Sebelum pertandingan dimulai, perang mulut antar kedua belah pihak sudah terjadi.
Ketua Bayern München Uli Hoeneß secara terbuka mengkritik penjadwalan Bundesliga: "Kami baru saja bermain di Barcelona dan harus terburu-buru kembali ke Jerman, istirahat satu hari di rumah, lalu langsung berangkat ke Dortmund - semuanya hanya dalam dua hari! Tim sama sekali tidak bisa beristirahat dengan baik, para pemain sangat lelah. Sementara Dortmund, di Champions Eropa mereka bermain satu hari lebih awal dari kami, pulang ke rumah bisa langsung menetap di kandang sendiri dengan kondisi segar... Saya benar-benar tidak mengerti kenapa penjadwalan bisa seburuk ini. Kenapa pertandingan melawan Dortmund tidak bisa diundur satu hari lagi? Kenapa pertandingan Hamburg vs Wolfsburg bisa dimainkan malam tanggal 5 Mei, sementara kami harus main malam tanggal 4 Mei? Apakah Hamburg dan Wolfsburg ikut Champions Eropa? Liga tidak bisa melakukan penyesuaian fleksibel untuk kondisi khusus seperti ini?"
Sejujurnya, keluhan Uli Hoeneß memang masuk akal. Semifinal Champions Eropa antara Bayern München yang bertandang ke Barcelona digelar pada malam 1 Mei. Setelah pertandingan, Bayern München harus segera naik pesawat kembali ke Munich, dan tiba di Munich pada dini hari 2 Mei.
Kemudian tim langsung dibubarkan, tapi para pemain hanya bisa beristirahat setengah hari. Pada sore hari 2 Mei, tim harus berkumpul kembali untuk latihan.
Pada 3 Mei seluruh tim harus kembali naik pesawat menuju Dortmund untuk mempersiapkan pertandingan malam 4 Mei. Mereka tidak bisa datang terlalu sore karena hanya memiliki waktu malam hari 3 Mei untuk melakukan latihan adaptasi lapangan. Pertandingan akan digelar malam 4 Mei.
Dalam proses ini, seluruh tim Bayern München benar-benar "tidak berhenti bergerak" - dari Munich terbang ke Barcelona, Barcelona kembali ke Munich, lalu Munich ke Dortmund. Tiga kali penerbangan dalam empat hari ke tiga kota berbeda. Bukan hanya bagi pemain profesional yang membutuhkan stamina tinggi, bahkan orang biasa pun akan kelelahan dengan jadual seperti ini. Namun para pemain Bayern München harus langsung menghadapi pertandingan penting berintensitas tinggi.
Uli Hoeneß memang mengeluh tentang pengaturan jadwal resmi Bundesliga, namun dalam ucapannya tetap terasa sindiran terhadap Borussia Dortmund. Manajer umum Borussia Dortmund Zorc tentu tidak berpura-pura tidak mendengar, dia langsung membantah: "Hoeneß mengeluh jadwal terlalu padat? Lalu kenapa dia tidak membahas soal waktu istirahat mereka yang satu hari lebih banyak dibanding kita di antara dua leg semifinal Champions Eropa? Borussia Dortmund juga tidak pernah mengeluh pengaturan jadwal UEFA saat bermain di semifinal Champions Eropa. Kenapa ketika menyangkut Bayern München, pengaturan jadwal biasa tiba-tiba menjadi jadwal buruk yang tidak bisa diterima? Saya paham, Hoeneß pasti sedang menyiapkan alasan untuk kekalahan Bayern München. Kalau Bayern München kalah di kandang lawan melawan Borussia Dortmund, kesalahan itu bisa sepenuhnya dibebankan ke pihak Bundesliga..."
"Selain itu, dalam leg kedua semifinal Champions Eropa yang sama, kami menghadapi perlawanan sengit Real Madrid di kandang lawan, bertarung habis-habisan sampai detik terakhir dengan menguras seluruh tenaga. Bagaimana dengan Bayern München? Mereka menghadapi lawan yang sudah kehilangan semangat di tandang, menang dengan mudah tanpa perlawanan. Mereka bahkan melakukan pergantian pemain lebih awal untuk persiapan melawan kami, klaim mereka menghabiskan energi di pertandingan ini sama sekali tidak kredibel. Ini tidak berbeda dengan pertandingan pemanasan internal tim!"
Zorc tidak hanya mencaci Barcelona, tapi sekaligus mengejek klub tersebut...
Dua tim ini bertengkar, tim-tim lain jadi korban tak terhitung. Hamburg dan Wolfsburg protes dengan sedih, "Salah kami kalau tidak bisa ikut Champions Eropa?"
Real Madrid dan Barcelona kembali jadi bahan olok-olok...
Untung media Spanyol sudah tidak memperhatikan kejadian di Jerman, kalau tidak pasti terjadi perang mulut lintas negara.
Manajemen klub saling berseteru, di tingkat pemain pun panasnya perang mulut tidak kalah sengit.
Bek tengah Bayern München, Van Buyten, dalam wawancaranya menyatakan keunggulan masih di pihak Bayern: "Kami unggul dua poin, punya keunggulan mental. Jadi untuk pertandingan ini, hasil imbang pun sudah kemenangan bagi kami."
Menanggapi pernyataan Van Buyten, Zhou Yi sang playmaker Borussia Dortmund berkomentar: "Dia (Van Buyten) benar-benar berpikir begitu?"
Setelah konfirmasi dari wartawan, Zhou Yi membuat ekspresi "lega" sambil tersenyum: "Saya jadi tenang. Berdasarkan pengalaman, saat merasa imbang saja sudah cukup, justru saat itulah paling berbahaya. FLAG ini Van Buyten pasang dengan sempurna."
Wartawan China tertawa mendengarnya. Wartawan Jerman mungkin masih bingung, tapi wartawan China sangat paham maksud Zhou Yi.
Dalam sejarah sepak bola Tiongkok, terlalu banyak contoh "imbang saja sudah cukup" yang akhirnya berujung kegagalan.
Hingga "imbang saja sudah lolos" menjadi kutukan besar bagi sepak bola Tiongkok.
Perkataan Zhou Yi ini selain menunjukkan keyakinannya untuk mengalahkan Bayern München, juga mengandung unsur sindiran diri sendiri sehingga sikapnya tidak terkesan terlalu arogan dan menjengkelkan. Ini adalah ciri khas Zhou Yi yang bahkan saat menyerang orang lain tetap terlihat menggemaskan.
Perang mulut Zhou Yi relatif lebih halus dibandingkan konfrontasi sengit antar pemain lain yang penuh bubuk mesiu.
Kapten Bayern München, Philipp Lahm, dalam wawancaranya juga menyetujui pandangan Uli Hoeneß dengan menyatakan jadwal pertandingan sangat merugikan mereka.
Menanggapi hal ini, pemain Borussia Dortmund Großkreutz menyindir Lahm layaknya perempuan: "Sebagai pemain profesional, mengeluhkan pengaturan jadwal menurutku tidak mencerminkan sifat lelaki sejati. Pengaturan jadwal itu adil, semua tim mungkin mengalami jadwal yang tidak ideal. Lalu apa solusinya? Apakah setiap ketidakpuasan harus diatasi dengan mengubah jadwal? Jika hari ini Bayern München bisa menuntut perubahan jadwal, besok tim lain pun berhak melakukan hal sama. Bukankah ini akan mengacaukan seluruh liga?"
Menanggapi sindiran Großkreutz terhadap kapten Bayern München tersebut, Bastian Schweinsteiger membalas: "Pemain Dortmund sebaiknya tidak sembarangan berkomentar. Mereka jelas diuntungkan oleh pengaturan jadwal ini. Kami hanya memperjuangkan hak yang wajar."
Piszczek menyindir: "Ini pertama kalinya aku melihat tim pimpinan liga yang terlalu perhitungan dengan hal sepele. Sepertinya mereka juga sadar, menghadapi kami di Westfalenstadion adalah hal yang menakutkan."
Kuba berkata: "Kalau aku pemain Bayern München, selama periode ini aku akan diam saja, beristirahat dan berlatih dengan baik. Bukan mengeluh kurang istirahat sambil menghabiskan waktu istirahat untuk tampil di media."
Ada juga pemain Bayern München yang mengekspresikan keyakinan, seperti Ribery yang yakin mereka akan menang di kandang lawan: "Tidak ada yang lebih mengasyikkan daripada mengalahkan rival bebuyutan di kandang mereka sendiri untuk meraih gelar liga!"
Reus membalas: "Tidak ada yang lebih mengasyikkan daripada mengalahkan rival bebuyutan di kandang sendiri untuk meraih gelar liga."
Tentu saja dalam perang mulut ini, nama "Mario Götze" menjadi topik yang tak terhindarkan bagi semua pihak.
Sebelum pertandingan, media Dortmund menulis artikel yang mengkritik praktik Bayern München yang gemar merongrong tim lain sebagai tindakan merusak daya saing Bundesliga dan sepak bola Jerman secara keseluruhan.
"...Uli Hoeneß menciptakan trik baru: lawan yang tak terkalahkan di lapangan, bisa mereka taklukkan di pasar transfer dengan uang. Merekrut pemain inti lawan sekaligus memperkuat diri dan melemahkan kompetitor, benar-benar strategi satu tembak dua mati!" sindir media Dortmund tersebut.
Ada opini publik yang berpendapat bahwa sebelum pertandingan Borussia Dortmund melawan Real Madrid di kandang sendiri, kabar transfer Götze ke Bayern München yang mencuat adalah tindakan yang sengaja direncanakan oleh pihak Bayern München untuk mengganggu persiapan Dortmund menghadapi semifinal Champions Eropa dan menggoyahkan moral tim. Faktanya, moral tim Dortmund memang sempat terguncang. Andai bukan karena energi besar yang dikeluarkan seluruh tim Dortmund di menit-menit akhir di bawah kepimpinan Klopp yang berhasil menstabilkan moral tim, hasil akhir pertandingan mungkin akan berbeda...
Menanggapi klaim ini, media dari pihak Bayern München membantah tegas: "...Saya ingin mengingatkan pihak Dortmund yang gemar mengeluarkan omong kosong - pertama-tama yang mengumumkan berita ini secara resmi bukanlah kami di Munich, melainkan kalian sendiri dari Dortmund. Pihak pertama yang membocorkan berita ini juga bukan media atau wartawan Munich... Mengatakan bahwa Bayern München melakukan ini untuk memukul Dortmund adalah tuduhan mengada-ada. Perlu diketahui, insiden ini juga membuat pihak Bayern München kewalahan ketika tiba-tiba terekspos..."
“Sekarang media Dortmund kembali menjadikan isu transfer Götze sebagai bahan sensasi, tidak lain hanya untuk mencari alasan atas kekalahan yang akan mereka alami. Mereka mengalihkan semua kebencian ke Bayern München. Menurut saya, di Jerman ada sebuah mentalitas buruk, yaitu stigmatisasi yang semena-mena terhadap Bayern München... Pihak Dortmund beranggapan praktik Bayern München yang merekrut pemain-pemain inti klub lain telah merugikan kepentingan sepak bola Jerman, namun sebenarnya yang melakukan praktik perekrutan semena-mena justru Dortmund sendiri!”
“...Media Dortmund selalu terbiasa membanggakan kemampuan akademi mereka, seolah-olah tim utama Dortmund semuanya adalah produk binaan akademi mereka. Jangan sebut Reus dan Großkreutz, menurut definisi UEFA, pemain yang terdaftar di klub selama tiga musim antara usia 15 hingga 21 tahun baru bisa dianggap sebagai pemain akademi klub tersebut. Reus dan Großkreutz justru berkembang di Rot-Weiß Ahlen, dulu siapa yang membuang mereka seperti sampah ke tim liga regional? Juga jangan menyebut Zhou Yi, sebelum usia 17 tahun dia sama sekali tidak menerima latihan profesional, pengalamannya di tim junior Dortmund lebih seperti masa transisi untuk bergabung ke tim utama, prestasinya sekarang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembinaan akademi Dortmund...”
"……Sven Bender direkrut Borussia Dortmund dari 1860 Munich, İlkay Gündoğan didatangkan dari Nürnberg, Subotic berasal dari Mainz... Bahkan senior seperti Sebastian Kehl dan Weidenfeller juga direkrut dari SC Freiburg dan Kaiserslautern... Setiap hari mengklaim membina akademi sendiri, tapi malah menuduh Bayern München mencuri pemain, tanpa bercermin terlebih dahulu..."
Media Munich memberikan serangan balik yang sangat tajam dan tepat sasaran. Sebenarnya Borussia Dortmund sama seperti Bayern München, keduanya membangun tim utama dengan merekrut pemain dari berbagai klub. Tapi ini sebenarnya merupakan tindakan transfer yang wajar. Hanya saja dari sudut pandang masing-masing pihak, akan ada interpretasi yang berbeda.
Dalam perang mulut ini, ada media yang mewawancarai Götze dan bertanya apakah dia akan memiliki perasaan campur aduk menyambut pertandingan mendatang.
Götze menggelengkan kepala: "Tidak sama sekali. Saat ini saya pemain Borussia Dortmund, tugas dan target saya adalah membantu Dortmund meraih juara. Urusan dengan Bayern München akan kita bicarakan musim depan."
Pernyataan ini dilontarkannya dengan penuh keyakinan. Dalam dua leg melawan Real Madrid, dia memberikan 1 assist, mencetak 1 gol, dan menciptakan 1 penalti. Bisa dikatakan dia adalah kontributor utama lolosnya Real Madrid ke Final Liga Champions.
Klopp menolak membahas topik terkait Götze: "Götze masih pemain saya saat ini, apa yang kalian ingin saya katakan?"
Großkreutz juga tidak mau membicarakan Götze saat diwawancarai, tapi alasannya bukan untuk membebaskan Götze dari badai opini ini, melainkan enggan menyebut namanya: "Jangan sebut nama orang itu di hadapanku."
Sebagai sahabat dekat Götze, Reus tentu juga jadi sasaran media. Dengan nada lebih lembut ia berkata: "Setiap orang punya hak memilih, Götze telah menentukan pilihannya. Sebagai teman, yang bisa kulakukan hanyalah mendoakannya. Tapi aku yakin dengan etika profesionalnya, dia pasti akan memberikan segalanya di pertandingan mendatang."
Bagaimana tanggapan Zhou Yi tentang isu Götze ini?
"Memilih klub adalah hak Götze, tidak ada yang berhak menyalahkannya. Memang waktu terungkapnya berita ini agak..., tapi itu bukan kesalahan Götze. Menurutku kita tidak perlu terus-terusan membahas hal ini. Pasti Götze sendiri juga tidak ingin kejadian seperti ini. Lebih baik fokus ke pertandingan. Jujur saja, urusan pasar transfer biarlah jadi tugas manajer. Saat ini yang penting adalah performa di lapangan..."
Seorang wartawan bertanya: "Pernahkah Anda berpikir untuk bergabung dengan Bayern München suatu hari nanti?"
Mendengar pertanyaan itu, Zhou Yi tertawa: "Bagaimana mungkin? Aku ke Bayern München hanya untuk mengulangi gelar juara yang sudah kudapat di Borussia Dortmund? Tidak ada artinya."
Setelah berkata demikian, ia mengibaskan tangan dan berbalik pergi.
