"Arjen Robben memberikan umpan maut untuk Mandžukić, ini benar-benar adegan yang mengejutkan..." Lensa siaran TV segera menyorot Robben, memberikan cuplikan dekat.
Dalam cuplikan dekat itu, Robben sedang merayakan gol tersebut bersama rekan-rekan setimnya.
"Sepertinya Borussia Dortmund kurang persiapan menghadapi umpan Robben ini... Bisa jadi final ini akan menjadi pertandingan penebusan diri bagi Robben..."
Para pemain Bayern München bersorak gembira setelah gol tercipta.
Borussia Dortmund mendapat pukulan, para pemain terlihat frustasi dengan gol kemasukan ini.
Mereka sama sekali tidak menyangka Robben akan memilih untuk mengoper...
Weidenfeller berdiri di tempatnya, sekarang teringat kalau langkah Robben itu sengaja, bukan karena terdesak olehnya... Dia sengaja memancingnya keluar untuk menciptakan kekosongan di depan gawang!
Sebagai kiper, dia sudah sering berhadapan dengan Robben dalam pertandingan, tapi kali ini dia merasa pemain Belanda itu seperti asing, sulit ditebak pemikirannya.
Operan Robben ini benar-benar brilian. Saat dia berbelok ke dalam dari sayap kanan dan melakukan dribel horizontal berikutnya, pemain Borussia Dortmund yang menjaga dia pasti akan bingung menebak - apakah dia akan mengoper atau menembak?
Begitu muncul keraguan seperti ini, pertahanan mudah kehilangan timing dan memberi ruang bagi lawan untuk memanfaatkan celah.
Suporter Borussia Dortmund di tribun maupun di depan televisi semuanya terdiam saat ini.
Situasi di babak pertama begitu bagus, tapi baru babak kedua dimulai tim lawan sudah unggul.
Naik turunnya situasi ini benar-benar sulit diterima.
Ketertinggalan ini membuat banyak orang menyesali pemborosan peluang tim di babak pertama - andai saja memanfaatkan satu dari sekian banyak kesempatan itu! Pasti situasinya tidak akan seperti sekarang.
“Dalam pertandingan ini sebenarnya jumlah tembakan yang mengancam, Borussia Dortmund lebih banyak daripada Bayern München…” kata He Ping. “Tapi yang berhasil mencetak gol sekarang justru Bayern München, meskipun serangan Dortmund gencar, efisiensi mereka memang lebih rendah. Baik Robert Lewandowski, Kuba maupun Reus, semua menyia-nyiakan banyak kesempatan…”
Setelah kebobolan, Klopp langsung berlari ke pinggir lapangan, memberikan instruksi kepada para pemainnya—sebenarnya tidak ada perintah taktik khusus, dia hanya mengingatkan pemainnya untuk tetap tenang dan tidak panik karena kemasukan gol.
Hanya tertinggal satu gol saja, secara permainan Dortmund juga tidak berada dalam posisi yang terlalu buruk, belum sampai ke situasi terjepit.
Jika panik sekarang, justru itu akan benar-benar menyerahkan kemenangan ke lawan.
Dia menunjuk otaknya, terus-menerus berteriak ke pemain di lapangan.
Dengan begitu meski pemain tidak bisa mendengar jelas ucapannya, hanya dengan melihat gerakan ini mereka sudah paham maksudnya.
……
Pemain Bayern München akhirnya mengakhiri perayaan mereka dan kembali ke separuh lapangan sendiri, sementara pemain Dortmund sudah lama menunggu untuk memulai kick-off.
Pelatih benar, kita hanya tertinggal satu gol saja.
Musim ini, di liga mereka pernah tertinggal hingga 12 poin dari Bayern München, bukankah akhirnya tetap jadi juara?
Dalam pertarungan melawan Bayern München, mereka bukan tidak pernah tertinggal. Sebagai prajurit berpengalaman, satu gol takkan membuat formasi mereka kacau.
Setelah semua pemain Bayern München berdiri di posisi masing-masing, wasit utama Rizzoli meniup peluit dan pertandingan dimulai kembali.
Borussia Dortmund yang tertinggal tidak langsung mengirim bola ke area depan untuk mencetak gol. Zhou Yi justru mengoper mundur setelah menerima bola, bahkan ikut mundur untuk memberikan dukungan.
Dia paham betul, moral Bayern München sedang tinggi setelah unggul. Jika terus bertukar serangan, celah di lini pertahanan justru bisa dimanfaatkan lawan.
Seberapapun tenangnya wajah pemain Dortmund, kebobolan pasti mempengaruhi mental mereka. Sedikit kesalahan dalam pertahanan mungkin akan langsung dieksploitasi Bayern untuk memperbesar skor.
Zhou Yi harus mencegah skenario ini.
Klopp sebagai pelatih tidak memberi instruksi khusus. Ini murni keputusan Zhou Yi sebagai komandan tim berdasarkan pengalamannya.
Zhou Yi kerap tampak melangkahi instruksi pelatih selama pertandingan, namun selalu terbukti benar. Klopp dan tim pelatih pun mempercayai sepenuhnya penilaiannya.
Setelah mundur, Zhou Yi meminta bola lagi. Rekan setimnya pun bekerja sama dengannya. Meskipun setelah kebobolan mereka sangat ingin segera menyamakan skor, mereka juga tahu hal ini tidak bisa dipaksakan. Apapun alasannya, ketika Zhou Yi meminta bola, berikan saja padanya. Di tim ini, Zhou Yi adalah otak yang bertugas berpikir dan memberi instruksi, sementara yang lain hanya perlu menjalankan perintah.
Untuk pertama kalinya dalam pertandingan serang-balik gila ini muncul situasi mengoper bola bolak-balik – sebelumnya begitu menguasai bola, semua langsung menekan ke depan. Kapan pernah terlihat adegan oper-operan di lini belakang seperti ini?
Pola operan bolak-balik Borussia Dortmund ini memicu siulan dari suporter Bayern München di tribun, menganggap tindakan Dortmund sebagai bentuk pengecut. Mereka menyiulkan Dortmund habis-habisan, berharap Dortmund akan maju menyerang.
Namun dalam hal ketebalan muka, Zhou Yi tidak akan mudah menyerah. Meskipun diselimuti siulan menderu, dengan tenang ia memimpin rekan setimnya terus mengoper bola di lini belakang.
Operan bolak-baliknya ini bukan semata untuk memancing pemain Bayern München melakukan pressing lalu mengeksploitasi ruang kosong di belakang mereka. Tujuan utamanya adalah memperlambat ritme permainan, mencegah pertandingan berjalan sesuai tempo yang diinginkan Bayern München.
Pertama-tama menguras semangat Bayern München agar mereka tidak bisa terus-menerus mencetak gol.
Pola permainan Borussia Dortmund ini terbukti efektif. Pemain Bayern München yang sedang unggul skor menjadi sedikit ceroboh, terpancing untuk berlari ke sana kemari mengejar operan bolak-balik Dortmund.
Tak lama, para pemain Bayern München pun tersadar, menyadari bahwa ini adalah "pola klise" khas Dortmund.
Jika mereka terus menerus mengejar seperti ini, selain stamina terkuras sia-sia, juga berisiko meninggalkan celah di belakang lini pertahanan yang bisa dieksploitasi Dortmund.
Akhirnya mereka memilih tidak lagi mengejar, memperlambat tempo permainan. Biarkan Dortmund asyik mengoper di lini belakang mereka, toh skor masih unggul.
Ritme permainan pun mulai melambat.
……
Di tengah operan-operan pendek itu, Zhou Yi tak henti mengamati dan berpikir – memperlambat ritme lawan hanyalah pertahanan, tapi untuk menyamakan skor dibutuhkan serangan. Bagaimana cara menembus gawang Bayern München?
Secara taktis, lini belakang Bayern München sebenarnya tidak kedap udara, banyak celah yang bisa dimanfaatkan.
Tapi sebaik apapun peluang yang tercipta, ujung-ujungnya harus berhadapan dengan Neuer.
Neuer-lah tantangan terbesar ini...
Jika tidak bisa menembus jari-jarinya, mustahil menyamakan skor.
Tapi bagaimana cara mengalahkan pertahanannya?
Apakah dengan menciptakan peluang lebih baik untuk rekan setim?
Bukankah peluang di babak pertama sudah cukup bagus?
Zhou Yi tidak menyalahkan rekan-rekannya yang gagal memanfaatkan peluang ciptaannya, tapi dia tetap harus mempersiapkan berbagai opsi.
Hanya mengoper ke rekan setim tidak cukup, apakah aku juga harus mengambil inisiatif sendiri?
Tapi masalahnya, bahkan rekan-rekan setimku kesulitan menembus jari-jari Neuer, bagaimana caraku mencetak gol?
Dalam hal teknik menembak, Zhou Yi jelas bukan pemain terbaik Dortmund. Meski dulu berposisi sebagai penyerang di era sepak bola amatir, posisi saat itu tidak memiliki nilai referensi. Pemain profesional mana pun yang bermain di level amatir, bahkan sebagai kiper sekalipun, akan jauh lebih baik dari kiper amatir - kondisi fisik, kecepatan reaksi, kelincahan sudah jelas lebih unggul. Kualitas pemain profesional memang tak bisa disamakan dengan amatir.
Teknik menembaknya memang tak ada yang istimewa. Setelah berpikir panjang, mungkin Zhou Yi harus menggunakan metode yang tidak terduga...
Untungnya, Zhou Yi ahli dalam hal berpikir out of the box.
Tentang jenis kreativitas seperti apa, Zhou Yi tak merencanakan detail. Akan disesuaikan dengan situasi lapangan nanti.
……
Setelah tempo permainan melambat, Dortmund mulai merencanakan serangan balik.
Mereka segera menyelesaikan serangan, sayang tembakan Lewandowski lagi-lagi melambung terlalu tinggi.
Saat giliran Bayern München menyerang, mereka tak bermain lamban dengan operan-operan di belakang seperti Dortmund. Dengan cepat mereka menerobos ke depan area penalti Dortmund. Ribery mengoper bola dari sayap kiri ke Mandžukić di tengah, tapi Subotic berhasil memotong bola sebelum mencapai Mandžukić.
Bola yang melesat keluar kemudian direbut oleh Javi Martínez di luar area penalti, dia langsung melepaskan tembakan yang juga melambung di atas mistar gawang.
Ketika penguasaan bola kembali ke kaki Dortmund, mereka sengaja memperlambat tempo permainan dengan mengoper bola bolak-balik sebelum akhirnya maju menyerang.
Hal ini membuat para penonton "netral" merasa tidak puas – pertandingan serangan balik yang bagus malah diubah Dortmund menjadi permainan klise.
Bayangkan betapa spektakulernya jika Dortmund terus melakukan serangan balik habis-habisan melawan Bayern München setelah kebobolan!
Kalau begitu, final Liga Champions ini benar-benar akan tercatat dalam sejarah sebagai final paling epik sepanjang sejarah Champions Eropa.
Sayangnya...
