Di ruang ganti Oman, pelatih kepala Le Guen sedang memuji para pemainnya dengan penuh semangat, sekaligus melukiskan "cetak biru indah" untuk mengalahkan Tim China.
“...Unggul satu gol belum cukup! Kita harus cetak lagi! Manfaatkan momentum awal babak kedua, luncurkan serangan kilat untuk menghancurkan mereka! Mereka lambat masuk ke kondisi pertandingan - ini peluang emas. Begitu unggul dua gol, mental mereka pasti hancur. Jika ada kesempatan, jangan ragu terus menyerbu dan mencetak lebih banyak gol!”
Le Guen kini tidak hanya memikirkan tiga poin, tapi juga memperlebar selisih gol. Siapa tahu nanti bisa unggul dari China dalam catatan head-to-head dan selisih gol?
Meski rencana Le Guen terkesan muluk, para pemain Oman menyambutnya dengan antusias.
Mereka juga punya mimpi yang sama...
……
Maka sejak babak kedua dimulai, para pemain Oman berteriak-teriak melanjutkan serangan gila-gilaan ke gawang China.
Mereka setia menjalankan instruksi pelatih kepala Le Guen - memanfaatkan kesempatan di awal babak kedua saat Tim China belum masuk ke kondisi pertandingan, berusaha mencetak gol lagi.
Oman pun menyerang habis-habisan, mengepung gawang Tim China, membuat para suporter China jantung mereka berdebar-debar ketakutan. Beberapa yang daya tahannya lemah hampir saja mematikan televisi karena tidak tahan menyaksikan.
Tapi para pemain China di lapangan merasakan hal yang sama sekali berbeda dengan suporter. Mereka justru merasa tenang - karena semua ini persis seperti yang dijelaskan Zhou Yi saat jeda babak pertama.
Ini juga membuat mereka penuh keyakinan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Dari serangan Oman terlihat, mereka sepertinya sama sekali tidak menganggap kemampuan serangan balik Tim China. Mungkin dominasi sepanjang babak pertama telah menciptakan ilusi "kami lebih kuat dari China" di benak mereka.
Zhou Yi terus mengamati situasi di lapangan sambil mencari kesempatan.
Empat menit setelah babak kedua dimulai, akhirnya dia menemukan momen yang tepat.
Dia berbalik dan berteriak ke arah Yang Muge: "Lao Yang!"
Tanpa perlu melihat gerakannya, Yang Muge langsung mengoper bola ke arahnya.
"Zhou Yi berpura-pura akan menerima bola. Bek Oman dari belakang bergegas ingin melakukan tackle, namun Zhou Yi sebenarnya tidak benar-benar menerima bola. Ia hanya melakukan gerakan tipuan, membiarkan bola meluncur di depannya. Dengan lihai, ia berputar sambil menghalangi pemain lawan di belakangnya. Seketika itu juga, ia menendang bola dengan umpan silang melebihi 30 meter ke sayap kiri lapangan!"
Di sana, He Ying sedang melakukan sprint ke depan. Dalam radius 10 meter di sekitarnya, tak ada satu pun pemain Oman. Di lini belakang Oman, hanya tersisa satu bek tengah dan kiper.
Ini benar-benar kesempatan emas untuk serangan balik!
"Umpan panjang akurat Zhou Yi - Gol!!" Suara He Ping belum selesai, He Ying sudah mengontrol bola yang melayang di udara ke area 5-6 meter di depannya. Tanpa perlu mengurangi kecepatan, ia terus berlari kencang.
"Ini serangan balik Tim China!"
Suara He Ping bergetar penuh semangat.
Mukahani, satu-satunya bek tengah Oman di lini belakang, berusaha merebut bola dari kaki He Ying.
Menghadapi pressing ini, strategi He Ying sederhana - saat lawan mendekat, ia menendang bola 10 meter ke depan lalu melakukan sprint untuk melewati lawan.
Mukahani hanya bisa menyaksikan He Ying melesat melewatinya, bahkan tak sempat menarik baju lawan...
Sejak pertandingan dimulai, suporter Tim China terlihat layu seperti terkena terik mentari, lesu tanpa semangat, dan hampir tidak mengeluarkan suara.
Tapi sekarang, mereka seolah mendapat siraman hujan setelah kemarau panjang, semua bersemangat dan berteriak keras-keras memberi dukungan untuk Tim China.
……
He Ying membawa bola mendekati gawang Oman, kiper Al-Habsi meninggalkan gawang dan berlari keluar. Saat dia baru saja melewati titik penalti, He Ying yang masih di luar area penalti langsung melepaskan tembakan!
Sebuah tendangan sendok melambung, bola terbang melewati atas kepalanya. Dia hanya bisa menatap ke atas tanpa bisa berbuat apa-apa.
Tentu saja, mungkin dalam hatinya dia masih bisa berdoa kepada Allah, memohon agar Tuhannya membantu menghentikan bola ini masuk ke gawang.
Tapi sayangnya, sebenarnya tidak ada Tuhan di dunia ini.
Bola yang telah melewatinya itu jatuh melengkung, lalu tanpa ampun masuk ke gawang Oman!
"Gol——!! Gol!!! Tim China menyamakan skor! Serangan balik cepat yang sempurna! Umpan panjang akurat Zhou Yi, penanganan tenang He Ying! Kombinasi yang luar biasa!" He Ping di kursi komentator tak kuasa mengangkat tinjunya.
Hasil imbang adalah hasil terbaik yang bisa diterimanya, terutama setelah melalui babak pertama yang sulit.
Lagipula pertandingan Jepang vs Australia juga imbang. Dengan hasil imbang melawan Oman, selisih poin Tim China dengan Jepang tetap satu angka. Apa yang tidak bisa diterima?
Membiarkan misteri kualifikasi tergantung pada pertandingan kandang melawan Jepang, bukankah lebih menarik dan penuh sensasi?
……
Saat He Ying mencetak gol, suporter China di tribun serentak melompat sambil mengangkat tangan dan bersorak, penampilan mereka sama sekali tidak terlihat lemas karena terik matahari.
Sudah pukul enam sore, matahari semakin condong ke barat, suhu perlahan turun, dan angin laut sesekali berhembus membawa kesejukan.
Hati para suporter China akhirnya tidak sesesak sebelumnya...
Mungkin masa-masa sulit akan segera berlalu?
……
Gol kebobolan ini sangat mengejutkan Oman, terlihat dari ekspresi kaget mereka yang seperti patung kayu setelah kebobolan. Sebenarnya ini bisa diprediksi, hanya saja Oman sebelumnya terlalu percaya diri.
Mereka mengira setelah hampir menahan imbang China di kandang lawan, pasti mudah mengalahkan China di kandang sendiri. Benarkah?
Tapi mereka lupa, di pertandingan pertama babak 10 besar, hanya Zhou Yi yang pemain naturalisasi di Tim China. Empat Naga Kecil lainnya masih di Tim Olimpiade untuk persiapan Olimpiade.
Kini, mereka berhadapan dengan formasi terkuat China dimana semua pemain naturalisasi tampil.
Meski cuaca panas menguntungkan mereka, jurang kualitas antara kedua tim tetap jelas.
Beberapa pemain China juga berpikir demikian, bahkan He Ying yang mencetak gol hampir tidak merayakannya. Sementara suporter di tribun, komentator, penonton televisi, dan netizen China heboh menyambut gol penyama skor, bagaimana dengan He Ying sendiri?
Setelah bola masuk gawang, ia langsung berbalik menuju lingkaran tengah sambil melambaikan tangan santai, seolah gol itu hal sepele.
Bagi He Ying, sepertinya memang begitu. Apakah Oman adalah lawan yang kuat? He Ying tidak merasa demikian. Lalu apa yang patut dirayakan dari mencetak gol ke gawang Oman?
Dia langsung berlari kembali. Zhou Yi di lini belakang memberikannya jempol, juga tidak terlalu bersemangat.
……
Kebobolan He Ying menjadi pukulan telak bagi pemain Oman. Satu menit sebelumnya mereka masih bermimpi unggul dua gol, sekarang seketika berubah menjadi imbang.
Bagaimana selanjutnya?
Tugas ini jatuh ke tangan pelatih kepala Legrand.
Sebagai komandan tim, dia harus memecahkan masalah orientasi ini. Tim tanpa arah adalah tim tanpa daya tempur.
Andai bukan karena performa babak pertama, Legrand mungkin menganggap skor 1-1 sudah cukup baik. Sebenarnya, ini juga yang dia rencanakan seminggu sebelum pertandingan.
Tapi setelah melihat performa babak pertama, dia tidak rela hanya bermain imbang.
Dia masih berharap bisa mengalahkan Tim China di kandang sendiri.
Maka dengan cepat dia mengambil keputusan - lanjutkan serangan dan rebut gol dalam waktu singkat!
Begitu instruksinya keluar, seluruh tim Oman langsung bergerak.
Tak ada yang tahu, ini adalah keputusan yang fatal.
Meski telah berlari selama lima puluh menit, para pemain Tim China justru merasa lebih rileks sekarang. Di satu sisi, karena mentari mulai tenggelam, suhu perlahan turun, dan angin laut sesekali berhembus, membuat para pemain merasa nyaman. Di sisi lain, gol He Ying telah menenangkan semua orang, sekaligus membuat mereka menyadari jurang kualitas antara mereka dengan Oman, bahwa sebenarnya Oman tidak bisa memberikan ancaman berarti.
Babak pertama itu hanyalah ilusi dalam kondisi khusus...
Maka ketika Oman memperkuat serangan, Tim China kembali memanfaatkan serangan balik cepat. He Ying mencetak dua gol, membawa Tim China unggul.
Jarak antara gol ini dengan gol sebelumnya hanya empat menit...
"He Ying!! Luar biasa! Lagi-lagi serangan balik cepat! Tim China unggul! Tim China membalikkan skor!!" He Ping yang bersemangat di kursi komentator sampai bicara tidak karuan.
Dia sangat paham arti gol ini.
Tapi He Ying tetap dengan ekspresi "sudah seharusnya" yang khas, tersenyum santai, bersalaman dengan rekan setim yang datang merayakan, lalu berpelukan singkat.
Itulah bentuk perayaannya.
Sama sekali tidak ada euforia "jika menang pertandingan ini kita akan lolos lebih awal".
Di hati He Ying, dua golnya hanya mengembalikan pertandingan ke jalur semestinya, sekadar normalisasi, apa yang perlu disemaraki?
