Dalam diskusi yang hangat dan harapan yang membara, hari pertandingan pun tiba.
Pertandingan ini dimulai pukul 21:00 waktu Beijing. Sebelumnya, ada pertandingan lain antara Jepang yang menjamu Australia di kandang sendiri.
Pertandingan itu juga menjadi perhatian banyak pihak.
Jika Australia berhasil mengalahkan Jepang di tandang, mereka akan melompat ke peringkat ketiga grup dengan 6 poin, menggeser Oman. Ini akan meningkatkan tekanan pada Oman sekaligus membuat mereka lebih gigih di kandang sendiri untuk mengalahkan China. Siapa tahu kejutan apa lagi yang akan terjadi?
Tapi jika Australia mengalahkan Jepang, selama China bisa mengalahkan Oman, Tim China akan kembali menjadi juara grup. Ternyata ini bisa jadi hal baik.
Jika Jepang mengalahkan Australia, mereka akan lolos dua laga lebih awal. Bagi Tim China, ini belum jelas apakah kabar baik atau buruk—apakah Jepang yang sudah lolos lebih dini akan bermain kurang agresif saat menghadapi Tim China nanti?
Tapi sulit diprediksi. Meski sudah lolos, kecil kemungkinan Jepang mau kalah dari Tim China dan membiarkan Tim China akhirnya menjadi juara grup, bukan?
Pertandingan ini dimulai pukul 18:30 waktu Beijing.
Siaran langsung juga ditayangkan di dalam negeri China.
Pertandingan lawan juga patut diperhatikan.
Kedua tim akhirnya tidak menentukan pemenang, bermain imbang 1-1.
Hasil ini membuat para suporter China sangat gembira.
Jepang tidak berhasil memperlebar selisih poin dengan Tim China.
Jika Tim China bisa mengalahkan Oman di kandang lawan, tidak hanya akan lolos lebih awal, tapi juga kembali menduduki puncak klasemen grup.
Meskipun juara grup dan runner-up grup sama-sama berhak lolos ke Piala Dunia, karena kompetitornya adalah Jepang, seluruh rakyat China berharap timnas mereka bisa mengungguli Jepang dan lolos ke Final Piala Dunia sebagai juara grup.
……
Tak lama setelah pertandingan Jepang vs Australia berakhir, pertandingan tandang Tim China melawan Oman segera dimulai.
Pertandingan yang dimulai pukul 21:00 waktu Beijing ini memiliki jadwal siaran yang "prime time", bahkan lebih baik dari pertandingan pukul 18:30. Sebab pukul 18:30 banyak orang belum pulang—hari ini bukan hari libur melainkan Selasa, hari kerja. Jika pertandingan dimulai pukul 18:30, banyak penonton masih dalam perjalanan pulang kerja sehingga tidak mungkin menonton.
Tapi penjadwalan pukul setengah sepuluh malam sudah cukup bagus, orang-orang sudah pulang ke rumah dan selesai makan malam, waktu yang tepat untuk duduk di depan televisi menyaksikan pertandingan.
Namun bagi para pemain Tim China, ini bukanlah pengaturan yang baik.
Muscat, ibu kota Oman berada di zona waktu UTC+4, sedangkan Beijing di UTC+8. Pukul 9 malam waktu Beijing berarti pukul 5 sore di Muscat, saat hawa panas siang belum sepenuhnya menghilang dengan suhu masih tinggi. Perlu diketahui bahwa Muscat sebagai kota di Timur Tengah memiliki musim panas yang sangat terik setiap tahunnya.
Rata-rata suhu di sini pada bulan Juni berkisar antara 30 hingga 40 derajat Celsius.
Biasanya jika Tim China bertanding di Timur Tengah, siaran dalam negeri umumnya dilakukan pada dini hari, saat itu waktu setempat biasanya sudah malam dengan suhu yang sedikit lebih sejuk.
Namun pihak Muscat justru menjadwalkan pertandingan ini pada pukul 5 sore. Bisa dibayangkan maksud di balik ini - upaya memaksimalkan "keuntungan kandang" mereka.
Iklim panas dan kering menjadi salah satu "keuntungan kandang" Oman.
Andai suhu siang hari tidak terlalu ekstrem, mungkin mereka berani menjadwalkan pertandingan pukul 2-3 sore... Saat pemain Tim China mungkin hanya bisa berlari beberapa menit sebelum kelelahan karena terik - mana mungkin ada daya tempur?
Meski pertandingan ini dimulai pukul 5 sore, tetap menjadi ujian berat bagi para pemain Tim China.
Sebelum pertandingan dimulai, He Ping yang bertugas sebagai komentator di lokasi terus-menerus mengelap keringat dengan tisu di kursi komentatornya, lalu menjelaskan suhu di sini kepada penonton di depan televisi: "Duduk di kursi komentator dengan tenda pelindung di atas kepala saja saya sudah merasa tersiksa panas terik, keringat terus mengucur. Tidak terbayang bagaimana nanti para pemain bertanding dalam cuaca panas seperti ini..."
Mentari pukul lima sore masih tinggi menyinari lapangan, membuat rumput hijau memutih terbakar terik.
Namun cuaca panas menyengat ini tak menyurutkan semangat para suporter China. Meski berada di kandang lawan yang jauh, tetap ada lebih dari seribu suporter China yang datang menyaksikan langsung. Selain karyawan institusi China yang sudah berada di Oman dan negara-negara Timur Tengah sekitar, ada juga suporter yang sengaja datang dari dalam negeri China.
Mereka semua berharap bisa menyaksikan langsung momen bersejarah Tim China kedua kalinya berhasil lolos ke Final Piala Dunia.
Selain seribu suporter China tersebut, tribun penonton dipenuhi suporter Oman. Banyak pria mengenakan pakaian tradisional Arab, sementara suporter wanita hanya bisa dihitung dengan jari.
Ini adalah negara dengan tradisi religius yang sangat kuat.
Para suporter China di tribun tersebut ditempatkan di area penonton paling tidak nyaman - tepat berhadapan dengan mentari tanpa pelindung apapun, terpanggang terik matahari.
Tentu saja ini termasuk bagian dari "keuntungan kandang" yang dimiliki Oman.
“Pertandingan belum dimulai, banyak suporter China sudah terlihat lesu karena terik matahari. Mereka menggunakan segala benda yang bisa dimanfaatkan untuk melindungi diri dari sinar, menyampirkan baju di kepala untuk mencegah kulit terbakar. Saat itulah mereka paham mengapa pakaian tradisional orang Arab di gurun memiliki sorban - untuk mencegah sengatan matahari...”
Ada yang berbisik berdiskusi: "Cuaca sialan ini, prakiraan cuaca bilang suhu maksimal hari ini 43 derajat!"
"Iya, aku cek di internet, sepertinya jarang ada cuaca sepanas ini di daerah ini awal Juni..."
"Sialan nasib, kok malah kita yang kena. Semoga timnas tidak terlalu terpengaruh ya..."
"Masa sih tidak terpengaruh? Sekarang aku merasa, kalau timnas kita bisa imbang di kandang lawan saja sudah syukur. Nanti pulang kandang, baru kita korbankan si Jepang kecil, melangkahi mayat setan kecil itu untuk lolos! Yang penting jangan ada pemain yang cedera di pertandingan ini..."
Dunia maya juga ramai membahas jadwal pertandingan dan suhu yang ekstrem ini.
Suhu tinggi tidak kondusif untuk olahraga luar ruangan, ini pengetahuan umum. Pemain Tim China memang tidak terkenal dengan stamina yang baik, ditambah pemain naturalisasi penjamin daya tempur juga kelelahan. Berapa persen kemampuan tim yang bisa ditampilkan dalam cuaca seperti ini masih menjadi tanda tanya...
Banyak yang tiba-tiba pesimis, merasa jika Tim China bisa imbang melawan Oman saja sudah seperti lolos dari maut.
……
Para suporter China merasa khawatir akan takdir timnas mereka.
Namun di ruang ganti, para pemain Tim China relatif tenang meski suhu hari ini memang sedikit melebihi perkiraan mereka. Tapi bagaimanapun mereka sudah menjalani pelatihan konsentrasi selama sepuluh hari di Oman, jadi sudah mulai beradaptasi dengan temperatur di sini. Bayangkan jika tidak beradaptasi sebelumnya dan langsung bertanding, mungkin mereka akan panik menghadapi masalah ini.
Gao Hongbo melepas jasnya, memperlihatkan kemeja dalam yang sudah basah oleh keringat di punggung dan kedua ketiak. Padahal dia hanya berdiri sebentar di luar saat para pemain melakukan pemanasan...
Para pemain juga sudah mengganti pakaian yang digunakan untuk pemanasan. Beberapa bahkan tidak buru-buru memakai baju, membiarkan dada telanjang mereka basah oleh keringat yang mengalir, merasa lebih nyaman begitu.
Gao Hongbo sedang memberikan pengarahan terakhir kepada para pemain.
"Suhu hari ini lebih tinggi dari biasanya, jadi kalian harus mengatur stamina dengan bijak selama pertandingan. Jangan langsung menyerang habis-habisan di awal nanti sampai kehabisan tenaga. Ingat, pertandingan ini 90 menit, bukan 19 menit. Pertimbangkan semuanya secara menyeluruh."
Saat pemanasan, banyak pemain sudah bisa memperkirakan betapa sulitnya pertandingan hari ini - gelombang panas yang menerpa hampir menjatuhkan mereka, temperatur ini memberikan pelajaran keras.
Beberapa orang bahkan merasa sudah kehabisan tenaga usai pemanasan...
Pertandingan ini benar-benar akan sangat sulit.
……
Di ruang ganti Tim Oman, pelatih kepala mereka Paul Le Guen sedang memompa semangat pemain: "Saya dengar suhu tinggi seperti hari ini sangat langka bahkan di sini. Ini membuktikan apa? Tuhan sedang berpihak pada kita! Ini kesempatan emas untuk mengalahkan mereka di kandang sendiri - jika cuaca seperti ini jarang kita alami, apalagi Tim China? Plus pemain naturalisasi mereka masih kelelahan! Jangan takut! Juara Eropa pun tak berarti apa-apa di Kualifikasi Piala Dunia! Ini bukan Jerman dengan iklim nyaman, tapi Muscat, markas kita!"
Le Guen menggunakan retorika yang membara untuk memompa semangat pemain.
Pemain Oman memang terpompa motivasinya.
Cuaca panas ekstrem hari ini sungguh tak terduga. Bukankah ini pertanda jelas kehendak Allah? Isyarat ilahi bahwa mereka pasti bisa mengalahkan Tim China yang kuat di kandang sendiri!
Memikirkan hal ini, para pemain Oman bersemangat luar biasa.
Sebagai penganut taat, fenomena mistis tak terjelaskan seperti ini paling mudah mereka percayai.
