Pertandingan Borussia Dortmund menjamu Atletico Madrid di kandang sendiri berlangsung pada 2:45 dini hari tanggal 10 April waktu Beijing. Malam itu setelah pertandingan usai, Sun Pan yang sejak selesai laga tak mengupdate apapun tiba-tiba memposting di Weibo-nya.
Tapi konten updatenya justru membingungkan banyak orang yang tidak mengerti maksudnya.
Pasalnya Sun Pan memposting 140 karakter kata "wang" berturut-turut.
Netizen yang tidak tahu duduk persoalan pun bingung, banyak yang berspekulasi di kolom komentar apakah akunnya diretas, atau Sun Pan menjadi gila karena trauma kalah...
Tak lama kemudian, Zhou Yi meretweet postingan Sun Pan tersebut dengan komentar: "Pria jujur menepati janji, Pan-Pan hebat! Hahahahaha!!"
Para penonton yang menonton baru menyadari ini mungkin bukan kasus peretasan akun Sun Pan, juga bukan Sun Pan yang sedang gila, melainkan mungkin ada janji tertentu antara dia dengan Zhou Yi.
Tapi janji spesifik apa sebenarnya?
Tidak ada yang tahu.
Interaksi online kedua orang ini juga menarik perhatian media, mengingat sekarang sudah era internet, kejadian di dunia maya pun layak dianggap berita. Apalagi ini interaksi online antara Zhou Yi dan Sun Pan.
Maka beberapa wartawan mendatangi Sun Pan untuk mewawancarainya, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Sun Pan menolak menjawab, atau mengarang alasan seadanya untuk menghindari pertanyaan.
Karena tidak mendapat informasi berharga dari Sun Pan, para wartawan memutuskan menemui Zhou Yi.
Setelah mendengar maksud kunjungan wartawan, Zhou Yi tertawa terbahak-bahak: "Ini taruhan antara aku dan Pan-Pan. Jika Borussia Dortmund bisa mencetak tiga gol dalam satu pertandingan, dia harus meniru suara anjing di internet. Jika jumlah gol Dortmund kurang dari tiga, maka giliranku yang harus menyalak."
Kebenarannya sesederhana itu, tapi membuat para wartawan terdiam - pemain kelas atas Eropa kok masih kekanak-kanakan begini!
Buat apa harus meniru suara anjing!
Para wartawan akhirnya paham mengapa Sun Pan bersikap tidak ramah saat diwawancarai...
Memalukan sekali! Memaksa Sun Pan mengakui sendiri hal memalukan ini pasti lebih menyakitkan daripada membunuhnya.
Setelah wartawan mempublikasikan hasil wawancara, barulah publik paham latar belakang kejadian di internet ini.
"23333333！Sakit hati melihat Pan-Panku!"
"Kesal banget, tapi tetap harus belajar menggonggong seperti anjing!"
"Belajar menggonggong apaan sih! Kekanak-kanakan banget! Haha!"
"Jadi Zhou Yi menemui Sun Pan setelah pertandingan hanya untuk mengingatkannya agar tidak lupa belajar menggonggong di internet? Kejam banget!"
Tapi sebenarnya para suporter cukup menikmati interaksi semacam ini antar pemain. Meski Sun Pan kelihatan menyedihkan, semua orang terhibur.
Sedikit perasaan sedih setelah Sun Pan tersingkir pun lenyap bagai ditelan angin.
……
Episode kecil Sun Pan belajar menggonggong di internet segera berlalu, hanya tersisa dalam ingatan semua orang.
Bagi Zhou Yi dan Sun Pan, mereka masih memiliki pertandingan masing-masing. Tugas Sun Pan yang tersingkir dari Champions Eropa sekarang adalah membantu Atletico Madrid meraih kualifikasi Champions Eropa musim depan, meski mungkin nanti kualifikasi itu sudah tidak ada hubungannya lagi dengannya.
Tapi selama masih menjadi bagian dari Atletico Madrid, dia harus berjuang untuk kepentingan klub.
Sedangkan tugas Zhou Yi mungkin lebih berat. Liga tinggal enam pertandingan lagi, selisih poin dengan Bayern München masih dua. Borussia Dortmund harus berusaha sekuat tenaga di enam laga terakhir jika ingin mempertahankan gelar liga.
Klopp juga paham, meski pertandingan melawan Atletico Madrid sangat menegangkan dan lolos ke semifinal Champions Eropa dengan mengeliminasi mereka memang membanggakan.
"Tapi sekarang kita harus fokus dan memindahkan prioritas kerja ke liga."
Tapi tepat pada saat ini, kejutan tak terduga datang menghampirinya dan timnya.
Klopp yang baru tiba di Basis Pelatihan Brackel untuk memulai pekerjaan hariannya, melihat manajer umum klub Zorc di depan pintu kantornya.
Ini membuatnya terkejut karena belum pernah mengalami situasi dimana Zorc sengaja menunggunya di luar kantor.
"Jürgen, ada kabar buruk yang harus kamu ketahui. Tapi aku harap kamu bisa tetap tenang..." ujar Zorc setelah melihat Klopp, ekspresinya seperti orang berkabung.
"Apa kamu mau cuti, Michael?" canda Klopp. Baru dua hari lalu mengeliminasi Atletico Madrid, seluruh Jerman memuji performa Dortmund di pertandingan. Masalah apa lagi?
Internal tim sedang penuh semangat tinggi, semua anggota kini dipenuhi kepercayaan diri untuk berebut gelar juara dengan Bayern München.
Di saat seperti ini, mungkin ada kabar buruk apa?
Zorc berkata: "Aku dapat informasi valid bahwa Bayern München secara diam-diam telah mencapai kesepakatan dengan agen Götze. Mereka akan mengaktifkan klausul buyout..."
Zorc belum selesai bicara, Klopp langsung teriak: "Apa? Hari April Mop sudah lewat, Michael..."
“Saya tidak bercanda, Jürgen! Ini benar, alasan saya memberi tahu kamu adalah supaya kamu bisa mempersiapkan mental, agar nanti tidak langsung bertanya ke saya setelah mendengar berita ini dari media.” Zorc dengan serius.
Mendengar perkataan Zorc, Klopp terdiam.
“Saya tahu kabar ini sangat... mengejutkan, tapi jika kamu ingin berbicara dengan saya, saya akan senang...” Zorc berkata sambil melihat Klopp yang diam.
Klopp perlahan menggelengkan kepala: “Tidak, terima kasih, Michael. Tapi tidak perlu... Aku harus bekerja...”
Setelah berkata demikian, ia melambaikan tangan dan berbalik membuka pintu kantornya. Zorc hanya melihat dari samping sampai Klopp masuk ke dalam, lalu tiba-tiba sadar dan menyembulkan kepala: “Terima kasih sudah memberitahuku, Michael. Lebih cepat tahu daripada media... itu memang sangat penting...”
Zorc mengangguk: “Kamu sibuk saja, Jürgen. Jika ada yang perlu, hubungi saya.” Zorc membuat gerakan telepon dengan tangan.
“Akan kulakukan.” Klopp menutup pintu setelah berkata.
Di luar pintu, Zorc menghela napas. Ia sepenuhnya memahami perasaan Klopp, karena reaksinya saat mendengar kabar ini juga mirip - seperti kehilangan jiwa seketika.
Setelah menghela napas, Zorc berbalik pergi. Ia juga harus bekerja, mungkin bahkan lebih sibuk dari Klopp...
Klopp yang memasuki kantor berjalan perlahan ke kursinya, lalu duduk dengan lambat, termenung di tempat duduknya.
Klausul buyout dalam kontrak Götze, sebagai pelatih kepala tim, tentu saja dia mengetahuinya.
Karena performa gemilang, Götze dalam dua musim terakhir juga menarik perhatian semakin banyak tim lain, namun tetap hanya sebatas rumor tanpa aksi nyata.
Klopp sempat berpikir Götze masih muda, dia akan membela Dortmund beberapa tahun lagi. Tak disangka Bayern München langsung bergerak begitu cepat.
Berdasarkan kontrak Götze dengan klub, klausul buyout senilai 37 juta euro itu berlaku hingga 30 April 2013. Dengan kata lain, setelah tanggal itu klausul buyout tidak berlaku lagi.
Rencana klub adalah menunggu hingga klausul buyout kadaluarsa sebelum membahas perpanjangan kontrak dengan Götze.
Siapa sangka sebelum itu, Bayern München malah langsung mengaktifkan klausul buyout!
Yang lebih mengejutkan, klub Borussia Dortmund sama sekali tidak menerima pemberitahuan sebelumnya - ini membuktikan Bayern München berkomunikasi langsung dengan agen Götze, melewati klub Dortmund...
Sebagai pelatih kepala Borussia Dortmund, mimpi buruk terbesarnya pasti pembajakan pemain oleh Bayern München...
Klopp memegang pelipisnya.
Mengetahui klub dan kontrak Götze, dia sadar bahwa begitu Bayern München mengaktifkan klausul pembatalan, pihak klub tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa pasrah melihat agen Götze menyelesaikan semua perjanjian dengan Bayern München, lalu menunggu transfer fee dari Bayern München.
Kepergian pemain sebenarnya hal yang wajar, bisa diterima oleh pelatih manapun.
Namun kasus Götze berbeda, Klopp tidak mudah menerima hasil ini.
Sebagai produk Akademi Borussia Dortmund, Götze adalah pemuda jenius yang diharapkan besar oleh Klopp. Dalam visi Klopp, Götze sama pentingnya dengan Reus dan Zhou Yi sebagai fondasi masa depan tim.
Begitu banyak usaha telah dihabiskannya untuk membina Götze, bagaimana mungkin dia menerima kepergiannya yang tiba-tiba?
Dari peristiwa ini juga terlihat bahwa Götze sendiri setuju meninggalkan Dortmund untuk bergabung dengan rival bebuyutan Bayern München. Ini sangat melukai Klopp. Dia tahu kecenderungan mental Götze ke Bayern München bukanlah rahasia di internal Dortmund.
Tapi dia selalu berpikir bahwa dalam kolektif Borussia Dortmund yang solid dan memiliki daya tempur, kecintaan terhadap Bayern München sama sekali bukan masalah besar. Seorang pemain boleh menyukai tim lain, tapi dia harus tahu di tim mana bermain yang paling menguntungkan baginya.
Mats Hummels bahkan merupakan produk akademi Bayern München, tapi karena tidak mendapat tempat di Bayern München, dia akhirnya transfer ke Borussia Dortmund.
Jadi Klopp sama sekali tidak menyangka Götze ingin bergabung dengan Bayern München. Sebelumnya, Götze juga tidak pernah menunjukkan keinginan semacam ini.
Kok tiba-tiba memutuskan ke Bayern München?
Sebagai pilar utama di Borussia Dortmund, memenangkan gelar liga dua musim berturut-turut, Champions Eropa terus menunjukkan kemajuan setiap tahun, tetap saja tidak bisa mempertahankannya?
Dan mengapa harus ke Bayern München?
Klopp merasa sangat terluka. Dia dikhianati oleh pemain kesayangannya sendiri. Perasaan inilah yang membuatnya kini tak bisa bicara, hanya bisa terduduk di kantor.
Bukan berarti dia tidak bisa menerima kepergian pemain. Saat itu Sahin sebagai pemain inti tim juga bersikeras pergi.
Tapi dia tidak bisa menerima kepergian seperti ini - saat momentum tim sedang baik, ketika semua orang berjuang dengan sepenuh hati untuk target bersama, seseorang memilih untuk berpisah.
“Tiba-tiba dia teringat bahwa istrinya masih menunggunya di malam hari, karena dia punya teman baik, seorang aktor hebat Wotan Wilke Möhring yang film barunya akan tayang. Mereka berdua diundang untuk menghadiri premiere di Essem.”
“Tapi sekarang dia sama sekali tidak ingin pergi ke acara ramai seperti itu, tidak mau bertemu dan mengobrol dengan berbagai macam orang.”
“Lalu dia mengeluarkan HP dan menghubungi nomor istrinya.”
“‘Sayang, acara kita malam ini harus dibatalkan. Aku tidak bisa bicara, kita tidak jadi pergi...’”
“Klopp berkata dengan suara lemah.”
“‘Kamu kenapa, Jürgen?’ tanya istri dengan penuh perhatian.”
“‘Tidak apa-apa, urusan pekerjaan. Jangan khawatir, aku hanya tidak ingin terekspos publik. Terima kasih atas pengertian dan dukunganmu, aku juga mencintaimu, sampai jumpa.’”
“Setelah menutup telepon, Klopp kembali terbenam dalam keheningan.”
“Bab 184 Tidak Ada Tembok yang Tidak Bocor”
“Zhou Yi baru saja bersiap keluar untuk latihan ketika HP di sakunya berdering.”
“Jarang ada orang yang meneleponnya di jam seperti ini. Zhou Yi merasa aneh, menghentikan gerakan memakai sepatu. Kemudian mengangkat telepon dari agennya Tino Schulze.”
“‘Halo Zhou Yi, ada sesuatu yang kupikir lebih baik kuberitahukan padamu.’”
“‘Katakan, Tino.’”
“‘Err... Götze akan transfer ke Bayern München...’”
“‘Apa?’ Zhou Yi benar-benar terkejut mendengar ini. ‘Bagaimana mungkin?’”
“Benar, Zhou Yi. Kau juga tahu, agen Götze adalah bos perusahaan agen tempatku bekerja…” Schulze menjelaskan.
Hal ini memang diketahui Zhou Yi. Volker Struth, agen Götze, adalah salah satu pendiri perusahaan agen tempat Schulze bekerja.
Jadi wajar jika Schulze mengetahui beberapa informasi internal.
Jika dia mengatakan itu benar, maka hampir pasti benar. Dalam hal ini, Zhou Yi percaya Schulze tidak akan menipunya.
Tapi mengapa memutuskan pindah ke Bayern München justru di saat ini?
Zhou Yi tidak mengerti. Biasanya, transfer pemain baru dimulai setelah musim berakhir. Apalagi saat ini Dortmund dan Bayern München adalah kompetitor langsung. Transfer ke Bayern München di momen genting seperti ini?
Zhou Yi sungguh tidak bisa memahami alasan Götze melakukan hal ini.
Schulze pun menjelaskan mengapa harus memilih transfer di saat ini.
“Karena dalam kontrak Götze dengan Dortmund, ada klausul buyout yang berlaku hingga 30 April tahun ini. Setelah tanggal 30 April, klausul ini tidak berlaku lagi. Asalkan ada klub yang mengaktifkan klausul buyout sebelum tanggal tersebut, Dortmund harus menerima tawaran klub tersebut terlepas dari keinginan mereka. Kunci keberhasilan transfer tinggal tergantung pada kesediaan pemain yang bersangkutan. Tapi kau tahu, Götze sebenarnya adalah pendukung Bayern München…”
Setelah mendengar penjelasan Schulze, Zhou Yi terdiam.
Motif ini cukup masuk akal.
“Di saat-saat genting seperti ini, Zhou Yi merasa cukup terpukul. Semua orang sedang memikirkan tiga gelar liga berturut-turut dan serangan ke Champions Eropa, tapi Götze malah ingin pindah ke rival abadi di liga domestik... Bagaimana reaksi publik setelah hal ini terbongkar? Apa dampaknya bagi tim?”
Selama ini ada anggapan di kalangan media bahwa Borussia Dortmund adalah tim yang tidak bisa mempertahankan pemain inti dan pilar utamanya. Sebelumnya, keputusan Sahin yang nekat meninggalkan Dortmund meski harus jadi pemain pengganti di Real Madrid ketimbang memperpanjang kontrak, sudah cukup menyakitkan.
Jika sekarang Götze juga pergi, pukulan bagi Dortmund tidak hanya di level kompetisi semata.
Apalagi... Zhou Yi juga tidak menganggap Bayern München sebagai pilihan baik untuk Götze. Di satu sisi mereka adalah rival bebuyutan Dortmund, di sisi lain, statusnya sebagai pilar utama di Dortmund tidak menjamin ia bisa mendapat posisi sama di Bayern München...
"Aku ingin kamu mengetahui hal ini lebih dulu agar bisa mempersiapkan mental." Schulze menjelaskan alasan menghubungi Zhou Yi. Sebenarnya ia bisa saja diam dan membiarkan Zhou Yi mengetahui kabar ini dari media atau sumber lain. Namun dengan mempertimbangkan serangkaian pertandingan penting yang akan dihadapi Dortmund dan Zhou Yi, ia berharap Zhou Yi bisa lebih siap secara mental agar performansinya tidak terganggu.
“Terima kasih, Tino.” Zhou Yi tentu memahami maksud baik Schulze, jadi dia mengucapkan terima kasih tanpa menyalahkan Schulze yang telah merusak suasana hatinya.
Meskipun suasana hatinya yang baik memang telah hancur.
Awalnya, setelah mengeliminasi Atletico Madrid dan memenangkan taruhan dengan Sun Pan, Zhou Yi memang sangat senang, suasana hatinya baik selama dua hari ini.
Tapi sekarang, satu telepon dari Schulze langsung menghapus semua kebahagiaannya dalam sekejap.
Dia bahkan ingin menelepon Götze untuk bertanya mengapa, mengapa harus memilih Bayern München.
Jika di awal bergabung dengan Borussia Dortmund, Zhou Yi tidak punya preferensi atau ikatan emosional khusus antara Dortmund dan Bayern München, maka setelah bertahun-tahun bermain untuk Dortmund, dia telah mengembangkan ikatan yang sangat dalam dengan kota ini dan tim ini. Perasaan ini lebih dari sekadar persahabatan antar rekan setim. Secara alami, dia tidak mungkin punya simpati berlebihan pada Bayern München.
Bahkan jika suatu hari nanti dia harus transfer, ada dua tim yang mutlak tidak akan pernah dia datangi: satu adalah rival bebuyutan di Ruhr, Schalke 04, satunya lagi adalah rival tingkat nasional Jerman, Bayern München.
Dia bahkan tidak akan memilih tim Jerman lainnya. Jika harus meninggalkan Dortmund, tujuannya pasti luar negeri.
Ini sebagai bentuk penghormatan pada Borussia Dortmund, juga sesuai dengan perasaan di hatinya.
Tapi akhirnya, Zhou Yi tidak menekan tombol panggilan itu, meski nomor Götze sudah terpampang di layarnya.
Dia meletakkan HP kembali ke saku celana, mengenakan sepatunya, lalu pergi menuju Basis Pelatihan Brackel.
……
Zhou Yi telah memutuskan, meskipun tahu kabar ini, dia tak akan sembarangan memberitahu siapa pun. Walau Schulze tak melarangnya, Zhou Yi bukan tipe yang suka bergosip seperti nenek-nenek.
Bukan karena menghormati privasi, tapi dia yakin jika kabar ini bocor, dampaknya akan menghancurkan moral tim. Di tengah perburuan gelar liga dan persiapan Final Liga Champions, hal ini bisa menggagalkan seluruh kerja keras satu musim.
Inilah alasan sebenarnya mengapa Zhou Yi agak kesal dengan Götze.
Dulu mereka pernah bermain bersama di tim muda dan memenangkan kejuaraan, tentu mereka adalah teman.
Kini dia merasa dikhianati oleh temannya sendiri.
Tapi diamnya Zhou Yi tak berarti rahasia ini aman.
Seperti kata pepatah, tak ada dinding yang kedap angin. Bagaimana mungkin berita sebesar ini bisa ditutupi?
Jika Schulze - agen yang tak ada hubungannya dengan Götze - bisa tahu soal transfer ini, bagaimana dengan yang lain?
Saat Zhou Yi tiba di ruang ganti, Götze belum datang. Tapi Zhou Yi dengan tajam merasakan atmosfer ruangan yang berbeda dari biasanya.
"Kemarin saat dia datang latihan, di ruang ganti penuh dengan canda tawa, suasana sangat santai. Karena baru saja mengalahkan Atletico Madrid, mengalahkan musuh yang tangguh dan kuat, membuat semua orang penuh keyakinan akan masa depan. Saat ini suasana tim sangat baik."
"Tapi hari ini, suasana agak sedikit mencekam, alis beberapa orang bahkan tidak serileks biasanya."
"Ini menandakan apa?"
"Zhou Yi punya firasat tidak baik. Kekhawatiran terbesarnya mungkin sudah terjadi, atau sedang terjadi..."
"Setelah Großkreutz masuk ke ruang ganti, matanya jelalatan ke sekeliling, lalu melihat Zhou Yi dan langsung menghampirinya."
"Zhou Yi sudah punya firasat, tapi dia tetap duduk di posisinya tanpa bergerak."
"Saat Großkreutz sampai di sampingnya dan baru saja membuka mulut sebelum sempat bersuara, pintu ruang ganti di belakangnya kembali terbuka."
"Dia menoleh dan melihat Götze masuk melalui pintu."
"Ketika Götze muncul di pintu, banyak pandangan di ruang ganti tertuju padanya. Großkreutz bahkan langsung meninggalkan Zhou Yi, berbalik dan mendatangi Götze."
""Aku dengar kabar, Mario, katanya kamu akan pindah ke Bayern München, benar tidak?" Großkreutz langsung bertanya tanpa basa-basi saat sampai di depan Götze."
"Begitu kata-kata ini keluar, beberapa orang di ruang ganti semakin mengerutkan kening, sementara yang lain terlihat kaget."
"Jelas terlihat, sebagian orang sudah tahu kabar ini dan tidak terkejut, sementara sebagian lagi baru pertama kali mendengarnya dan sangat terkejut."
Zhou Yi menyapu pandangannya ke seluruh ruang ganti, akhirnya mengarahkan tatapannya ke Götze.
Götze yang berdiri di pintu juga tidak menyangka Großkreutz begitu langsung, menanyakan hal itu di depan semua orang.
Tapi dia tidak menyangkal, hanya mengangguk: "Ya."
Setelah mendapat jawaban tegas dari Götze, emosi Großkreutz mulai tidak terkendali. Dia melangkah mendekat dan mengguncang kerah baju Götze: "Kenapa!?"
Teriaknya.
Gerakan ini membuat orang-orang di sekitar terkejut. Subotic yang berada dekat segera melerai mereka: "Tenang, tenang..."
Großkreutz yang sudah dipisahkan Subotic masih berteriak ke Götze: "Kenapa?! Kenapa memilih waktu ini?! Kau sangat ingin ke Bayern München ya!?"
Ruang ganti sunyi seketika. Götze diam, yang lain juga bungkam, hanya desahan kasar Großkreutz yang terdengar.
Saat itu, Markus Wagner muncul di belakang Götze, bingung melihat ketegangan di depan matanya: "Apa yang terjadi?"
