Setelah pertandingan dimulai, kedua tim tidak menampilkan permainan berapi-api seperti yang dinantikan penonton. Tidak ada transisi cepat antara serangan dan pertahanan, juga tidak ada saling serang yang keras.
Justru sebaliknya, permainan terlihat sangat hati-hati dengan minimnya momen-momen menggugah di lapangan.
Ini wajar mengingat ini adalah pertandingan berat yang menyangkut takhta juara dan rekor sejarah. Dalam situasi seperti ini, semua tim ingin menghindari kesalahan dini, sehingga pilihan bermain konservatif dan penuh kehati-hatian menjadi hal yang alamiah.
"Dalam pertarungan antar ahli, siapa yang bergerak lebih dulu justru akan menunjukkan celah dan memberi peluang bagi lawan."
Dalam permainan sabar ini, bahkan setelah delapan menit pertandingan, kedua tim belum melakukan satu pun tembakan.
Ini menunjukkan betapa kedua belah pihak sangat menghormati lawan dan berhati-hati. Meskipun semangat berapi-api di ruang ganti, begitu peluit berbunyi di lapangan, semua harus tenang dan tidak boleh terbawa emosi.
Dari sini terlihat alasan kedua tim bisa meraih 15 kemenangan beruntun (Bayern) dan 14 kemenangan beruntun (Dortmund) musim ini. Baik kemampuan pemain maupun pengaturan kondisi mental mereka lebih unggul dari tim Bundesliga lainnya.
Baru pada menit kesembilan, muncul momen menggemparkan di lapangan.
"Schweinsteiger" Bastian Schweinsteiger mengirim umpan terobosan di depan area penalti ke sisi kanan pertahanan. Arjen Robben yang menerima bola di sayap lalu menyusup ke area penalti dengan teknik dribel mengubah arah.
"Robben! Bayern München berhasil membawa serangan ke area penalti Borussia Dortmund!" teriak Marcel Leif.
Sorakan suporter Bayern München di tribun langsung ditenggelamkan oleh siulan suporter Borussia Dortmund.
Semua tahu apa yang akan dilakukan Robben setelah menyusup dari sayap kanan - itu adalah pola klasiknya. Sebagai pemain kidal yang bermain di sayap kanan sejak era Real Madrid, dia mengembangkan "senjata pamungkas": menyusup dari kanan, dribel horizontal, lalu menembak dengan kaki kiri.
Di tengah siulan, Mario Gomez di area tengah mengulurkan tangan, memberi isyarat pada Arjen Robben untuk mengoper bola kepadanya. Tapi di saat seperti ini, masih berharap Robben mau mengeluarkan operan, itu seperti mimpi di siang bolong... Robben yang melakukan dribel horizontal memang tidak memilih untuk mengoper, melainkan mencoba sendiri melakukan tembakan, hasilnya bola ditepis oleh Mats Hummels yang menyambar dengan kaki...
"Aduh!" Marcel Leif berteriak penuh penyesalan: "Sayang sekali! Breakthrough Robben sangat cantik, hanya pilihan tendangan terakhir ini... Masih perlu dipertimbangkan lagi..."
Duan Xin berteriak kaget: "Bahaya! Bayern München tiba-tiba meningkatkan intensitas serangan, pihak Borussia Dortmund sepertinya kurang persiapan, memperlihatkan celah. Untung Hummels cepat melakukan pengisian posisi... Tapi kalau tadi Robben memilih mengoper alih-alih menembak, hasilnya mungkin berbeda, lagipula di area tengah masih ada Gomez... Tentu saja, sesuai karakter pribadi Robben, wajar kalau dia tidak mengoper, justru aneh kalau dia mengoper... Ha ha!"
……
Meski tembakan Robben tidak masuk, hal ini membuat penonton melihat harapan kekerasan pertandingan. Fase uji coba sebelumnya berakhir, pertandingan sekarang harus masuk ke jalur yang benar.
Tak lama kemudian, Borussia Dortmund melancarkan gelombang serangan ke gawang Bayern München.
Zhou Yi di gelandang berpindah-pindah bola dengan rekan setim, tiba-tiba dengan lihai mengirim bola ke sayap, Götze muncul di sayap kiri menyambut bola.
"Götze menguasai bola!" Kata Marcel Leif dengan semangat.
Pertandingan ini dan persaingan antara Götze dengan dua klub Bayern München dan Borussia Dortmund juga menjadi salah satu topik favorit komentator. Meski saat ini dia adalah pemain Dortmund, musim depan dia akan pergi ke Bayern München. Jika dia membantu Dortmund mengalahkan Bayern München dan meraih gelar liga, bagaimana dia akan menghadapi rekan setim barunya di ruang ganti Bayern München musim depan?
Setelah menerima bola, Götze langsung membawa bola menerobos ke area penalti Bayern München.
Lahm datang menghadangnya, membuatnya tidak bisa langsung masuk ke area penalti dan terpaksa mengurangi kecepatan.
Tepat saat dia mengurangi kecepatan, Zhou Yi sudah muncul di dekatnya, siap memberikan dukungan.
Secara teori, saat ini Götze harus cepat mengoper bola ke Zhou Yi, lalu melakukan pergerakan posisi kosong untuk melepaskan diri dari Lahm.
Tapi Götze melakukan gerakan tipuan seakan akan mengoper ke Zhou Yi, namun tidak benar-benar mengoper, melainkan berbalik dan memaksakan penerobosan melewati Lahm.
Kaki kirinya menyentuh bola ke arah garis lapangan, lalu berbalik dan berakselerasi mengejar bola.
Awalnya Lahm memang terpancing oleh gerakan tipuan Götze yang akan mengoper ke Zhou Yi, tapi reaksinya cukup cepat, langsung berbalik mengejar Götze.
Kecepatan Götze memang tidak terlalu tinggi, ditambah ruang untuk membawa bola sprint-nya terbatas, sehingga dia segera bisa dikejar oleh Lahm.
"Menghadapi tekanan balik Philipp Lahm, Götze menggunakan punggung kaki luar kanannya untuk menggeser bola ke arah berlawanan, bersiap untuk berhenti mendadak lalu berakselerasi mengubah arah."
"Dua kali perubahan arah berhasil mengelabui Philipp Lahm, Götze kemudian menggiring bola dengan kaki kanan ke area penalti. Dengan akselerasi, ia menerobos masuk ke area penalti. Menghadapi Van Buyten yang menyambarnya, Götze melepaskan tembakan! Kaki kanannya menyapu bola membentuk akurasi lengkungan sempurna mengarah ke sudut belakang gawang!"
"Di tengah teriakan kagum penonton, kiper Bayern München Neuer melompat bak elang, menangkis bola dengan satu telapak tangan!"
"Woo——! Götze! Breakthrough cantik dan tembakan spektakuler!"
"Sementara banyak orang masih menyesali tembakan yang gagal mencetak gol itu, Götze tiba-tiba terjatuh di rumput lapangan. Tangannya memijat otot paha belakang kaki kanannya yang baru saja digunakan untuk menendang, wajahnya mengkerut kesakitan..."
"Kamera segera mengarah ke Götze, memperlihatkan kondisinya yang tidak biasa kepada semua penonton."
"Eh, ada apa ini?" Duan Xin terkejut. "Dari ekspresinya, sepertinya dia cedera saat menembak?"
"Wasit utama Gagelmann menghentikan pertandingan, meminta fisioterapis Borussia Dortmund masuk lapangan. Zhou Yi juga berlari mendekat menanyakan kondisi Götze: 'Ada masalah apa?'"
"Seperti ketegangan otot..." jawab Götze sambil mengerutkan dahi, wajahnya penuh kekecewaan.
"Padahal ingin menunjukkan performansi terbaik dalam pertandingan ini, tapi hasilnya malah cedera di awal laga. Dalam hatinya ia merasa pasti tidak bisa bertahan sampai akhir pertandingan..."
Zhou Yi melihat ekspresi wajah Götze, juga merasakan empati. Sejak kasus transfer, performansi Götze selalu dia perhatikan. Selama ini Götze terus berusaha keras, tidak sekadar menghabiskan waktu di Dortmund meski musim depan akan pindah ke Bayern München, malah semakin giat dan berusaha mati-matian. Performansinya dalam dua ronde pertandingan melawan Real Madrid sangat brilian, di liga pun tak ada celah untuk dikritik.
Jelas terlihat, Götze ingin menggunakan performansi seperti ini untuk menutup mulut orang-orang tertentu.
Sedangkan pertandingan melawan Bayern München inilah yang mungkin paling dia anggap penting.
Fisioterapis Dr. Braun berlari menghampiri, setelah memeriksa sekilas langsung berkata pada Götze: "Maaf Mario, kamu tidak bisa bermain dalam pertandingan ini."
Mendengar kabar itu, Götze langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menundukkan kepala.
Sementara itu, Dr. Braun berdiri dan membuat gestur "pergantian" ke Klopp yang berada di pinggir lapangan.
"Melihat hantu!" Klopp di sisi lapangan tak kuasa mengucapkan kata-kata kotor setelah melihat gestur ini.
Tapi ia tetap memerintahkan asisten pelatih Buvac agar Kuba melakukan pemanasan.
……
"Fisioterapis Borussia Dortmund memberi sinyal pergantian pemain, ini berarti Götze tak bisa bertahan... Sebagai Tokoh Utama pertandingan ini, baru bermain sepuluh menit sudah harus ditarik keluar, ini benar-benar di luar perkiraan..." Suara Duan Xin terdengar kecewa. Figur yang menjadi topik pembicaraan pertandingan ini begitu cepat turun, bagaikan pesta tanpa minuman yang membuat suasana terasa lebih membosankan.
“Sebelum pertandingan, semua orang berspekulasi tentang performa seperti apa yang akan ditunjukkan Götze dalam pertandingan ini. Apakah dia akan bermain luar biasa dan membantu Borussia Dortmund memenangkan pertandingan, atau justru seperti tidur sambil berjalan…” ujar Marcel Leif. “Kini semua spekulasi itu terpaksa berhenti tiba-tiba. Götze cedera dan ditarik keluar. Di saat persaingan antara Dortmund dan Bayern München memasuki tahap memanas, dia terpaksa menjadi penonton. Ini benar-benar kerugian bagi pertandingan ini yang mengurangi kualitas tontonan…”
Tentu ada pula yang mengusung teori konspirasi. Di internet, beberapa orang berspekulasi apakah Götze sengaja berpura-pura cedera untuk menghindari situasi canggung.
Pernyataan seperti ini tentu memicu antipati dan menimbulkan kontroversi.
Bagaimanapun juga, keluarnya Götze dari lapangan sudah menjadi hasil akhir yang tak bisa diubah.
Bagi suporter Bayern München, sebenarnya mereka justru ingin melihat Götze keluar. Mengingat kondisi terakhir yang ditunjukkannya, kehadirannya di lapangan tetap menjadi ancaman serius bagi Bayern München.
Cedera tak terduga ini tidak hanya menghilangkan lawan yang merepotkan bagi Bayern, tetapi juga mengacaukan rencana pra-pertandingan Dortmund, sehingga semakin mengurangi tekanan yang diterima Bayern München.
Lihatlah ekspresi Klopp. Saat siaran TV menampilkan close-up shot-nya, rahangnya terkunci kencang dengan alai berkerut seperti benang kusut – jelas menunjukkan betapa frustrasinya dia saat ini.
Sementara suporter Bayern München ingin melihat ekspresi seperti itu dari rival bebuyutan mereka.
Götze akhirnya turun dari lapangan dengan pincang didukung Dr. Braun, sementara Kuba yang menggantikannya berlari masuk.
Klopp menghampiri Götze, memeluknya sebagai bentuk penghiburan.
Götze kemudian duduk di posisinya dengan es dibalut cepat di bawah paha kanannya.
Marcel Leif berkomentar: "Semoga cederanya tidak parah, karena Final Liga Champions tinggal 22 hari lagi..."
