Saat Wu Lei mengoper bola dengan umpan segitiga terbalik ke Zhou Yi, Zhou Yi mengayunkan kaki kanannya untuk mencetak gol - ini adalah posisi untuk menembak langsung ke gawang.
Makoto Hasebe melakukan sliding tackle, berusaha menghadang tembakan Zhou Yi dengan tubuhnya.
Adegan ini membuat para suporter yang menonton di televisi maupun di stadion bersemangat.
Suporter China berharap Zhou Yi bisa mencetak gol spektakuler - jumlah gol Zhou Yi tidak banyak, tetapi banyak yang merupakan gol luar biasa.
Sementara suporter Jepang bersorak untuk sliding tackle heroik Makoto Hasebe, mereka berteriak kencang seolah ingin menyalurkan energi mereka kepada Hasebe.
Tapi harapan mereka untuk menyaksikan "tabrakan meteor dengan bumi" ternyata tidak terjadi.
Zhou Yi tidak menembak, melainkan menggeser bola ke kiri dengan kaki kanannya yang terayun.
Bola melesat persis melewati sliding tackle Hasebe yang meluncur...
Hasebe yang terjatuh menoleh tak percaya melihat bola, tidak percaya dirinya gagal menyambar!
"Hasebe... gagal tackle?!" Komentator stasiun TV Jepang terdengar terkejut dan... ketakutan.
Setelah menggeser bola menghindari Hasebe, Zhou Yi melesat mengejar bola dan menyentuh lembut bola ke kanan dengan ujung kaki kiri!
Persis setelah sentuhannya, kaki Konno Yasuyuki datang menyapu, tapi karena bola sudah lebih dulu disodok, tendangan Konno meleset!
“Dua orang terjadi kontak fisik, tapi Zhou Yi segera menghindar. Dia melompat sambil menggunakan punggung kaki luar kanan untuk menggeser bola yang disentuh kaki kirinya ke samping, sehingga berhasil lolos dari Konno Yasuyuki.”
“Saat ini, dia sudah menginjak garis kotak penalti. Makoto Hasebe sedang berusaha bangkit dari tanah, sementara Konno Yasuyuki? Masih terpaku di tempat karena inersia, belum sempat bereaksi...”
“Pada saat ini, Zhou Yi praktis sudah dalam posisi serangan balik melewati offside.”
“Dia langsung berhadapan dengan gawang Jepang yang dijaga kiper Kawashima Eiji di depan gawang.”
“Maya Yoshida yang tadi menghadang umpan silang Wu Lei di sayap, sekarang juga sedang berbalik dan berlari kembali.”
“Zhou Yi menggunakan punggung kaki luar kanannya dengan lembut menggeser bola ke dalam, lalu mengayunkan kaki kanan, menegangkan punggung kaki - TEMBAKAN!”
“ZHOU YI——!”
“Komentar Duan Xin belum selesai terdengar, bola sudah melesat seperti peluru meriam menuju sudut atas dekat gawang Jepang.”
“Kawashima Eiji yang baru saja maju dua langkah melihat tembakan Zhou Yi, buru-buru melakukan gerakan penyelamatan. Tapi kekuatan tendangan Zhou Yi terlalu dahsyat. Kawashima bahkan tak sempat menyambar ke depan, tubuhnya terpaksa condong ke belakang sambil merentangkan tangan sejauh mungkin, berharap bisa menangkis bola melewati mistar gawang...”
Pemain Jepang Kawashima Eiji dengan tinggi badan 185 cm adalah pemain tertinggi kedua di Tim Jepang, hanya kalah dari Maya Yoshida yang memiliki tinggi 189 cm. Tapi di posisi kiper, tinggi 185 cm tidak bisa dibilang menonjol.
Jadi sebenarnya tinggi badan adalah kelemahan Kawashima Eiji.
Kini kelemahan itu menjadi fatal - tubuhnya yang melengkung ke belakang membuat tinggi badannya yang memang tidak menonjol semakin terpuruk. Meski dia berusaha menjulurkan tangannya sekuat tenaga, tetap tidak bisa menyentuh bola yang melayang seperti pesawat lepas landas dari dek kapal induk. Bola melintas satu sentimeter di atas ujung jarinya.
Kemudian menghantam bagian bawah mistar gawang, memantul ke bawah, membentur tanah, lalu terlempar ke atas dan terjebak dalam jaring gawang...
GOL!
"Eh! Eh! Eh!" Meski dalam hati Duan Xin berharap Tim China mencetak gol, ketika gol benar-benar tercipta, otaknya malah macet. Selama beberapa detik tidak bisa bereaksi, tiga kali seruan "Eh" berturut-turut memperlihatkan keterkejutannya yang tak terbendung.
Tapi dia cepat sadar, lalu tertawa terbahak: "Gol! Gol! Zhou Yi hebat! Gol ini terlalu cantik! Mirip seperti gol Lionel Messi! Melewati dua pemain Jepang, tembakan keras! Langsung masuk tanpa ampun!"
Para suporter di lokasi bereaksi lebih cepat dari Duan Xin. Saat bola menyangkut di jaring, sorakan bergemuruh mengisi langit Stadion Helong. Sorakan itu menembus awan, bergemuruh di angkasa bagai geledek bergulung-gulung.
“Hidup Tim China！！”
……
Setelah gol tercetak, Zhou Yi memastikan bola masuk gawang lalu berbalik menuju garis lapangan, menyambar Wu Lei yang memberinya operan.
Kali ini Wu Lei tidak mengirim umpan langsung ke depan gawang untuk He Ying, melainkan memberikan umpan segitiga terbalik yang sangat cerdik.
Meski gerakan Zhou Yi sangat indah, tetap harus berterima kasih pada umpan akurat Wu Lei.
Keduanya berpelukan di garis lapangan, disusul rekan setim lain yang ikut memeluk mereka.
Mereka merayakan gol dengan penuh sukacita di sekitar area bendera sudut.
Setiap orang tahu betapa pentingnya gol Zhou Yi ini.
Meski bermain di kandang sendiri dan mendominasi permainan, jika terus-menerus gagal membongkar kebuntuan dan unggul, tetap ada rasa was-was - bagaimana jika Jepang bertahan lalu mencetak gol?
Kejadian seperti itu bukan tidak pernah terjadi.
Jadi memimpin skor adalah hal baik, setidaknya membuat semua pihak bisa lega sementara.
Keunggulan juga memperkuat keunggulan mental sebelumnya, membuat permainan semakin lancar.
……
"Awas, Zhou Yi! Hati-hati!!" teriak komentator Jepang ketika Zhou Yi melewati Makoto Hasebe dan Yasuyuki Konno. Sebelum suara reda, Zhou Yi menendang bola masuk gawang. Eiji Kawashima terjatuh kebelakang seperti ditembus peluru...
"Ahhhh... Gol tetap tercipta..."
Komentator Jepang menghela napas panjang.
Di lapangan, para pemain timnas Jepang juga merasa tak berdaya dengan kebobolan ini, beberapa tampak frustrasi muncul dalam close-up shot.
Gol Zhou Yi ini benar-benar membuat mereka tidak bisa berkata-kata - mereka bahkan tidak bisa mengeluh apapun.
Ini adalah gol yang menyatukan kombinasi tim dan kemampuan teknis individu.
Dua gerakan tipuan melewati lawan secara beruntun oleh Zhou Yi terlihat sangat mulus, seperti aliran air. Dengan mudah melewati Makoto Hasebe dan Yasuyuki Konno.
Adegan ini mungkin tidak asing bagi Makoto Hasebe.
Saat bermain untuk Wolfsburg, dia sering berhadapan dengan Borussia Dortmund tempat Zhou Yi bermain. Dia sangat paham kemampuan Zhou Yi, makanya tadi tanpa ragu melakukan sliding tackle untuk menghentikan tembakan Zhou Yi.
Tapi tetap saja tidak berhasil menghalanginya.
Inilah kemampuan Zhou Yi yang membuatnya tak bisa membantah.
Shinji Kagawa memandang Zhou Yi yang dikerubungi rekan setim, teringat pertandingan pertama antara China dan Jepang. Jelas terlihat, dalam satu musim Zhou Yi telah membuat kemajuan signifikan.
Sebenarnya ini bukan hal yang luar biasa, lihat saja prestasinya musim ini.
Tapi tetap membuat Shinji Kagawa tertegun.
Musim ini dia transfer ke Manchester United, performanya sebenarnya cukup baik meski belum menyamai levelnya di Borussia Dortmund.
Dia sebenarnya tahu apa yang kurang...
Kurangnya kehadiran Zhou Yi di sampingnya.
……
Saat Zhou Yi mencetak gol, Gao Hongbo di pinggir lapangan masih terlihat agak menahan diri. Bagaimanapun ini baru unggul 1-0, dia tak ingin terlalu bersemangat. Bagaimana jika memberikan sinyal yang salah kepada pemainnya?
Hanya unggul satu gol, meskipun awal yang baik, mempertahankan momentum inilah yang paling menguji kemampuan.
Dia berharap timnya tidak cepat puas dan terus meningkatkan performa.
Di sisi lain, Zaccheroni menggeleng-gelengkan kepala.
Meskipun hasil pertandingan melawan Tim China tidak memengaruhi kualifikasi Piala Dunia Jepang, hasil pertandingan ini tetap sangat penting.
Zaccheroni tidak ingin timnya kalah dari China.
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, Tim China melanjutkan momentum kemenangan dengan menggempur gawang Jepang secara intensif.
Tim Jepang terjepit hingga hanya bisa menarik pertahanan. Serangan balik? Sama sekali tak sempat dipikirkan, yang penting jangan kebobolan lagi dalam waktu dekat...
Selama periode ini, suporter China paling bersemangat dengan sorakan tak henti. Suporter Jepang cemas tak karuan.
Tim China terus mendapatkan kesempatan menembak, memaksa Kawashima Eiji melakukan penyelamatan beruntun.
Untungnya tidak ada tembakan seperti Zhou Yi. Meski agak kerepotan, Kawashima Eiji berhasil menghalau semua tembakan Tim China di garis gawang.
Serangan gencar Tim China terus berlanjut hingga babak pertama berakhir. Baru setelah wasit utama membunyikan peluit, siksaan Tim Jepang mereda.
Banyak suporter China merasa tidak puas dengan bunyi peluit di saat seperti ini—bukankah ini merusak suasana!
Namun suporter Jepang jelas-jelas lega—kalau Tim China terus menyerang seperti ini, bukan tidak mungkin mereka akan kebobolan lagi!
……
Para pemain dari kedua tim China dan Jepang mulai meninggalkan lapangan satu per satu, kembali ke ruang ganti masing-masing.
Komentator lapangan menyerahkan mikrofon, menyisakan pekerjaan kepada kru di studio belakang.
Stasiun TV China secara umum puas dengan performa tim di babak pertama, meski beberapa tamu undangan berpendapat: dengan begitu banyak kesempatan, hanya mencetak satu gol—sungguh disayangkan! Jika bisa mencetak dua atau tiga gol, bukankah ketegangan pertandingan ini sudah berakhir?
Tentu saja, pemikiran idealis seperti itu hanya sekadar angan-angan—mana mungkin semudah itu?
Secara keseluruhan, suasana di studio CCTV sangat santai, presenter dan tamu undangan terus-menerus membahas gol Zhou Yi.
Sementara di stasiun TV Jepang, atmosfernya jauh lebih mencekam.
Presenter yang semangat "jiwa chuunibyou"-nya berkobar di awal pertandingan, kini tak bisa lagi bersikap demikian menghadapi hasil ini.
Karena yang mereka saksikan bukan hanya ketertinggalan 0:1, tapi juga permainan yang terjepit dan tidak dominan.
Inilah yang paling menyusahkan presenter dan panelis Jepang.
Sebenarnya pertandingan ini menjadi kesempatan pertama mereka menyaksikan kegarangan Tim China yang sekarang.
Pada pertemuan sebelumnya, Tim China tidak dalam kondisi terbaik—komposisi pemain tidak lengkap, beberapa dari Lima Naga Kecil naturalisasi performanya buruk, ada yang tidak masuk starting lineup.
Dan sekarang, setelah satu musim pengasahan, kemampuan maupun kondisi semua pemain berada di puncak terbaik.
Saat itulah, orang Jepang baru menyadari bahwa lawan yang selalu mereka remehkan sebelumnya ternyata sudah sehebat ini...
"Apakah kita akan kalah?" Presenter wanita cantik tak tahan bertanya, membuat tamu ahli bingung menjawab dan presenter pria kesulitan meluruskan suasana.
Chapter 274 Sang Terkuat Pertama, Kedua, dan Ketiga
Setelah babak kedua dimulai, tim Jepang memperketat pengawasan dan penjagaan terhadap Zhou Yi.
Zhou Yi harus dijaga 24/7 tanpa celah.
Bahkan terkadang pelanggaran pun dilakukan tanpa ragu.
Maka pada menit ke-52, Makoto Hasebe menerima kartu kuning karena melakukan dua pelanggaran beruntun terhadap Zhou Yi dalam tiga menit.
Meski sudah dapat kartu kuning, suporter China tetap marah. Siulan keras bergema di tribun - jarang ada penggemar sepak bola China modern yang benar-benar menyukai sepak bola Jepang.
Apalagi pemain Jepang berani melanggar pemain inti tim China secara berulang? Bukankah itu tindakan nekat?
Suporter China menganggap hanya memberi kartu kuning terlalu ringan, harusnya dikeluarkan dengan kartu merah!
Setelah menerapkan taktik pelanggaran terhadap Zhou Yi, Jepang sedikit memperbaiki permainan dan tak lagi tertekan.
Mereka mulai melancarkan serangan-serangan berbahaya.
Bagaimanapun, lini tengah dan depan Jepang cukup kuat untuk tidak sepenuhnya dikuasai China.
Kedua tim kembali saling serang.
Karena ini adalah pertandingan serangan balik, tentu menarik ditonton. Di satu sisi melihat pemain penyerang kedua tim, di sisi lain melihat kiper masing-masing.
Kemampuan serangan Tim Jepang mungkin tidak jauh berbeda dengan China, tapi di pertahanan agak kurang.
Terutama kurangnya kiper kelas atas Eropa...
Sun Pan sangat bersemangat menghadapi serangan Jepang, dengan sigap menepis berbagai tembakan dari tim lawan.
Dia bahkan menikmati kesibukan ini karena berarti dirinya menjadi pemeran utama.
Saat Zhou Yi mencetak gol sebelumnya dengan melewati dua pemain lalu menembak, perhatian semua tertuju padanya. Bagaimana Sun Pan bisa membiarkan Zhou Yi unggul?
Kadang Sun Pan sampai berteriak: "Biarkan mereka menembak!!"
Seolah takut pemain Jepang tidak menembak sehingga dia kehilangan kesempatan pamer.
Ingatnya pada tendangan voli udara Zhou Yi saat pemanasan yang membuatnya terpana, membuatnya geram karena merasa performanya waktu itu payah.
Tapi Zhou Yi sudah selesai pemanasan, tak mungkin minta ulangan. Jadi amarahnya dilampiaskan ke pertandingan, menganggap setiap pemain Jepang yang menembak sebagai Zhou Yi.
"Tembakan Kagawa! Ah... ditepis Sun Pan..."
"Usaha cetak gol Okazaki di depan gawang -- Sun Pan! Pantas dijuluki 'Tembok Penghalang'!"
Komentator stasiun TV Jepang terus-menerus berteriak kaget, diikuti erangan kecewa.
Jika pihak Jepang mengetahui bahwa Sun Pan yang membuat mereka pusing kepala sebenarnya tampil begitu baik karena Zhou Yi, pasti mereka bingung harus bereaksi bagaimana——Kalian berdua rekan setim saling bersaing, masa harus melibatkan tim Jepang kami ini!
……
Serangkaian penyelamatan gemilang Sun Pan dan gol Zhou Yi membuat orang Jepang memfokuskan perhatian pada keduanya, seolah merekalah pemain paling mengancam di Tim China.
Tapi mereka lupa, sebenarnya ada satu lagi orang di Tim China yang sedang menahan ambisi...
Di tim ini, Zhou Yi diakui sebagai pemain terkuat nomor satu, Sun Pan nomor dua, lalu siapa yang dianggap nomor tiga?
He Ying.
Sebagai pemain timnas U-21 paling berbakat sebelum era Zhou Yi, He Ying sudah terkenal jauh lebih awal dibanding Zhou Yi maupun Sun Pan.
Tapi perkembangan kariernya kemudian jauh tertinggal dari mereka berdua, terkait pilihannya bertahan di Barcelona yang membuatnya kehilangan banyak kesempatan bertanding.
Tapi emas tetap akan berkilau.
Kini He Ying yang bermain untuk Paris Saint-Germain tampil gemilang, membuat klub Prancis itu ingin membeli permanen kontraknya.
Saat terakhir kali Tim China menghadapi Jepang di babak 10 besar, He Ying menjadi starter tapi performanya buruk, menyia-nyiakan banyak peluang.
Jika bukan karena gol Zhou Yi di menit akhir yang membawa Tim China meraih hasil imbang di markas lawan, He Ying pasti akan jadi tersangka utama kekalahan timnya.
Faktanya, setelah pertandingan, He Ying memang mendapat banyak kritik.
Pertandingan itu menjadi duri di hati He Ying.
Kini berhadapan lagi dengan Jepang, dia tentu tak sabar untuk membuktikan diri kembali.
Hanya dengan tampil gemilang melawan Tim Jepang, dia bisa mencabut duri dalam hatinya.
Maka performanya sangat aktif.
Pada menit ketujuh puluh pertandingan, dia sudah melakukan tujuh tembakan, lima di antaranya tepat dalam bingkai gawang.
Cukup mengancam.
Hari ini tak ada lagi suporter atau komentator yang mengeluh dia menyia-nyiakan kesempatan - beberapa dari tujuh tembakan itu diraihnya sendiri lewat tackle dan lari.
Tapi He Ying masih tak puas dengan performanya karena belum mencetak gol.
Sebagai penyerang, performa tanpa gol adalah kekalahan.
Sekalipun dia memberi tiga assist dalam satu pertandingan, sekalipun dia menyelesaikan sepuluh dribel dan delapan tackle... tetap tak sepenting satu gol.
He Ying tidak menyerah mencari kesempatan mencetak gol.
Saat pertandingan tinggal dua puluh menit lagi, dia masih terus berlari di depan.
Dia tak tahu apakah setiap kali mencapai ruang kosong, bola akan dioper. Tapi dia sangat paham: jika tak mencapai ruang kosong, 100% tak ada bola yang datang.
Gol Zhou Yi sebelumnya sebenarnya bisa dioper ke dia, tapi He Ying tak protes karena keputusan Zhou Yi untuk langsung menembak sah saja, dan terbukti itu gol sangat cantik. Dengan kemampuan dan kepercayaan diri Zhou Yi, tembakan langsung itu sangat masuk akal.
He Ying tak menganggap Zhou Yi egois karena tak mengoper.
Ingin mencetak gol? Terus berjuang saja.
……
Menit ke-74 pertandingan, Tim China mengorganisir serangan di depan area penalti Jepang.
Zhou Yi menguasai bola dengan membelakangi arah serangan, tidak bisa berbalik, tapi dia cepat mengoper bola ke arah lateral ke Yang Muge yang berada di area tengah.
Kemudian dia berbalik dan bergerak maju dalam keadaan tanpa bola.
Pergerakannya tidak cepat, seperti berjalan santai, bukan jenis pergerakan posisi yang agresif menyerbu area penalti.
Tindakan ini jelas ingin meminimalkan perhatian pemain Jepang padanya. Sekalipun bisa mengalihkan perhatian mereka sedetik, itu sudah cukup.
Satu detik cukup bagi Yang Muge untuk menyadari posisinya.
Benar saja, begitu Zhou Yi sampai di depan bek Jepang dan ruang kosong di belakang gelandang bertahan, Yang Muge langsung mengoper bola.
Dengan datangnya bola, Zhou Yi kembali menjadi pusat perhatian. Dua bek Jepang, Konno Yasuyuki dan Maya Yoshida, langsung mengawasinya.
Tapi mereka tidak langsung menekan. Konno Yasuyuki mungkin masih trauma dengan kejadian kebobolan sebelumnya.
Mereka mungkin menunggu Zhou Yi mengontrol bola dulu baru bereaksi.
Yasuhito Endo justru langsung mendekat dari samping ingin melakukan man-to-man marking.
Tapi Zhou Yi tidak memberi kesempatan. Tanpa mengontrol atau menerima bola, dia langsung melakukan sliding tackle ke arah umpan Yang Muge!
Bola disalurkan ke sekitar titik penalti di area penalti!
Di sana, He Ying tepat berada di ruang kosong!
"Zhou Yi... Umpan indah!"
Duan Xin bersorak gembira.
Di tengah sorakan, He Ying menerima operan Zhou Yi di sekitar titik penalti.
"Saat itu Maya Yoshida mengangkat lengannya, memberi isyarat bahwa He Ying berada dalam posisi offside."
"Tapi wasit utama tidak meniup peluit, asisten wasit juga tidak bereaksi sama sekali."
"He Ying yang menerima operan Zhou Yi melakukan sedikit penyesuaian posisi, lalu langsung melepaskan tendangan!"
"Kiper Kawashima Eiji menyambar untuk melakukan penyelamatan, tapi bola justru meleset di antara kakinya. Gerakan menjatuhkan badan dengan mengulurkan kaki gagal menghentikan laju bola."
"Dia hanya bisa menoleh melihat bola yang melintas di antara kakinya, lalu menggelinding masuk ke gawang di belakangnya..."
"He Ying! Wah! He Ying!! GOL——! Tim China unggul dua gol atas Jepang!" Duan Xin di kursi komentator hampir melompat kegirangan—andai saja dia tidak sedang bertugas...
"Sementara para suporter yang tidak 'terikat pekerjaan' itu serentak melompat sambil mengacungkan tinju dan bersorak."
"Gemuruh sorak bergema kembali di langit Stadion He Long."
……
"He Ying yang baru saja mencetak gol itu diliputi emosi—akhirnya dia menunggu momen gol ini!"
"Operan Zhou Yi memang cantik, tapi pergerakan posisi He Ying sendiri sangat krusial. Kalau dia tidak lari ke ruang kosong itu, Zhou Yi mungkin tidak akan mengoper ke sana meski ada kesempatan—yang lebih mungkin justru Zhou Yi sama sekali tidak akan mengoper ke area itu..."
"Sebelum bergerak, He Ying sudah melihat celah. Dia mati sejenak lalu menyambar lari ke ruang kosong, bertaruh bahwa Zhou Yi bisa melihat celah itu dan mengoper bolanya."
"Taruhannya tepat."
"Zhou Yi menggunakan metode tidak konvensional untuk mengoper bola, dan dirinya sendiri tidak mengecewakan operan Zhou Yi. Tendangan pintarnya yang bersih dan tepat, meski tidak terlalu bertenaga, namun sangat cerdik dengan sudut yang licik, berhasil membuat Kawashima Eiji kewalahan!"
Yang terpenting, gol ini membuat He Ying meluapkan semua kejengkelan yang terpendam di hatinya.
Setelah mencetak gol, dia berlari kencang melintasi lapangan lalu melompati papan iklan, mendarat di area trek di belakangnya, dan melambaikan tangan ke arah suporter China yang histeris di tribun.
Pemain-pemain China lainnya juga mengikuti, melompati papan iklan dan merayakan bersama He Ying.
"Aman!"
Di tengah sorakan para suporter China di tribun, hanya ada satu pikiran yang mengisi benak mereka saat ini!
