Gol Robert Lewandowski membuat Borussia Dortmund mendominasi pertandingan selanjutnya. Mereka menggempur gawang Hoffenheim tanpa henti, namun kurang beruntung sehingga tidak mencetak gol tambahan.
Tapi meski begitu, skor 1-0 sudah cukup untuk memastikan Borussia Dortmund menjadi juara.
Hoffenheim terlihat kerepotan menghadapi serangan gencar Borussia Dortmund.
Pada menit ke-26 dan ke-30, gelandang mereka Rudy dan bek Vestergaard secara berturut-turut mendapat kartu kuning.
Mereka hanya bisa mengandalkan pelanggaran untuk menghentikan serangan Borussia Dortmund.
Satu-satunya penghiburan adalah meski membayar harga dua kartu kuning, mereka tidak kebobolan lagi.
Saat babak pertama berakhir, skor tetap 1-0.
Saat turun dari lapangan, para pemain Borussia Dortmund tertawa riang terlihat sangat santai.
Namun ketika lensa close-up menyorot wajah Zhou Yi, penampilannya kontras dengan rekan setimnya. Ia berjalan cepat dengan kepala tertunduk, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi santai.
“……Zhou Yi sepertinya tidak puas dengan hasil babak pertama.” Duan Xin berkata. “Tapi wajar, dia menciptakan banyak peluang untuk rekan setim di babak pertama, sayangnya mereka gagal memanfaatkannya. Kalau tidak, skor pasti sudah lebih dari 1-0. Pasti dia khawatir dengan skor ini...”
Duan Xin menebak dengan tepat.
Di ruang ganti, setiap pemain Borussia Dortmund yang masuk terlihat sangat santai dan gembira. Mereka tertawa keras sambil membahas final Liga Champions.
Klopp yang terakhir masuk. Begitu melangkah masuk dan pintu belum sempat ditutup, Zhou Yi tiba-tiba berdiri dan berjalan ke tengah ruangan.
Klopp yang hendak berbicara langsung menahan diri.
"Hei! Hei! Kawan-kawan!" Zhou Yi bertepuk tangan keras.
Melihat Zhou Yi mengambil posisi di tengah untuk berbicara, para pemain perlahan diam dan memandangnya.
"Aku tidak ingin merusak suasana, tapi ada hal penting harus kusampaikan - menurut kalian kita sudah pasti menang?" Zhou Yi langsung menohok tanpa basa-basi.
Ruangan hening. Tak ada yang menjawab.
"Pertandingan sebelumnya, kita cetak gol di menit lima tapi baru menang di akhir. Sebelumnya lagi, kita juga unggul duluan tapi baru menang di detik-detik akhir melawan Bayern München... Ini sudah terjadi dua kali berturut-turut. Jangan sampai terulang ketiga kalinya, setuju?" Zhou Yi memandang sekeliling rekan setimnya.
Semua memahami maksud Zhou Yi.
Mark mengangguk: "Benar, kita tidak boleh terus seperti ini!"
"Skor 1-0 tidak aman, terutama untuk tim yang sedang berjuang untuk bertahan hidup," Zhou Yi melanjutkan. "Jika kita tidak bisa segera unggul di babak kedua, ini akan memberi Hoffenheim lebih banyak harapan. Mereka akan berpikir bisa mengalahkan kita. Memberi mereka ilusi seperti itu adalah tanggung jawab kita."
Pertandingan ini sudah disimulasikan Zhou Yi berkali-kali di dunia virtual sebelum hari ini. Hampir tidak ada satu pun pertandingan yang mudah. Secara teori Hoffenheim jauh lebih lemah dari Borussia Dortmund, tapi ketika mereka berjuang untuk bertahan hidup, energi besar akan muncul. Energi ini bahkan membuat Dortmund kesulitan. Dalam simulasi-simulasi itu, Dortmund sering kalah.
Hasil-hasil simulasi inilah yang membuat Zhou Yi selalu waspada. Di babak pertama dia terus menciptakan peluang untuk rekan setim, berharap mereka bisa membangun keunggulan lebih besar sejak dini untuk menghancurkan semangat Hoffenheim.
Tapi kenyataannya tidak sesuai harapan. Rekan-rekannya terlalu optimis, mereka menyia-nyiakan peluang tanpa sadar.
Saat turun ke ruang ganti usai babak pertama, alis Zhou Yi terus berkerut. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan pelatih, tapi ada beberapa hal yang ingin dikatakannya pada rekan setim.
Dia harus mengingatkan mereka bahwa Hoffenheim sama sekali bukan ikan lemah yang bisa disembelih seenaknya.
"Bravo-bravo." Tepuk tangan tiba-tiba menggema di ruang ganti.
Semua orang menoleh ke arah sumber suara, mereka melihat Klopp yang sedang bertepuk tangan.
"Perkataan Zhou Yi bagus." Klopp berkata. "Sebenarnya aku juga ingin mengatakan hal ini pada kalian, tapi sekarang tidak perlu lagi. Aku hanya harap kalian ingat satu hal: jangan membuat setiap pertandingan seperti rollercoaster, jantung kakek tua ini sudah hampir tidak kuat."
Klopp mencoba melucu di akhir, tapi tidak ada yang tertawa.
……
Di ruang ganti Hoffenheim, Gisdol sedang memompa semangat pemainnya: "...Mereka pasti berpikir sudah menang, gelar juara ada di genggaman! Bahkan aku bisa mendengar sorakan dari ruang ganti mereka! Mungkin mereka sudah membuka sampanye kemenangan lebih awal! Lihat ekspresi mereka saat babak pertama berakhir! Mereka mengira kita sudah tamat, mari beri kejutan besar! Selisih satu gol saja! Saat kita melakukan pressing putus asa, mereka yang tidak siap pasti panik! Ini kesempatan kita, demi suporter, demi diri kalian sendiri, bertarung sampai akhir!"
Gisdol sukses membangkitkan emosi para pemain dengan intonasi dan bahasa tubuhnya. Semua penuh semangat, bersumpah akan bertarung habis-habisan di babak kedua melawan Dortmund, menggagalkan ambisi juara mereka sekaligus memastikan tetap di Bundesliga.
Gisdol memandangi para pemain yang berlarian keluar ruang ganti sambil bersemangat, lalu berkata pada asisten pelatihnya dengan puas: "Aku melihat sekumpulan singa."
……
Gisdol tidak hanya memotivasi para pemainnya dengan kata-kata, dia juga melakukan perubahan komposisi pemain.
Bahkan sebelum babak kedua dimulai, dua pemain Hoffenheim sudah berdiri di sisi lapangan siap masuk.
Dia menggantikan Rudy yang mendapatkan kartu kuning di babak pertama dengan Schaalk sebagai gelandang, serta menukar Ox dengan penyerang Schipplock.
Sementara di sisi Borussia Dortmund tidak ada perubahan komposisi pemain sama sekali.
Saat babak kedua dimulai, suporter Dortmund masih cukup santai meski hanya unggul 1-0. Kabar dari Borussia-Park selama jeda babak pertama menyebut Bayern München tertinggal 2-3 dari Borussia Mönchengladbach di kandang lawan.
Dengan hasil ini, Dortmund kini unggul 4 poin dari Bayern München, dominasi yang cukup nyata.
Namun tak lama setelah babak kedua berjalan, serangan bertubi-tubi dari Hoffenheim mulai memberikan tekanan pada suporter Dortmund.
Insiden pertama terjadi saat penyerang Hoffenheim Firmino ditumbangkan Sven Bender saat melakukan penerobosan paksa di area depan, wasit utama langsung memberi tendangan bebas untuk Hoffenheim.
Tendangan bebas ini berjarak 33 meter dari gawang, tepat di tengah lapangan, posisi yang sangat strategis.
"Salihović berdiri di depan bola, ahli tendangan bebas asal Bosnia ini membuat suasana mencekam. Akurasi tendangan bebasnya sangat terkenal. Saat Hoffenheim baru promosi ke Bundesliga, ledakan performa Ibisevic menjadi faktor utama tim meraih gelar juara musim dingin, tapi tendangan bebas Salihović juga tak boleh diabaikan."
"Salihović menyiapkan bola... ancang-ancang... GOL!"
Di tengah teriakan komentator, bola melewati tembok pemain dan meluncur tepat ke gawang Dortmund. Para pemain Dortmund di tembok hanya bisa menoleh menyaksikan bola dengan tatapan panik.
Di momen genting, tangan besar Weidenfeller menyambar! Ujung jarinya menyentuh bola, membuat bola melenceng dari tiang gawang!
"Woooooow——! Weidenfeller! Dia sekali lagi melakukan penyelamatan brilian!!" teriak Marcel Leif. "Ini benar-benar penyelamatan yang tak masuk akal!"
Usai mendarat, Weidenfeller berguling di rumput lalu bangkit sambil menepuk-nepuk sarung tangan. "Waspada! Jangan kasih mereka kesempatan seperti ini!" teriaknya.
Meski penyelamatannya sempurna, hati kecilnya masih deg-degan. Apakah performa heroiknya bisa diulang jika menghadapi situasi serupa? Bahkan dirinya sendiri tak yakin...
Maka cara terbaik adalah seperti nasihat Zhou Yi——Jangan beri mereka secercah harapan!
Tendangan bebas Salihović kali ini benar-benar membuat pemain Borussia Dortmund yang lain hampir mati ketakutan. Meskipun mereka masih unggul, jika bola ini masuk dan skor menjadi imbang, siapa tahu emosi apa yang akan muncul dalam diri mereka. Emosi itu pasti akan mempengaruhi permainan mereka.
Klopp di pinggir lapangan mengibas-ngibaskan tangan sambil berteriak: "Ingat! Jangan beri mereka kesempatan apa pun!!"
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, Borussia Dortmund menguasai bola. Mereka tidak terburu-buru menyerang. Di bawah arahan Zhou Yi, para pemain mulai melakukan operan pendek di area pertahanan.
Lagipula mereka sekarang unggul 1-0, memang tidak perlu terburu-buru.
Tapi Hoffenheim pasti tidak akan membiarkan Dortmund terus menguasai bola seperti ini, karena mereka tidak bisa membiarkan skor ini bertahan hingga akhir pertandingan. Mereka harus maju menekan.
Begitu mereka maju menekan, ruang kosong di belakang pertahanan mereka bisa dimanfaatkan oleh Dortmund.
Inilah strategi yang diterapkan Dortmund di babak kedua.
Saat Hoffenheim bermain dengan garang, Dortmund tidak memilih untuk beradu frontal, melainkan menghindari puncak serangan lawan dan mengalahkan kekerasan dengan kelembutan.
Jika Hoffenheim mulai panik, itu akan menguntungkan Dortmund.
