Pukul 21.00 waktu Beijing (17.00 waktu setempat), wasit utama meniup peluit tanda dimulainya pertandingan.
Begitu pertandingan mulai, pemain Oman langsung berubah seperti prajurit yang diberkati dewa, penuh semangat juang dan stamina tak terkuras.
Sebaliknya, para pemain Tim China menunjukkan ketidaknyataan dengan cuaca panas ekstrem ini, terutama pemain yang bermain di luar negeri. Kelelahan ditambah suhu tinggi membuat kondisi mereka tidak optimal.
Zhou Yi juga tidak terkecuali.
Bagaimanapun dia juga manusia biasa, bukan dewa yang mahakuasa dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Dengan situasi saling melemah dan menguat ini, Oman secara alami mendominasi permainan.
Mereka mengendalikan ritme pertandingan dengan serangan gencar, sementara China hanya bisa bertahan dengan formasi mengerut untuk menghindari kebobolan.
Sun Pan tampil cukup baik dengan beberapa kali menyelamatkan tembakan Tim Oman.
Namun kondisi fisiknya sebenarnya tidak dalam performa terbaik hari ini. Perlu diketahui dia baru menyelesaikan pertandingan liga pada 1 Juni malam, terbang ke Oman keesokan harinya, dan sudah tampil melawan Oman pada tanggal 4.
Belum lagi soal penyesuaian dengan tim, dia bahkan mungkin tidak sempat mengatasi jet lag.
Dari kedatangannya di Muscat hingga tampil di pertandingan, total hanya dua hari, dengan waktu latihan bersama tim yang sebenarnya hanya pada tanggal 3 Juni.
Seberapa baik kondisi yang bisa dia miliki?
Ini terlihat dari beberapa penyelamatan yang dia lakukan selama pertandingan.
Dalam kondisi normal, beberapa bola mungkin akan langsung ditangkapnya, sama sekali tidak memberi kesempatan tendangan pojok atau rebound pada Oman.
Tapi hari ini, beberapa bola terpaksa dia tepis ke luar garis lapangan, memberikan tendangan pojok pada lawan.
Tubuhnya terlihat lebih berat dibanding performanya di Atletico Madrid, seolah tidak bisa melompat dengan lincah.
Sun Pan tentu menyadari kondisi fisiknya yang tidak prima, namun dia tidak memperlihatkannya. Setiap kali berhasil menepis tembakan lawan, dia selalu bangkit dari tanah sambil mengacungkan tinju dan berteriak kencang.
Ini bukan hanya untuk meningkatkan moral seluruh tim, tapi juga sebagai penyemangat bagi dirinya sendiri.
Namun upaya heroiknya itu tetap tak mampu sepenuhnya menghentikan gempuran gencar lawan.
Pada menit ke-26 pertandingan, gelandang Oman Qasim Al-Saadi tiba-tiba melepaskan tembakan mendadak dari luar area penalti. Bola menggelinding rapat di rumput menuju sudut kanan bawah gawang.
Sun Pan melesat terbang menyambar, berhasil menyentuh bola dengan satu telapak tangan.
Tapi karena jarak yang terlalu jauh, hanya ujung jarinya yang menyentuh bola sehingga tidak ada tenaga yang cukup. Bola memantul keluar dan menghantam tiang gawang sebelum berbalik arah...
Persis pada momen itu, penyerang Oman Aziz Mubarak yang menyelinap ke area penalti menyambut bola pantulan. Dengan sentuhan kaki, bola melambung melewati tubuh Sun Pan dan masuk ke gawang!
"Aziz--Mubarak!!! GOOOOOOOOOOOAL!!!" Komentator stasiun TV Oman berteriak histeris mengangkat kedua tangan.
Suara gemuruh memenuhi Sultan Qaboos Sports Complex. Suporter Oman berbaju tradisional Arab melompat-lompan sambil mengibaskan syal tim nasional mereka, bersorak penuh kemenangan.
Sementara itu, para suporter Tim China duduk di kursi mereka dengan kedua tangan menyangga kepala, sinar matahari yang menyilaukan membuat wajah setiap orang terlihat pucat.
"Ah, tidak bagus! Kebobolan!" kata He Ping di lokasi dengan nada kecewa.
Sebelum pertandingan, dia sudah khawatir cuaca panas dan kurangnya istirahat para pemain naturalisasi akan menjadi masalah terbesar Tim China, sekarang masalah itu meledak.
……
Sun Pan yang kebobolan terbaring di tanah, meninju lapangan dengan keras.
"Goblok!"
Dia sadar betul, skor ini seharusnya tidak terjadi, dia juga tahu penyebab kebobolan - saat dia mendorong tubuhnya, dia jelas merasakan kekuatan dari paha yang tidak cukup, menyebabkan jarak luncurannya kurang, sebenarnya hanya selisih sedikit... Tapi sedikit itu menyebabkan kebobolan.
Jika dalam kondisi normal, dia seharusnya bisa menepak bola keluar garis lapangan dengan satu tepukan, bukan hanya menyentuh ujung jari.
Siaran TV memperlihatkan beberapa close-up shot para pemain China yang kebobolan, dalam lensa terlihat banyak pemain China membuka mulut lebar seperti ikan yang keluar air, berusaha menghirup oksigen sebanyak mungkin.
Semua seragam pemain basah oleh keringat, menempel erat di tubuh.
Pertandingan baru berjalan dua puluh enam menit, mereka sudah terlihat seperti baru diangkat dari air, kelelahan yang menyedihkan sekaligus mengkhawatirkan prospek pertandingan selanjutnya.
"Ya, aku tidak berharap menang, bisa menyamakan skor saja sudah cukup..." Komentar seperti ini mulai bermunculan di internet dan cepat mendapat banyak like.
“Benar-benar, hasil imbang juga sudah cukup bagus. Dalam dua pertandingan berikutnya, asalkan kita menang sekali, kita akan lolos...”
“Penjadwalan pertandingan Oman ini benar-benar keterlaluan. Pantas saja tim Asia Barat, segala sesuatu selalu pakai strategi di luar lapangan!”
……
Kebobolan membuat moral Tim China terguncang. Setelah pertandingan dimulai kembali, Oman langsung melancarkan serangan besar-besaran. Depan gawang Tim China bagai diterpa angin berdesir, situasi genting terus bermunculan.
Para suporter China yang menonton di depan televisi dan tribun merasa cemas bukan main, khawatir akan kebobolan berikutnya.
Di pinggir lapangan, pelatih kepala Gao Hongbo telah meninggalkan bangku cadangan. Ia berdiri di luar lapangan, menatap tegas segala kejadian di dalam lapangan.
Tapi dia juga tidak punya cara yang lebih baik.
Ini bukan masalah pengaturan taktik, melainkan kondisi para pemain yang tidak optimal.
Cuaca memang sangat panas. Panasnya sampai membuat orang yang diam saja bisa kehausan dan berpotensi dehidrasi. Apalagi para pemain yang berlari kencang di lapangan.
Baru setengah jam pertandingan berjalan, sudah banyak pemain Tim China yang memanfaatkan berbagai kesempatan bola mati untuk mendatangi tim pelatih di pinggir lapangan meminta air minum.
Volume keringat jauh lebih tinggi dari biasanya. Jika tidak segera mengganti cairan tubuh, benar-benar bisa dehidrasi, bahkan parahnya sampai pingsan.
Pertandingan hari ini sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda baik. Seolah semua situasi buruk di dunia terkonsentrasi pada Tim China.
Sebenarnya, target yang ditetapkan Gao Hongbo untuk pertandingan ini bukanlah kemenangan, melainkan hasil imbang. Bagi pelatih, hasil seri sama berharganya dengan kemenangan. Namun meski begitu, dia tak menyangka situasi pertandingan hari ini akan seberat ini.
Saat ini, bahkan hasil imbang pun terasa sulit untuk diraih...
……
Di babak pertama, Tim China hampir tidak memiliki serangan berarti karena seluruh pemain bertahan di separuh lapangan sendiri untuk menghadang gempuran Oman.
Setelah unggul, skuat Oman semakin berkobar semangatnya. Keyakinan mereka bertambah bahwa kemenangan atas China di kandang sendiri mungkin tercapai. Kualitas serangan mereka pun terjaga tinggi.
Tim China harus mengerahkan seluruh konsentrasi maksimal demi bertahan dari kebobolan lebih lanjut.
Syukurlah, hingga babak pertama berakhir, gawang China tidak kebobolan lagi.
Saat wasit utama meniup peluit tanda berakhirnya babak pertama, skor sementara bertahan di 1-0 untuk keunggulan tuan rumah Oman.
"Kabar baiknya, kita hanya kebobolan satu gol. Kabar buruknya, lihat kondisi para pemain... Aku khawatir berapa lama lagi stamina mereka bisa bertahan..." ujar He Ping lesu, menyaksikan para pemain China turun lapangan dengan wajah kelelahan. Padahal dia hanya duduk memberikan komentar, tapi rasanya seperti kehabisan tenaga.
Empatinya yang besar terhadap para atlet membuatnya pesimistis akan hasil pertandingan.
Setiap pemain Tim China yang masuk ke ruang ganti langsung duduk lesu di tempat masing-masing, menundukkan kepala dalam diam.
Semua tidak puas dengan permainan dan hasil babak pertama, namun mereka tak berdaya mengubah keadaan.
Dehidrasi akibat suhu tinggi membuat mereka punya kemauan tapi tak ada tenaga.
Setiap orang yang masuk melakukan hal yang sama, tak terhindarkan membuat suasana di ruang ganti menjadi mencekam.
Sebagai pemain cadangan, Yan Min duduk di bangku cadangan selama babak pertama, terus merasa cemas melihat performa tim. Setiap tembakan dari orang itu membuatnya gelisah di kursi, khawatir kebobolan.
Melihat rekan-rekan setim yang kelelahan, dia sangat ingin turun lapangan membantu tim. Tapi dia juga tahu Zhou Yi benar - dirinya hanya magang di timnas, jangan berkhayal bisa bermain.
Di lapangan, dia tak bisa berkontribusi tenaganya. Kini melihat rekan setim hanya menunduk diam, tentu tak rela. Akhirnya dia melompat berdiri: "Kalian ini kenapa? Cuma tertinggal satu gol saja! Perlukan sedramatis kiamat?"
Rekan setim terkejut, ada yang menyeringai: "Magang! Ini urusanmu apa?"
Sejak Zhou Yi memanggil Yan Min "magang", sebutan itu menjadi panggilan standarnya di timnas. Kadang panggilan itu bermaksud akrab dan bercanda, tapi kadang bernada merendahkan.
Tertinggal skor sudah membuat mood tim buruk, ditambah ocehan Yan Min bikin mereka semakin kesal. Nada bicarapun tak lagi sopan.
Tapi Zhou Yi justru membela: "Yan Min benar. Cuma kebobolan satu gol, tak perlu bersikap seperti 'akhir dunia'."
"Makna perkataannya sama, tapi saat diucapkan Zhou Yi dan Yan Min, kesan yang terasa sama sekali berbeda."
Pemain timnas yang sebelumnya kesal pada Yan Min kini juga diam seribu bahasa.
Zhou Yi melanjutkan, "Kebobolan itu sebenarnya ada unsur keberuntungan, kita sedang sial. Tapi hanya itu sekali. Di waktu lain, mereka juga tidak mencetak gol. Saat serangan mereka paling gencar, kita berhasil bertahan menghadapi. Masih apa yang perlu dikhawatirkan? Masa di babak kedua serangan mereka akan lebih ganas lagi?"
Sampai di sini, Zhou Yi berhenti sejenak, seolah teringat sesuatu lalu tersenyum: "Oh, justru aku harap serangan mereka lebih gencar."
Rekan setim memandangi Zhou Yi dengan heran, tak paham maksudnya. Saat pertandingan, yang diharapkan semua orang justru serangan Oman melemah, semakin lemah...
"Di babak kedua mereka pasti akan meningkatkan serangan karena hanya unggul satu gol. Jika ingin memperkokoh kemenangan, minimal harus mencetak satu gol lagi. Begitu mereka menekan, area belakang pertahanan akan menyisakan lebih banyak ruang kosong..."
Zhou Yi mulai menjelaskan alasan di balik analisisnya.
"Begitu terlalu banyak ruang kosong di belakang, itu saatnya kita melancarkan serangan balik!" Zhou Yi menepuk telapak tangan, membangunkan kesadaran rekan setim di ruang ganti - Zhou Yi benar, saat mereka menyerbu maju, kita bisa kontra!
“Benar, Oman kecil ini, apa yang perlu ditakuti!” Sun Pan melompat berdiri. “Kalau tidak kita tunjukkan kekuatan, mereka akan mengira bisa seenaknya buang air besar di kepala kita!”
Gao Hongbo meletakkan tangan di gagang pintu, tidak langsung membukanya. Ia diam-diam menunggu di luar.
Suasana di ruang ganti mulai memanas. Ia khawatir masuk akan mengganggu proses fermentasi emosi ini.
