikan lawan menjadi juara dengan selisih dua poin. Seperti kata Zhou Yi, fokuslah pada diri sendiri - tapi jika Bayern tidak melakukan kesalahan, sebaik apapun performa Dortmund akan sia-sia.
Ada media yang berpendapat bahwa dengan kondisi Bayern München saat ini, bahkan jika Borussia Dortmund memiliki keuntungan bermain di kandang sendiri saat bertemu langsung dengan Bayern München, kemungkinan besar mereka akan sulit menghentikan Bayern München. Dan selama Bayern München bisa meraih hasil imbang di markas lawan Dortmund, itu sudah bisa dianggap sebagai kemenangan.
Untuk sementara waktu, seluruh Jerman kecuali Dortmund meyakini bahwa gelar liga musim ini sebenarnya sudah tidak ada ketegangan lagi - Jika Bayern München dengan performa sehebat ini akhirnya gagal menjadi juara, itu benar-benar tidak masuk akal!
Lalu bagaimana media Dortmund melaporkan performa Bayern München tersebut?
Tentu mereka tidak akan membesar-besarkan kemampuan mengerikan Bayern München. Yang mereka lakukan adalah "mencari kesalahan" - sekalipun performa Bayern München bagus, pasti tidak sempurna dan memiliki kelemahan, bahkan cacat sekecil apapun akan mereka temukan lalu dibesar-besarkan.
Pertama-tama mereka menyatakan performa Bayern München tidaklah sempurna. Tentu pernyataan ini harus didukung fakta. Jika hanya sekadar mengatakan "Bayern München masih punya masalah", itu sama saja tidak mengatakan apa-apa dan hanya akan dicemooh.
Media Dortmund benar-benar menyajikan bukti konkret.
Di tengah euforia seluruh Jerman yang memuji kondisi prima Bayern München, media Dortmund dengan dingin menunjukkan masalah utama mereka - pertahanan tendangan pojok yang buruk.
Sebenarnya, pertahanan Bayern München musim ini sangat luar biasa. Setelah 27 pertandingan liga, mereka hanya kebobolan 13 gol.
Performansi ini bukan hanya terbaik di Bundesliga, bahkan terbaik di Eropa - dalam periode yang sama, mereka juga tim dengan kebobolan paling sedikit di seluruh Eropa.
Di La Liga, tim dengan kebobolan paling sedikit dalam 27 pertandingan adalah Atletico Madrid yang juga sudah kebobolan 24 gol, dan itu pun berkat adanya Sun Pan di tim mereka.
Di Serie A, tim dengan kebobolan paling sedikit setelah 27 pertandingan adalah Juventus - lawan Bayern München di perempat final Champions Eropa - dengan 18 gol kebobolan.
Saat Liga Premier mencapai pertandingan ke-27, Manchester City yang saat itu berada di peringkat kedua juga sudah kebobolan 24 gol.
Di Ligue 1 setelah 27 pertandingan, pemuncak klasemen adalah tim dengan kebobolan paling sedikit yaitu 17 gol.
Inilah kondisi lima liga top Eropa. Ligue 1 selain Bayern München memiliki tim dengan kebobolan tersedikit 17 gol. Perbandingan dengan liga-liga lain semakin menguatkan keunggulan pertahanan Bayern München.
Di liga lain, Liga Portugal, tim yang kebobolan paling sedikit saat ini adalah Porto, yang hanya kebobolan sebelas gol, lebih sedikit daripada Bayern München. Tapi mengingat Liga Portugal hanya memiliki 30 jornada, dan sampai saat ini baru 24 jornada yang dimainkan, Porto kebobolan 11 gol dalam 24 pertandingan, dengan tiga jornada lebih sedikit dibanding Bayern München. Lalu berapa gol yang kebobolan Bayern München dalam 24 jornada liga?
Delapan, satu digit!
Jadi jika harus mencari-cari kesalahan dari Bayern München, menuduh pertahanan mereka sepertinya adalah keputusan paling tidak bijak.
Tapi anehnya media Dortmund justru mengangkat isu pertahanan ini.
Hanya saja mereka menambahkan syarat khusus – pertahanan dalam situasi tendangan pojok.
Dan kalau dilihat lebih detail, analisis mereka ternyata cukup masuk akal.
Dalam pertandingan pembantaian 9-2 melawan Hamburg, meski Bayern München mencetak sembilan gol, mereka juga kebobolan dua gol. Bagaimana dua gol itu terjadi?
Semuanya berasal dari tendangan pojok.
Sepanjang pertandingan, Hamburg yang terjepit hanya melakukan sepuluh tembakan, dengan hanya tiga yang tepat dalam bingkai gawang. Sementara Bayern München sendiri memiliki 22 tembakan tepat sasaran dari total 27 usaha (5 meleset). Rasio 27:10 ini sudah cukup menggambarkan dominasi tim dalam statistik teknis pertandingan.
Dalam ketimpangan yang begitu besar, Hamburg hanya mendapatkan tiga tendangan pojok sepanjang pertandingan. Dari tiga tendangan pojok tersebut, muncul dua gol. Efisiensi seperti ini benar-benar tak terbantahkan...
Jika hanya melihat pertandingan ini, kritik dan tuduhan media Borussia Dortmund terlihat seperti mencari-cari kesalahan.
Masalahnya, ini bukan satu-satunya gol kebobolan dari tendangan pojok yang dialami Bayern München belakangan ini.
Dua gol kebobolan dari tendangan pojok dalam pertandingan ini menjadi gol ketiga dan keempat yang diterima Bayern München dari tendangan pojok dalam tiga pertandingan resmi terakhir.
Sejak leg kedua babak 16 besar Champions Eropa melawan Arsenal, pertahanan Bayern yang selama ini solid di musim ini mulai terus-menerus mengekspos kelemahan: kerentanan terhadap tendangan pojok.
Dalam pertandingan kandang melawan Arsenal di Champions Eropa, Bayern München yang mendominasi permainan justru kebobolan dari tendangan pojok menjelang akhir pertandingan. Sundulan Koscielny yang mencetak gol sempat memberikan harapan lolos bagi tim tamu. Setelah pertandingan, Bayern München juga mendapat kritikan. Hanya seminggu kemudian, tim pelatih Heynckes kembali kebobolan dari tendangan pojok saat melawan Bayer Leverkusen. Kali ini masalah tim terlihat sangat amatir - dalam pengaturan pertahanan tendangan pojok, bahkan tidak ada pemain yang ditugaskan khusus menjaga tiang gawang belakang!
Dua gol kebobolan melawan Hamburg ini juga seluruhnya berasal dari tendangan pojok.
Tendangan pojok pertama yang didapat Hamburg dalam pertandingan ini langsung menghasilkan gol.
Van der Vaat menemukan Bruma di area penalti dengan akurat. Kesalahan Dante dalam menjaga memberi kesempatan mudah bagi lawan untuk mencetak gol lewat sundulan. Bruma menyundul bola dari jarak dekat membuat Neuer tak berdaya. Setelah kebobolan, Boateng langsung melompat marah, ini membuktikan ketidakpuasannya terhadap cara kebobolan seperti itu.
Secara logika, masalah dalam pertahanan saat tendangan pojok seharusnya membuat pemain Bayern München lebih waspada di tendangan pojok berikutnya? Tidak. Tendangan pojok kedua Hamburg kembali menghasilkan gol. Westerman yang tinggi besar sama sekali tidak terganggu dalam duel udara karena yang ditugaskan menjaga dirinya adalah Toni Kroos... Kroos yang kemampuan sundulannya biasa saja dan fisiknya tidak terlalu kuat sama sekali bukan tandingan Westerman di area penalti, dengan mudah dilewati lawan.
Hingga saat ini di musim ini, Bayern München yang total hanya kebobolan 23 gol di semua pertandingan resmi, dalam tiga laga terakhir saja sudah kebobolan lima gol. Empat dari lima gol tersebut berasal dari tendangan pojok.
Melalui angka-angka ini, seharusnya kita bisa tahu seberapa tidak normalnya rangkaian kebobolan dari tendangan pojok bagi Bayern München akhir-akhir ini?
Tentu saja, media Borussia Dortmund dalam melaporkan masalah pertahanan tendangan pojok Bayern München tidak menyatakan bahwa mereka sedang membela kepentingan Dortmund. Alih-alih, mereka berdalih ingin mengingatkan Bayern München agar memperhatikan masalah ini dalam pertandingan Champions Eropa berikutnya. Terlihat mulia, tapi siapa yang tidak melihat maksud terselubung di baliknya?
Dalam laporan tersebut, mereka berulang kali menyebut perempat final Champions Eropa yang akan datang, menyebut lawan Bayern München Juventus, bahkan terang-terangan memperingatkan Bayern München agar waspada terhadap kelemahan ini yang mungkin dimanfaatkan Juventus.
Apa maksud di balik ini? Bukankah sudah jelas bagi yang punya mata?
Hampir seperti memberitahu langsung Juventus: "Ini hadiah kecil kami untuk kalian."
Media Dortmund juga menyebut final musim lalu. Bagaimana Bayern München yang unggul sepanjang pertandingan akhirnya dikalahkan Chelsea? Bukankah melalui tendangan pojok di menit akhir? Drogba menyambar di area depan gawang dan menyundul bola masuk.
Ini membuktikan Bayern München memang memiliki catatan buruk dalam menghadapi tendangan pojok di Champions Eropa.
Kekalahan di final Champions Eropa di kandang sendiri adalah luka lama Bayern München. Tindakan Dortmund ini seperti menggaruk luka itu kembali, lalu menaburkan garam dan cabai.
Secara logika, dalam pertandingan internasional seperti Champions Eropa, media Jerman seharusnya mendukung tim domestik. Namun media Dortmund justru membantu Juventus memberikan saran - ini jelas "tidak benar secara politik". Tapi begitulah yang dilakukan media Dortmund.
Selain memberi saran untuk lawan Champions Eropa Bayern München, mereka juga mencoba memecah belah dengan menyatakan bahwa performa Bayern München di bawah arahan pelatih senior Heynckes musim ini begitu sempurna. Meskipun ini patut disyukuri, bagi Guardiola yang akan menggantikan Heynckes, ini mungkin bukan kabar baik.
Saat Bayern München mengumumkan bahwa Guardiola akan menjadi pelatih tim musim depan, publik sebenarnya tidak puas dengan kegagalan Bayern merebut gelar liga selama dua musim terakhir dari Dortmund. Mereka berharap Guardiola bisa membawa Bayern kembali ke puncak kejayaan, yang secara implisit menunjukkan ketidakpuasan terhadap kerja Heynckes.
Bagaimana hasilnya?
Setelah pengumuman itu dibuat setengah musim lebih awal, Bayern München di bawah Heynckes justru semakin solid. Di paruh pertama musim mereka masih tertahan imbang di kandang sendiri oleh Dortmund, namun di paruh kedua musim sama sekali tidak pernah kalah.
Performansi tim Heynckes seperti bentuk protes terhadap manajemen Bayern München yang mengumumkan kedatangan Guardiola setengah musim lebih awal - meskipun semua pihak termasuk Heynckes sendiri menyangkal klaim ini, fenomena ini memang sangat cocok dengan teori konspirasi...
Oleh karena itu media Dortmund saat ini gencar mempromosikan performa gemilang Heynckes, sambil mengisyaratkan bahwa ketika Guardiola mengambil alih tim, sebagian besar pemain Bayern München mungkin masih merindukan Heynckes. Mungkin sebenarnya kondisi internal Bayern München tidak seperti itu sama sekali, namun kebohongan yang diulang ribuan kali bisa menjadi kebenaran, media Dortmund hanya perlu terus meneriakkan hal ini, siapa tahu bisa menjerumuskan Bayern München.
Ini mirip dengan cara media Munich terus-menerus menjadikan bahan sensasi bahwa Borussia Dortmund mendapat perlakuan khusus dari wasit utama terlalu sering.
Kekuatan opini publik sangatlah dahsyat.
Dari level pemerintahan tertinggi hingga rakyat jelata, pengaruhnya ada di mana-mana, menyusup ke segala celah, meresap pelan-pelan bagai embun, mereka yang terpengaruh pun tidak menyadari telah dikendalikan oleh opini publik.
……
Dari mengklaim Borussia Dortmund mendapat perlakuan istimewa wasit utama, hingga memberi saran strategi untuk lawan Champions Eropa Bayern München, sampai memprovokasi perselisihan antara mantan dan pelatih baru Bayern München - persaingan kedua tim musim ini begitu sengit sehingga para pendukung kedua kubu menggunakan segala cara untuk menjatuhkan pihak lawan.
Sulit menentukan siapa yang benar atau salah, praktik seperti ini bukan pertama kali terjadi antara Borussia Dortmund dan Bayern München, juga bukan kasus yang terisolasi.
Karena inilah sepak bola, sebuah perang di era damai.
