Bab 181: Sun Pan yang Tangguh

　　Saat Zhou Yi menendang bola ke gawang, Guo Nu di depan televisi bahkan lupa berkomentar di grup. Ia menatap layar sambil bergumam: "Sialan! Sialan! Sialan! Sialan!" 　　Ketika akhirnya ia ingat untuk membuka grup, tak ada yang berkomentar - jelas semua anggota lain sama terkejutnya dengan gol penutup Zhou Yi di menit akhir itu. 　　"Zhou Yi benar-benar luar biasa!" Guo Nu mengetik di grup. "Gol ini sama sekali tidak masuk akal!" 　　“Tidak bisa dipercaya…” Yang Muge bergumam. 　　“Sangat menegangkan…” He Ying juga berkomentar. “Mencetak gol di detik terakhir, benar-benar di luar dugaan.” 　　Dari televisi mereka, sorakan gembira membahana dari lokasi pertandingan. Siaran TV memperlihatkan sudut pandang luas seluruh Westfalenstadion, di mana semua penonton melompat-lompat sambil mengayunkan tangan dan bersorak. 　　Pemandangan itu terlihat sangat spektakuler. 　　Mereka semua meneriakkan satu nama - Zhou Yi. 　　Meski melalui layar televisi, nama Zhou Yi tetap terdengar jelas. 　　Pada momen ini, Zhou Yi adalah pahlawan di stadion ini. 　　Siapapun pemain sepak bola, siapa yang tidak ingin merasakan kemuliaan seperti ini? Menjadi pahlawan semacam itu? 　　Sekali lagi, Zhou Yi telah melampaui mereka. 　　“Benar-benar… membuat iri…” He Ying menulis di grup. Ini pertama kalinya dia secara terbuka mengungkapkan rasa irinya pada Zhou Yi. 　　Tapi tak ada yang terkejut, malah semua memahami karena mereka pun merasa iri… 　　…… 　　“Pertandingan ini benar-benar penuh kejutan! Tak lama setelah mulai, Borussia Dortmund langsung tertinggal. Setelah menyamakan skor, di babak kedua kembali tertinggal dengan dua gol tandang lawan. Agregat skor pun tertinggal. Semua mengira Dortmund sudah tamat. Tapi di injury time, situasi berbalik drastis. Zhou Yi mencetak dua gol sekaligus, membantu Dortmund melakukan balik keadaan… Menghadapi Sun Pan yang dijuluki ‘Tembok Berjalan’, prestasi Zhou Yi mencetak brace sungguh luar biasa…” 　　Dibandingkan saat Zhou Yi baru saja mencetak gol, suasana hati He Ping sudah sedikit lebih tenang. Kini dia merasa pertandingan ini benar-benar luar biasa. 　　"Pertandingan ini mengingatkanku pada Final Liga Champions 1999, saat Manchester United juga mencetak dua gol di injury time untuk mengalahkan Bayern München. Kebetulan lain, saat pengundian grup Liga Champions musim ini, Grup D Borussia Dortmund juga sering dibandingkan dengan Grup D Manchester United tahun 1999. Seolah ada kekuatan gaib yang membimbing Dortmund... Manchester United meraih gelar Champions tahun itu, mungkinkah Dortmund yang akan ditakdirkan jadi juara tahun ini? Yang pasti, setelah pertandingan ini Dortmund akan menjadi tim yang sangat sulit dikalahkan!" 　　"Kini Dortmund menjadi tim pertama dalam sejarah babak knockout Liga Champions yang mencetak dua gol di injury time untuk lolos - meski Manchester United 1999 juga cetak dua gol di injury time, tapi itu final sehingga tidak ada babak berikutnya." Marcel Leif mulai memaparkan data terkait. "Terakhir kali ada dua gol di injury time di Liga Champions adalah 2 November 2005 saat Ajax menghajar Thun 4-2. Tapi itu fase grup, gol injury time-nya tidak sepenting ini..." 　　Komentator Spanyol dengan suasana hati yang muram: "Atletico Madrid bertahan begitu lama, tapi gagal di akhir... Ini benar-benar sulit diterima..." 　　Di sini, komentator Spanyol langsung terdiam. 　　Layar TV menampilkan para pemain Atletico Madrid yang bersorak gembira, membentuk kontras tajam dengan rekan setim mereka yang membeku seperti patung kayu. 　　Pemain Borussia Dortmund merayakan gol dengan gegap gempita, sementara tak satu pun pemain Atletico yang mengingatkan wasit utama tentang durasi perayaan yang terlalu lama. Sebenarnya tindakan ini sudah tidak relevan. Saat Zhou Yi mencetak gol, injury time sudah memasuki detik-detik terakhir. Bahkan jika pemain Dortmund tidak merayakan dan langsung melanjutkan pertandingan, Atletico Madrid tetap tidak mungkin mencetak gol dalam hitungan detik tersebut. 　　Bagi semua pihak, pertandingan ini secara praktis telah berakhir. 　　…… 　　Pemain Dortmund akhirnya mengakhiri perayaan dan kembali ke separuh lapangan mereka, sementara pemain Atletico Madrid berdiam lesu di area mereka sendiri. 　　Di lingkaran tengah, Diego Costa dan Koke menanti untuk melakukan kick-off. Kedua pemain itu memiliki tatapan kosong, sama sekali tidak menunjukkan kepercayaan diri untuk melakukan serangan pamungkas. 　　Mereka menyadari kebenaran pahit: begitu bola ditendang, pertandingan akan berakhir. Segala upaya menjadi sia-sia dan tak bermakna. 　　Tepat seperti dugaan, begitu wasit utama Tompson membunyikan peluit dan Diego Costa menendang bola keluar, Tompson segera membunyikan tiga kali peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan - 90 menit pertandingan resmi berakhir! 　　“Pertandingan berakhir! Setelah melalui pertandingan yang penuh dramatis, Borussia Dortmund mengandalkan dua gol di injury time dari Zhou Yi untuk membalikkan keadaan dan mengeliminasi Atletico Madrid!” 　　“Selamat untuk Borussia Dortmund! Ini adalah kemenangan yang luar biasa! Saat mereka tertinggal dua kali dan kebobolan dua gol, siapa sangka mereka bisa menyelesaikan comeback di menit akhir! Ini benar-benar menegangkan! Ini pertandingan terliar yang pernah saya saksikan! Ya Tuhan… Astaga! Tapi inilah pesona sepak bola! Inilah alasan mengapa kita begitu tergila-gila dengan olahraga ini!” Marcel Leif hampir tercekat saat mengucapkan kata-kata ini, gejolak emosi di akhir pertandingan memang sulit untuk diredakan. 　　Komentator Spanyol terdapat lesu: “Pertandingan berakhir, sayangnya Atletico Madrid akhirnya gagal melangkah lebih jauh. Tapi kita juga harus melihat performansi Atletico Madrid sangat gemilang, sejak kembali ke Champions Eropa mereka sama sekali berbeda dengan tim yang tersingkir di fase grup sebelumnya. Perubahan yang dibawa Diego Simeone ke tim ini sangat nyata. Meski tereliminasi, kita punya alasan untuk percaya masa depan tim ini cerah… Tentu akan lebih cerah lagi jika Atletico Madrid bisa mempertahankan Sun Pan musim panas ini… Tapi melihat performa Sun Pan di pertandingan ini, sepertinya Chelsea tidak akan melepasnya dengan mudah?” 　　…… 　　Setelah meraih kemenangan, perayaan pemain Borussia Dortmund justru tidak seintens saat mencetak gol. Emosi semua orang sudah meluap di momen itu, sekarang sudah tidak ada gejolak perasaan yang begitu kuat. Meski masih senang, mereka sudah bisa mengendalikan emosi. 　　Setidaknya mereka masih ingat untuk menghibur pemain Atletico Madrid. 　　Meski dalam pertandingan ini mereka adalah lawan dan musuh bebuyutan, performa sang musuh juga luar biasa dan patut dihormati. Bagaimanapun, mengalahkan lawan sekuat itu justru membuktikan keperkasaan mereka sendiri. 　　Zhou Yi langsung berjalan menghampiri Sun Pan. 　　Sun Pan tampak lesu. Kekalahan membuatnya sangat kecewa. Ia tidak berusaha menyembunyikan perasaannya, hanya menunduk tanpa bicara. 　　"Sayang sekali, Pan-Pan. Hanya selisih sedikit saja kau bisa menyentuh bolaku," ujar Zhou Yi. 　　Sun Pan mengangkat kepala, memandang Zhou Yi, lalu mencibir: "Terus gimana kalau kena? Sekalipu kusentuh, gol tetap tercipta." Rupanya dia sudah menganalisis dengan jernih. 　　"Ini... hahaha." Zhou Yi menggaruk kepala sambil tertawa. "Aku bermaksud menghiburmu. Kalau kau seperti ini, bagaimana caranya aku menghibur?" 　　"Siapa butuh hiburan darimu?!" Sun Pan mendengus. 　　"Baiklah, baiklah. Tak perlu kuhibur." Zhou Yi menepuk lengan Sun Pan. "Kalau gitu kuingatkan, jangan lupa bayar hutang di Wang Wang Online. Jangan ngemplang!" 　　Usai berkata demikian, ia langsung berlari menjauh. 　　Tepat seperti dugaan, teriakan marah Sun Pan membuntutinya: "Pergi lo!" 　　Seandainya ia berlari lebih lambat, mungkin saja kaki Sun Pan sudah mendarat di pantatnya... 　　…… 　　Di area campuran, Zhou Yi dikepung oleh wartawan domestik dan asing. Sebagai pemain yang mencetak dua gol di menit akhir untuk membantu Borussia Dortmund mengeliminasi Atletico Madrid, Zhou Yi adalah pahlawan utama yang membawa timnya lolos ke semifinal. 　　“Saya senang akhirnya kami lolos. Pertandingan ini sangat sulit, tapi semua orang berjuang mati-matian. Inilah alasan kami bisa membalikkan keadaan dan menciptakan keajaiban.” Di depan lensa dan mikrofon wartawan, Zhou Yi berkata dengan rendah hati yang serius. 　　“Lalu, bagaimana pendapat Anda mengenai performa Sun Pan dalam pertandingan ini?” 　　“Bagaimana? Kami mencetak tiga gol dalam pertandingan ini. Dua di antaranya adalah gol spektakuler, satu lagi dari rebound. Hanya gol spektakuler dan rebound yang bisa menembus gawangnya. Ini sudah cukup membuktikan performanya. Sungguh disayangkan Atletico Madrid tersingkir. Jika lawannya bukan kami, saya berharap bisa bertemu Pan-Pan di final.” 　　“Setelah pertandingan, saya lihat Anda berlari mencarinya. Apa yang kalian berdua bicarakan?” 　　“Hmm, saya ingin menghiburnya. Tapi dia lebih kuat dari yang saya kira, sama sekali tidak butuh hiburan.” Zhou Yi memuji Sun Pan habis-habisan. Sikap ini tentu membuat orang menganggapnya sebagai pria berjiwa gentleman – sebagai pemenang, ia tak segan memuji Sun Pan yang kalah, baik karena kesopanan maupun persahabatan, sikapnya patut diacungi jempol. 　　Tapi siapa yang tahu bahwa Zhou Yi sebenarnya mendatangi Sun Pan untuk mengingatkannya soal janji menyalak seperti anjing di internet... 　　Tentu saja, mungkin besok mereka akan tahu, jika Sun Pan tidak mengingkari janjinya.