"Ada situasi darurat di lapangan, Gomez dan Zhou Yi tampak terlibat konflik..." Komentator juga cepat menyadari kejadian ini.
“Gomez pergi memprovokasi Zhou Yi, ini benar-benar tidak rasional…” kata He Ping. “Zhou Yi memang sudah kehabisan tenaga, tidak bisa lari lagi, apa turun dari lapangan pun tidak boleh? Memahami perasaan pemain Bayern München yang ingin menghemat waktu, tapi tindakan seperti ini sungguh tidak bijaksana…”
Sebagai komentator China, dia harus selalu menuntut dirinya untuk "netral dan objektif", kalau tidak, jumlah besar suporter Bayern München di dalam negeri mungkin tidak akan memaafkannya. Jadi meski ingin mengkritik pemain Bayern München, dia harus melakukannya dengan cara yang halus dan memperhatikan pemilihan kata.
Tapi banyak suporter China di depan televisi dan di internet sama sekali tidak perlu menjaga "sopan santun". Mereka melancarkan berbagai serangan terhadap Mario Gomez, dan Bayern München tentu juga tidak luput.
Persaingan antara Bayern München dan Borussia Dortmund musim ini, setelah dua musim sebelumnya, mencapai tahap memanas.
Konflik antar pemain kedua tim sering terjadi.
Dan konflik ini tidak hanya tercermin di lapangan sepak bola, tapi juga di tempat-tempat berkumpulnya suporter kedua kubu di luar lapangan.
Utamanya di dunia maya.
Baik di China maupun Eropa, setiap kali ada diskusi tentang Borussia Dortmund dan Bayern München, komentar di bawahnya umumnya saling serang antar suporter kedua tim.
Awalnya suporter Bayern München mendominasi karena di liga, mereka selalu menekan Borussia Dortmund, selisih poin tertinggi pernah mencapai dua belas poin.
Seiring dengan kemenangan Borussia Dortmund atas Bayern München di kandang sendiri yang menguasai keunggulan dalam perebutan gelar, arah perang hujatan di dunia maya pun berbalik. Suporter Borussia Dortmund kini mendominasi.
Di dalam negeri China, Borussia Dortmund memang selalu lebih unggul karena memiliki Zhou Yi, sementara Bayern München tidak memiliki pemain China sama sekali. Mayoritas suporter China tentu mendukung Zhou Yi sebagai saudara sebangsa, sehingga secara alami mereka juga mendukung Borussia Dortmund yang dihuni Zhou Yi.
Hanya suporter paling fanatik Bayern München yang berani berdebat dengan para pendukung Zhou Yi dan Borussia Dortmund di dunia maya China.
……
Konflik tidak berlangsung lama. Ada pihak dari Bayern München yang membantu meredakan, akhirnya muncul orang bijak yang menyadari kelanjutan keributan ini merugikan Bayern München - meski insiden ini membuat wasit utama Rizzoli harus menambah injury time di perpanjangan waktu, tapi bukankah tambahan waktu tidak bisa diberikan tanpa batas?
Pertandingan harus segera dilanjutkan.
Beberapa pemain Borussia Dortmund juga membujuk rekan setimnya untuk tidak terus mempersoalkan. Namun kekhawatiran mereka lebih kepada kemungkinan wasit Rizzoli menghitung semua waktu terbuang ke dalam injury time perpanjangan waktu.
Kewenangan mutlak untuk menentukan injury time perpanjangan waktu ada di tangan wasit utama Rizzoli...
Mereka sangat berharap setelah konflik berakhir, wasit langsung membunyikan peluit penutup pertandingan...
Akhirnya, Rizzoli memberikan kartu kuning kepada Mario Gomez yang mendorong Zhou Yi, dan juga memberikan kartu kuning kepada Mats Hummels yang membalas dorongan Gomez.
Bisa dibilang masing-masing mendapat hukuman lima puluh pukulan.
Namun bagi suporter Bayern München, ini sangat tidak memuaskan karena pemicu konflik sepertinya tidak dihukum - Zhou Yi masih berdiri dengan tenang!
Wasit utama tidak memberinya kartu maupun peringatan lisan.
Sementara Zhou Yi sendiri, setelah konflik berakhir, berjalan perlahan ke pinggir lapangan. Alih-alih buru-buru menggantikan posisi Großkreutz yang sudah berdiri di depannya, dia lebih dulu mengangkat tangan memberi hormat kepada suporter Borussia Dortmund di tribun yang bertepuk tangan, sekaligus sebagai ucapan terima kasih atas dukungan mereka.
Ini hampir seperti "gerakan wajib" yang dilakukan setiap pemain yang ditarik keluar.
Tapi umumnya pemain akan melakukan "gerakan wajib" ini setelah serah terima jabatan dengan rekan setim, baru kemudian turun lapangan. Beberapa pemain memilih melakukannya sambil berjalan turun, menyelesaikan gerakan tepat saat mencapai pinggir lapangan, lalu melakukan serah terima jabatan dengan rekan secara cepat.
Tapi Zhou Yi tidak. Dia berjalan ke pinggir lapangan dulu, berhenti, baru melakukan gerakan tersebut, membiarkan rekan setimnya menunggu.
Menurut prosedur FIFA, jika pemain yang ditarik keluar tidak meninggalkan lapangan, pemain pengganti tidak boleh masuk. Jadi Großkreutz harus menunggu Zhou Yi turun - selama Zhou Yi masih di lapangan, dia tidak bisa masuk.
Sekilas, ini seperti Zhou Yi yang sedang berlagak di depan Großkreutz, tapi Großkreutz sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kesal. Sebaliknya, seperti para suporter Borussia Dortmund di tribun, dia menyaksikan Zhou Yi sambil bertepuk tangan.
Dia tidak keberatan Zhou Yi "mengabaikan"-nya di sini. Sebaliknya, dia sangat setuju dengan tindakan Zhou Yi karena bisa memahami "pikiran kecil" di hati Zhou Yi - sengaja mengulur waktu.
Ketika Zhou Yi pertama kali bergabung dengan tim utama, rekan setim pertama yang dia kenal adalah Großkreutz. Mereka berdua adalah teman dekat. Tentu dia paham alasan Zhou Yi melakukan ini.
Jika dia jadi Zhou Yi, dia juga akan melakukan hal yang sama.
Zhou Yi berdiri di pinggir lapangan, tersenyum mengucapkan terima kasih kepada para suporter Borussia Dortmund. Seluruh suporter Dortmund berdiri memberikan tepuk tangan.
Tapi di separuh lapangan lainnya, suporter Bayern München memberikan siulan keras terhadap tindakan Zhou Yi yang terang-terangan mengulur waktu.
Tentu Zhou Yi tidak berlebihan. Dia berhenti tepat waktu, menepuk tangan dua kali, melambaikan tangan, lalu turun dari lapangan.
Saat berpelukan dengan Großkreutz, dia mendengar "Großkreutz" berbisik di telinganya: "Kerja bagus, Zhou Yi!"
Tentu yang dia maksud bukan gol atau assist Zhou Yi, melainkan waktu yang dihabiskan Zhou Yi untuk turun lapangan.
Biasanya pergantian pemain di injury time atau menjelang injury time oleh tim yang unggul hampir tidak mungkin punya maksud teknis-taktikal, murni untuk mengulur waktu.
Karena ini adalah taktik mengulur waktu, maka proses pergantian pemain harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Banyak tim yang sengaja mengulur waktu saat melakukan pergantian pemain, hal ini sama sekali bukan hal yang aneh.
Konflik akibat penguluran waktu selama proses pergantian pemain juga sering terjadi.
……
Akhirnya, Borussia Dortmund menyelesaikan pergantian pemain.
Pertandingan bisa dilanjutkan, namun waktu sudah melebihi 120 menit, bahkan sudah memasuki menit ke-121.
Secara teori, Rizzoli bisa langsung meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan.
Tapi dia tidak melakukannya, dia memberi isyarat kepada Bayern München untuk melanjutkan serangan.
Suporter Borussia Dortmund di tribun mengeluarkan siulan ketidaksukaan.
Sementara suporter Bayern München melihat harapan, bersorak memberi semangat untuk tim mereka.
Mereka yakin Rizzoli akan menambah seluruh waktu yang dihabiskan Zhou Yi, dan Bayern München akan memanfaatkan beberapa menit injury time ini untuk menyamakan skor di detik-detik akhir, membawa pertandingan ke adu penalti.
Idealnya mereka bisa mencetak gol di saat-saat terakhir, menggunakan waktu yang diberikan Zhou Yi dan metode Zhou Yi sendiri untuk mengalahkan tim tempatnya bermain, itu akan menjadi kepuasan yang tak tertandingi...
Membayangkan hal itu, banyak suporter Bayern München menjadi sangat bersemangat.
Pikiran mereka sudah mulai membayangkan betapa epiknya momen tersebut nanti.
Tapi dunia nyata sangatlah kejam.
Ketika serangan Bayern München kali ini akhirnya ditendang melambung oleh Arjen Robben, Rizzoli membunyikan peluit di mulutnya. Namun bukan suara peluit untuk tendangan gawang Borussia Dortmund, melainkan tiga kali peluit pendek-panjang-pendek!
"Pertandingan selesai——！！!" He Ping hampir berteriak. Saat Rizzoli mengangkat tangannya, dia sudah tak sabar meneriakkan kalimat ini. "Pertandingan berakhir! Borussia Dortmund adalah juara! Mereka adalah Champions Eropa! Zhou Yi menjadi pemain China pertama dalam sejarah yang meraih gelar Champions Eropa!!"
"Berakhir! Borussia Dortmund setelah 120 menit pertarungan sengit di final, mengalahkan Bayern München dengan skor 3-2, meraih gelar Champions Eropa kedua dalam sejarah klub! Bagi Klopp dan timnya, ini benar-benar musim yang seperti mimpi, musim yang tak masuk akal, tapi sekaligus musim perjuangan berat!" Marcel Leif juga berkata dengan penuh semangat.
Para pemain pengganti Borussia Dortmund bagai kuda liar yang terlepas dari kendali, langsung menyerbu lapangan. Begitu pula dengan para pelatih Borussia Dortmund.
Hanya Klopp yang masih bisa menjaga stabilitas emosi, terlebih dahulu mendekati pelatih kepala Bayern München, Heynckes.
Dia dan Heynckes tidak memiliki permusuhan pribadi. Keduanya bersaing selama dua musim, dengan Klopp selalu menjadi pemenang. Tapi Heynckes juga merupakan lawan yang pantas dihormati, kalau tidak timnya kali ini tidak mungkin menang dengan susah payah.
"Lagipula, musim ini adalah musim terakhir dalam karier kepelatihan Heynckes..."
Menghadapi Klopp yang aktif datang untuk berjabat tangan, Heynckes juga merapikan ekspresi dan mengulurkan tangannya.
Keduanya saling berjabat tangan.
Heynckes mengucapkan selamat.
Namun Klopp berkata: "Sebenarnya menurutku sebaiknya Anda tetap bertahan."
Heynckes menggelengkan kepala: "Lelah, energi tidak cukup. Meski tidak bisa meraih juara, musim terakhir ini tetap luar biasa bagiku. Semoga Anda dan timmu beruntung ke depannya."
"Terima kasih."
Kedua pelatih berpisah, Klopp tak lagi bisa menahan kegembiraan dalam hatinya, melompat-lompat menuju para pemainnya.
Bersemangat seperti anak kecil yang belum dewasa.
Heynckes di belakangnya melihat punggungnya yang riang menjauh, perlahan menggeleng lalu berbalik menghampiri rekan-rekan pelatihnya. Dia mengulurkan tangan untuk menghibur mereka yang sedih: "Sudah, jangan bersedih. Bagaimanapun, kita telah menyelesaikan musim yang hebat bersama. Saya sangat berterima kasih atas kerjasama kalian, dan merasa terhormat bisa menghabiskan dua tahun terakhir karier kepelatihan bersama kalian..."
Menghadapi pelatih senior yang tabah ini, beberapa orang sudah tak mampu menahan air mata.
Pemenang hanya bisa satu, usai pertandingan pasti ada yang gembira ada yang sedih.
Ini sepak bola, juga kehidupan.
