Saat Klopp berjabat tangan dengan Heynckes, para pemain Borussia Dortmund sudah merayakan kemenangan dengan gegap gempita di lapangan.
Setelah berpelukan dengan rekan setimnya, Zhou Yi melihat Mark sendirian berjongkok di tanah, satu tangan menopang badan sementara tangan lainnya menutupi wajahnya.
Diam-diam ia mendekat dari belakang, lalu berjongkok dan meletakkan tangan di bahu Mark: "Ngapain nangis? Ini kan momen bahagia!"
Dengan wajah basah oleh air mata, Mark berkata: "Justru karena bahagia... Zhou, tahukah kau, momen ini bahkan tidak berani kubayangkan dulu..."
Zhou Yi tersenyum sambil memeluknya: "Makanya dulu kubilang, tetap harus punya cita-cita. Siapa tahu tiba-tiba terwujud?"
Mendengar ini, Mark tersenyum di tengah tangisnya. Ia teringat saat Zhou Yi mengatakan hal serupa di rumahnya dulu.
Waktu itu, Zhou Yi baru saja dipastikan dipromosikan ke tim utama, sementara Mark masih bertahan di tim muda tanpa kepastian kapan bisa naik level.
Bagi pemuda itu kala itu, mimpi terbesarnya hanyalah bisa mengenakan seragam tim utama dan menginjakkan kaki di Westfalenstadion.
Apalagi bermain di Final Liga Champions, mencetak gol di final, bahkan membantu timnya menjadi juara Champions Eropa – semua itu bagai mimpi di siang bolong.
Tapi kini... semuanya terwujud.
Hidup ini ya...
Zhou Yi terus memeluk Mark sambil menepuk punggungnya: "Sudah, jangan nangis. Lihat kamera di sana! Nanti wajah penuh ingusmu tayang ke seluruh dunia!"
Setelah Zhou Yi mengatakan itu, Mark akhirnya berhenti menangis. Ia mengusap air matanya, lalu berjalan bersama Zhou Yi menuju rekan setim yang sedang bersorak gembira.
Setelah bekerja keras sepanjang musim, akhirnya mereka memanen dua gelar bergengsi. Bagi para pemain Borussia Dortmund, ini adalah momen terindah.
Di saat seperti ini, kita harus menikmatinya sepenuh hati, tanpa memikirkan hal lain...
Namun setelah menemani Mark kembali ke tengah para pemain, Zhou Yi tidak tinggal di sana. Ia berlari bolak-balik menuju bangku cadangan di pinggir lapangan, mencari-cari sesuatu, dan akhirnya menemukan setumpuk kain merah.
Setelah dikibarkan, kain itu ternyata adalah bendera nasional China!
Dengan mengenakan bendera tersebut, Zhou Yi berlari mengelilingi lapangan sambil memamerkan bendera merah lima bintang di tubuhnya.
"Zhou Yi mengeluarkan bendera nasional, sepertinya sudah dipersiapkan sebelumnya..." kata He Ping dengan terharu saat menyaksikan adegan ini.
Kompetisi seperti Champions Eropa adalah pertandingan antarklub, tidak ada upacara pengibaran bendera maupun lagu kebangsaan.
Tapi sebenarnya bendera nasional masih sering terlihat di lapangan sepak bola, digunakan pemain dari berbagai negara untuk mengekspresikan identitas mereka.
Namun sebelumnya, belum pernah ada yang melihat bendera merah lima bintang China muncul di panggung tertinggi ini.
Saat warna merah ini muncul di depan mata suporter China, banyak yang masih merasa agak tidak terbiasa...
"Itu bendera nasional..."
"Zhou Yi ternyata menyiapkan bendera nasional..."
"Entah kenapa, anginnya tiba-tiba kencang..."
“Ada pasir masuk ke mata……”
……
Berbeda jauh dengan para pemain Borussia Dortmund yang bersemangat, para pemain Bayern München justru terlihat muram.
Mereka telah berjuang sepanjang musim, unggul di liga atas Dortmund, namun akhirnya tertinggal. Champions Eropa menjadi satu-satunya harapan terakhir mereka, tapi mereka juga kalah dari Dortmund di kompetisi itu. Kehilangan dua gelar bergengsi, meski masih ada Piala Jerman yang bisa diperebutkan, apa artinya?
Setiap pemain Bayern München terpaku di lapangan usai pertandingan, memandang kosong ke arah para pemain Dortmund yang sedang bersorak merayakan kemenangan.
Mereka adalah rival lama. Dalam tiga musim terakhir termasuk musim ini, di liga mereka selalu kalah dari Dortmund. Jadi pemandangan lawan berpesta di depan mata mereka bukanlah hal baru.
Tapi tidak ada yang lebih menyakitkan dari kekalahan kali ini, sakitnya sampai ke tulang sumsum.
Apakah mereka berjuang mati-matian sepanjang musim hanya untuk berebut Piala Jerman?
Kekalahan di dua musim sebelumnya hanya berarti kehilangan gelar liga, dan selisihnya cukup besar sehingga lebih mudah diterima.
Tapi di musim ini, keunggulan di liga yang sempat mereka raih pun sirna.
Ditambah lagi gelar Champions Eropa yang sangat mereka idamkan, juga lepas.
Di bawah pukulan ganda ini, banyak pemain Bayern München kehilangan semangat.
Heynckes berkeliling di lapangan menghibur para pemainnya satu per satu.
Setelah pertandingan ini berakhir, masih ada satu pertandingan lagi yang menanti mereka. Sekarang bukan waktunya untuk putus asa.
Meskipun gelar Piala Jerman dianggap kurang bergengsi dibandingkan gelar liga dan Champions Eropa, dalam situasi kedua gelar tersebut tidak berhasil diraih, memenangkan Piala Jerman tetap menjadi penghiburan kecil. Ada lebih baik daripada tidak sama sekali.
Setelah melatih Bayern München selama dua musim, dia tidak mungkin pergi dengan tangan kosong. Setidaknya harus meninggalkan satu gelar juara.
Banyak pemain Bayern München memandang pelatih senior Heynckes dengan perasaan bersalah - awalnya mereka bertekad menghadiahkan treble winner sebagai hadiah perpisahan untuk Heynckes, namun akhirnya dua dari tiga gelar itu hilang...
……
Saat satu tim merayakan kemenangan dengan gegap gempita dan tim lain larut dalam kesedihan, persiapan upacara penghargaan di Stadion Wembley telah selesai.
Para pemain Borussia Dortmund berkumpul bersama menanti dimulainya upacara penghargaan.
Di dunia maya China, pertandingan ini juga menjadi bahan diskusi hangat dengan berbagai ucapan selamat untuk Zhou Yi.
Zhou Yi telah menciptakan sejarah sebagai pemain China pertama yang mencapai prestasi ini, tentu layak mendapat pujian meriah.
Banyak yang berpendapat Zhou Yi juga menjadi pemain Asia pertama yang tampil di final Liga Champions dan membantu timnya meraih gelar Champions Eropa.
Meskipun Park Ji-sung pernah meraih gelar Champions Eropa sebelumnya, pada tahun 2008 ketika Manchester United memenangkan Champions Eropa, Park Ji-sung sama sekali tidak masuk dalam daftar pemain final Liga Champions. Ia menyaksikan pertandingan ini dari tribun. Karena jumlah penampilannya di pertandingan Champions sebelumnya memenuhi syarat, ia berhak mendapatkan medali Champions, namun pada final yang paling krusial ini, ia tidak memberikan kontribusi berarti.
Gelar Champions Eropa ini terkesan seperti "didapatkan tanpa usaha", sehingga kurang meyakinkan.
Dalam dua final Champions Eropa berikutnya yang diikuti Manchester United, Park Ji-sung justru tampil di kedua final tersebut. Namun pada kedua kesempatan ini, ia gagal membantu timnya meraih gelar juara.
Kedua kali itu mereka kalah dari Barcelona, dan gagal meraih trofi Champions Eropa.
Jika prestasi Park Ji-sung di Champions Eropa dijadikan patokan, maka Zhou Yi sekarang telah melampaui tolok ukur tersebut, berdiri tegak bagai gunung di hadapan pemain Asia.
Prestasi Borussia Dortmund yang berhasil melaju ke final dan meraih gelar juara musim ini tidak lepas dari kontribusi besar Zhou Yi.
Gol spektakulernya melawan Atletico Madrid pada menit akhir yang membantu Dortmund mengeliminasi Atletico Madrid. Tanpa itu, Dortmund hanya akan bertahan hingga babak Delapan Besar.
Di babak semifinal, saat berhadapan dengan Real Madrid, Zhou Yi memberikan assist di kandang sendiri yang membantu Borussia Dortmund mengalahkan Real Madrid dengan skor 4-1. Di kandang lawan, dialah yang menginisiasi serangan balik di menit akhir sehingga Götze berhasil mencetak gol penentu.
Penampilannya di final tidak perlu dipertanyakan lagi.
Bahkan ada yang mulai membayangkan nominasi Ballon d'Or FIFA tahun ini.
Mereka yakin Zhou Yi pasti akan menjadi salah satu dari tiga kandidat yang berdiri di panggung penghargaan.
Mengenai peringkatnya, pendapat publik masih terbelah. Penggemar fanatik Zhou Yi sangat yakin bahwa dialah yang akan memenangkan Ballon d'Or tahun ini.
Yang lebih realistis berpendapat meski performa Zhou Yi luar biasa, namun di hadapan Cristiano Ronaldo dan Messi, statistik assist yang tinggi tetap kalah menarik dibanding jumlah gol yang sedikit.
Sejak penggabungan Penghargaan Pemain Terbaik FIFA dan Ballon d'Or, kriteria penilaian seolah hanya berfokus pada jumlah gol.
Pemain dengan jumlah gol terbanyak memiliki peluang lebih besar meraih Ballon d'Or FIFA.
Dari aspek ini, Zhou Yi jelas tidak bisa menyaingi Messi dan Cristiano Ronaldo...
……
Dalam upacara penyerahan medali, para pemain Bayern München naik panggung satu per satu menerima medali perak.
Namun jelas, medali perak tak mampu menyembuhkan luka kekalahan mereka.
Setelah Bayern München, giliran juara Borussia Dortmund yang naik panggung.
Tidak ada pemain di skuad Borussia Dortmund yang memiliki pengalaman menjadi juara Champions Eropa. Saat menunggu upacara penghargaan di lapangan, mereka bernyanyi dan menari riang seperti anak kecil yang menanti pembagian permen.
Siaran TV menayangkan close-up beberapa pemain Borussia Dortmund.
Zhou Yi juga terlihat di antara mereka, memeluk rekan setim sambil bercengkerama santai.
Gelar juara membuat setiap pemain Borussia Dortmund tersenyum bahagia.
Di bawah panduan staf, mereka mulai berbaris menaiki tangga menuju podium.
Upacara penyerahan trofi Champions Eropa musim ini tidak dilakukan di podium lapangan, melainkan langsung di tribun penonton.
Tepat di area podium utama.
Para pemain harus menaiki tangga.
Jarak ini tidak terlalu panjang tapi juga tidak pendek. Para pemain Bayern München menaikinya dengan lesu, seperti menempuh perjalanan tak berujung.
Bagi pemain Borussia Dortmund, tangga ini terasa terlalu pendek. Mereka berlari menaiki dua anak tangga sekaligus.
Sepanjang jalan, suporter Borussia Dortmund menepuk bahu, mengusap kepala, dan tos dengan para pemain.
Setiap wajah dipancari senyum kegembiraan.
Sesampainya di podium utama, mereka berjalan melewati deretan tamu undangan.
Para tamu undangan ini berjabat tangan, memeluk, menepuk pipi, dan memberikan pujian kepada para pemain.
Kemudian dari tangan Michel Platini, Ketua UEFA, menerima medali emas Champions Eropa.
Lalu berjalan melewati trofi Champions Eropa, beberapa pemain Borussia Dortmund yang tak sabar sudah mencium dinding dingin trofi tersebut.
Zhou Yi berada di belakang barisan, tubuhnya masih diselimuti bendera nasional China.
"Kerja bagus, Zhou Yi. Ini benar-benar musim yang luar biasa bagimu," kata Platini sambil menepuk bahunya sebelum menggantungkan medali emas di leher Zhou Yi.
"Terima kasih, Pak," balas Zhou Yi sambil tersenyum.
Selanjutnya dia menerima medali emas, masuk ke dalam barisan, bersandar di palang pembatas, bersama-sama mengayunkan lengan ke arah tribun penonton, menikmati sorakan dan penghormatan para suporter.
Kapten lapangan Borussia Dortmund, Weidenfeller, menjadi orang terakhir yang menghadap Platini. Setelah menerima medali emas, dia mengambil trofi Champions Eropa dari tangan Platini.
Kemudian dia berbalik dan mengangkat trofi setinggi-tingginya!
Sorakan gegap gempita menggema di Stadion Wembley.
"Juara! Gelar Champions Eropa musim 2012-2013 milik—Borussia Dortmund!!!" teriak Marcel Leif dengan suara yang dipanjangkan.
Serpihan kertas keemasan berhamburan dari langit-langit, bendera bertema Borussia Dortmund menjuntai dari atap stadion. Layar elektronik di podium menampilkan tulisan "RAJA EROPA 2013".
Para pemain melompat gembira, medali di dada mereka berayun-ayun memantulkan kilauan emas.
